Tuesday, July 29, 2008

Refleksi

Hidup orang beriman bukanlah peminta-minta melainkan pemberi.
Nats : 1 Raja-raja 17 : 7-16
Pdt. Happy Pakpahan
Pengantar – Konteks Nats Elia adalah seorang nabi luar biasa yang dibangkitkan Allah ketika masa penyembahan berhala sedang mengancam kelangsungan penyembahan kepada Allah, yang telah menjadikan Israel sebagai Bangsa Pilihan. Pada waktu itu, Raja Ahab menjadi semakin kafir dan jahat dengan mengambil Izebel, putri raja Sidon menjadi istrinya. Izebel-lah yang memprogandakan penyembahan Baal dan membunuh nabi-nabi Tuhan.
Di tengah-tengah kegelapan rohani dan moral Israel pada waktu itu, Elia muncul dipanggil sebagai nabi Allah. Ketika seluruh bangsa sepertinya sudah beralih pada penyembahan berhala (dimana para tua-tua bangsa telah menjadi kaki tangan raja – 1Raj. 21:8-14; sedangkan umat yang setia menjadi orang percaya yang tersembunyi, seperti Obaja; para nabi telah dibunuh oleh Izebel dan yang selamat kini berada di dalam persembunyian – 1Raj. 18:4), Elia dengan gagah berani berdiri mengkonfrontasi penguasa yang jahat, dan menyerukan bangsa ini untuk kembali kepada Allah. Firman dan Mujizat yang menyertai Elia, hamba-Allah ini sangat dibutuhkan pada zamannya untuk menyatakan kuasa Allah yang hidup di hadapan berhala kesia-siaan buatan manusia. Melalui doanya, langit tidak menurunkan hujan selama tiga setengah tahun; ia menghidupkan anak janda Sarfat; ia menurunkan api dari langit di gunung Karmel; ia menurunkan api dari langit untuk menghanguskan pasukan utusan Ahazia; ia terangkat ke sorga di dalam angin badai dengan kereta berkuda yang berapi.
Begitu luar biasa signifikansi pelayanan Elia, sehingga perintis yang akan mempersiapkan jalan bagi Kristus dikatakan akan datang dalam roh dan kuasa Elia (Luk. 1:17). Walaupun tidak ada bukti pertobatan yang sepenuhnya dari bangsa ini, tetapi pelayanan Elia yang ia tunjukkan pada masa hidupnya merupakan suatu kesaksian kepada setiap generasi mengenai kebenaran penyembahan kepada Allah. Jika orang Israel pada masa itu gagal untuk merespons dengan benar, tentu kita akan memilih untuk merespon yang benar. Allah yang dilayani oleh Elia adalah satu-satunya Allah sejati, yang hidup, yang berkuasa dulu kini dan akan datang; karena itulah, hanya pada Dia saja kita menyembah dan melayani dengan penuh semangat dan keberanian seperti yang diteladankan oleh Elia.
Pembahasan Nats & Relevansi 1. Ketaatan seseorang yang dipercaya dan dipakai TUHAN dalam melaksanakan Amanah TUHAN harus dilaksanakan secara loyal dan total. Inilah yang dicerminkan Elia ketika TUHAN berfirman di Ayat 7-9 Tetapi sesudah beberapa waktu, sungai itu menjadi kering, sebab hujan tiada turun di negeri itu. Maka datanglah firman TUHAN kepada Elia : "Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan.". Elia memiliki integritas melaksanakannya, karena ia berkomitmen melaksanakan “Visi” TUHAN. Ada hal menarik lain yang bisa kita lihat yaitu Perintah TUHAN kepada Elia untuk pergi dimasa kemarau itu disertai janji TUHAN dalam ayat 9. Ini menunjukkan pemeliharaan TUHAN didalam amanahNya. TUHAN tidak membiarkan seorang HambaNya terkendala karena kebutuhan jasmani seperti apa yang harus dimakan dan minum. TUHAN dengan caraNya akan mencukupkan kebutuhan hambaNya, sehingga hambaNya harus memiliki iman yang kuat dan tidak khawatir dalam pelaksanaan pelayanannya. Ini bisa kita relevansikan bahwa pemanggilan TUHAN berlangsung dulu, kini dan masa datang. TUHAN yang memberi amanah kepada Elia dan memerintahkan seorang Janda di Zarfat untuk memberi makan Elia adalah TUHAN yang sama, yang berbicara dan memerintahkan kita untuk melaksanakan Amanah Agung (Kis. 1 : 8) di zaman Milenium-Globalisasi saat ini, yang memberikan perintah mengasihi Allah dan sesama serta menjadikan kita Imamat Rajani (1 Petrus 2 : 9). Ingatlah panggilan pelayanan ini harus kita laksanakan secara loyal dan bertanggungjawab. Tanggung jawab pelaksanaan ini berlaku kepada setiap orang Percaya dan dimana dia berada, lintas pekerjaan, lintas tempat dan lintas usia. Jangan sampai kekhawatiran akan hal-hal kebutuhan jasmani menghalangi kita melaksanakan Visi TUHAN. Ingat juga bahwa TUHAN adalah Maha Pemelihara dan Penyerta, melalui orang-orang yang diberkatinya (seperti Janda di Zarfat), maka Ia akan memelihara kita.
2. Memberi ditengah keterbatasan. Nas ini mengajarkan bagaimana pergumulan dahsyat yang dialami oleh seorang janda. Diterangkan diawal Nats bahwa saat itu sungai itu menjadi kering, sebab hujan tiada turun di negeri itu. Dan ketika berjumpa dengan nabi Elia, perempuan tersebut sedang mengumpulkan kayu bakar. Dia hanya memiliki tepung segenggam dan sedikit minyak. Tepung tersebut akan diolahnya untuk menjadi roti untuk konsumsi dia dan anaknya. Setelah itu tidak ada makanan lagi. Artinya kondisinya dalam keadaan tidak berkelebihan, cukup-cukupan (dalam kondisi ekonomi : sangat memprihatinkan/krisis ). Dalam kondisi sedemikian, janda tersebut tidak meminta-minta ke sana-kemari. Ia tidak menolak untuk memberi ketika Elia meminta, justru ia memberikan dengan segala apa yang dimilikinya untuk berbagi. Dia juga tidak meminta nabi Elia untuk menolongnya.
Perintah TUHAN kepada Elia untuk meminta makanan dari Janda Zarfat ini jangan dilihat sebagai perintah TUHAN “untuk meminta-minta” sebagai jalan hambaNya memenuhi kebutuhan hidup. Hiudp pelayan bukan hidup yang mengemis. Memang Elia meminta dibuatkan roti. Namun Elia yang disertai Tuhan melipatgandakan tepung dan minyak yang dimiliki oleh janda tersebut. Oleh pertolongan Tuhan, janda dan anaknya tidak mati kelaparan. Jadi kesimpulannya : Elia bukanlah diperintahkan menjadi peminta-minta (yang tega meminta dari janda yang kondisinya sangat terbatas), namun Elia ingin dipakai Allah menguji iman janda tersebut untuk sebuah hal luar biasa. Oleh kuasa Tuhan terjadi mukjizat. Hal ini memberikan pelajaran kepada kita sejauh mana keberimanan kita ditengah keterbatasan. Jangan sampai “keterbatasan” menghalangi kita untuk memberi dan dipakai dalam rencana Allah yang lebih besar. Agar semua kebutuhan kita serahkan kepada Tuhan. Tuhan pasti mencukupkan segala kebutuhan kita. Orang Kristen adalah orang yang hidup oleh iman bahwa Allah adalah pemelihara, orang Kristen tidak hidup dalam kekhawatiran sehingga akhirnya terhalang untuk peduli kepada orang lain, terhalang memberi, terhalang untuk berbagi. Orang Kristen memiliki mentalitas memberi, bukan peminta-minta. Setiap hamba Tuhan atau orang percaya jangan berorintasi mental peminta-minta, yang menjadikan “rupiah” menjadi syarat dan orientasi pelayanan. Justru setiap hamba Tuhan dan orang Percaya, harus menjadi saluran berkat bagi orang lain. 2. Yang Kecil Yang Menjadi Alat Saluran Berkat. Perempuan Zarfat itu menyandarkan pengertiannya kepada TUHAN, sehingga melakukan apa yang di beritakan Elia. Perempuan itu jujur akan keadaanya, ia tidak pesimis, ia tidak hitung-hitungan, ia memberi dengan segala potensi dan apa yang dimilikinya, ia tidak ragu melakukan yang dikehendaki Elia. Ia menghormati Elia, dan percaya TUHAN bekerja melalui Elia. Dan ketika ada ketaatan dengan iman penuh untuk melakukan FirmanNya, maka pada saat itulah muzizat terjadi. Dikatakan diayat 15-16 : “ …maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya. Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia Janda di Sarfat dalam nats ini melihat dan menikmati berkat Tuhan dalam hidupnya. Semua dimulai dari ketaatannya kepada perkataan Elia “… buatlah TERLEBIH DAHULU bagiku sepotong roti bundar KECIL dan BAWALAH KEPADAKU,…”. Mendahulukan Tuhan lewat hal-hal yang kecil akan melatih kita untuk lebih setia melalukan hal besar. Bagaimana dengan pelayanan yang selama ini Tuhan percayakan kepada saudara? Kesetiaan pada hal-hal yang kecil dalam pekerjaan Tuhan, akan menjadi jalan berkat bagi saudara. Allah tidak meminta yang besar, Dia akan mulai dari ketaatan kita pada hal-hal yang kecil. Perkara yang besar tidak akan dipercayakan kepada kita, sampai Dia melihat bahwa kita telah setia pada hal-hal yang kecil. Mari belajar untuk mendahulukan Tuhan sekalipun itu hanya lewat “sepotong roti bundar yang kecil” . Dan kita akan melihat betapa Allah memperhitungkan “yang kecil” yang kita kerjakan “terlebih dahulu” bagi Dia. (Matius 14:13-21). Bandingkan juga ketika TUHAN Yesus memakai lima roti dan dua ikan untuk memberi makan lima ribu orang. Ketika Yesus menyuruh para murid memberi orang banyak itu makan, mereka berkata “Yang ada pada kami di sini HANYA lima roti dan dua ikan” Tetapi apa kata Yesus? “BAWALAH KEMARI KEPADAKU”. Terkadang kita pun demikian, merasa sangat kecil dan tidak memiliki apa-apa untuk dapat menolong orang lain padahal dunia saat ini sangat membutuhkan kita. Yesus berkata "apa yang ada pada kamu, bawalah kemari kepada-Ku" Jangan takut jika engkau hanya memiliki “lima roti dan dua ikan” (sangat terbatas dalam segala hal). Jangan takut memberikan potensi diri ditengah keterbatasan dan keadaanmu. Yang perlu kita lakukan adalah menyerahkannya kepada Tuhan, dan ditangan-Nyalah semua akan diubahkan dan dilipatgandakan untuk menjadi berkat bagi dunia ini. Amin !
3. Janda di zarfat dipakai Allah dalam rencanaNya.
Penghunjukan TUHAN memerintahkan seorang janda untuk memberi Elia makan menunjukkan bahwa siapa saja bisa dipakai TUHAN untuk ambil bagian dalam sebuah tugas Pelayanan. Yang terpenting adalah hati yang tunduk kepada TUHAN. Jadi, yang “Kecil” dapat dipakai TUHAN menyatakan Kuasa Allah (I Samuel 17:40-58). Bandingkan juga ketika Daud mengalahkan Goliat hanya dengan “sebuah batu kecil” Mengapa bisa terjadi? Karena Daud mengenal betul siapa Allah yang dia percaya. Daud berkata “… tetapi aku mendatangi engkau dengan nama Tuhan semesta alam…” Dan akhirnya ALLAH YANG BESAR memakai “BATU KECIL + DAUD KECIL” untuk mengalahkan musuh!. Luar biasa bukan ? Musuh sebesar apa yang sedang saudara hadapi saat ini, musuh ekonomi, musuh pembatasan kebebasan beragama, musuh “dalam pekerjaan dan karir”, musuh kesehatan, musuh dendam didalam hati, musuh kekafiran, ingatlah didalam TUHAN, kita akan dimampukan menghadapinya. Bukankah yang kecil bagi dunia ini akan dipakai oleh Tuhan untuk mengalahkan yang hebat? Jangan mengatakan engkau kecil dan menjadi takut dengan pergumulan besar, karena bersama dengan engkau yang kecil ada ALLAH YANG BESAR! Jangan mengabaikan hal-hal kecil yang Tuhan berikan kepadamu dan jangan menolak perkara kecil yang Tuhan mau engkau kerjakan. Karena semua itu adalah awal dari perkara besar yang akan Tuhan nyatakan dalam hidupmu. Sekali lagi saya beritakan : yang paling sering diabaikan dan tidak mendapat perhatian dalam kehidupan kita adalah sesuatu yang kita anggap “kecil dan tidak berarti” Namun demikian, Allah kita adalah Allah yang besar yang dapat menyatakan kuasa-Nya melalui hal-hal yang kecil itu.
4. Secara ekonomi manusia, bisa dikatakan tidak mungkin janda yang hanya mempunyai tepung dan minyak sedikit dapat menampung Elia di dalam rumahnya. Tetapi hal yang luar biasa, Tuhan tidak suruh Elia datang kepada orang yang mampu dan kaya raya untuk memelihara Elia, tetapi kepada janda yang hanya mempunyai tepung dan minyak sedikit. Tetapi oleh TUHAN, tepung dan minyak sedikit itu tidak pernah habis. Allah mau menyatakan kemuliaanNya / kuasaNya agar nama Tuhan dipermuliakan. Kita rindu dalam kehidupan kita ada berkat-berkat yang dari Tuhan / kita berlimpah dalam segala hal. Bagaimana kita orang percaya harus hidup diakhir zaman ini, dan kita diperhadapkan dengan hal sulit dan rumit, yang secara manusia kita tidak mampu lakukan. Kita sering berpikir karena dunia ini kacau balau / tidak menentu tidak mungkin kita diberkati oleh Tuhan. Janda yang tidak punya apa-apa rindu memberi / mempersembahkan yang ia miliki. Ia membuka tangan bagi pelayan Tuhan dan kelangsungan pekerjaan Tuhan, ia mengutamakan Elia yang adalah hamba Tuhan dan tidak mementingkan diri sendiri. Sehingga ia melihat mujizat dan kemuliaan Allah. Ada banyak indikator mental peminta-minta pada diri seseorang. Korupsi salah satunya, pola hidup meminta dengan cara "diluar jalur" untuk memenuhi hasrat kerakusan. Kemudian pola hidup gila hormat dan selalau ingin dilayani, dikasihani, diberi bantuan, dll, adalah indikator pola peminta-minta, dan ironisnya manusia lintas tingkat ekonomi (termasuk orang yang telah mapan bahkan orang kekurangan sekalipun) adalah Pelaku Peminta-minta. Nats mengingatkan, kita harus mempersembahkan persembahan yang benar kepada Tuhan. Persembahan disini dimaksud bukan hanya diukur dari material, tetapi perhatian, pemikiran, tenaga untuk melayani orang yang membutuhkan, menjadi garam dan terang, menjadi duta-duta kasih. Dan ini sangat relevan ditengah krisis multi dimensi di Ripublik ini.
Untuk itu, mari kita persembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup dan kudus. Karena cuma karena kemurahan dan kasih karunia Allah kita ada, bergerak, bernapas dan berkumpul saat ini. Tuhan mau kita terlibat dalam pelayanan Tuhan dan tidak kita pergunakan hal-hal diluar kehendak Tuhan. Dan kehidupan kita kita fokuskan kepada pekerjaan Tuhan. Waktu yang Tuhan berikan kepada kita jangan kita pergunakan menurut keinginan manusia tetapi menurut kehendak Allah karena cuma karena kemurahan Allah kita ada sekarang. Tuhan mau kita melaksanakan amanat agungNya, melayani Dia, menjadi saksiNya, memberitakan kasih karuniaNya yang ada didalam kehidupan kita. Kita memang harus mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, dan materi jika kita rindu melayani Tuhan. Firman Tuhan dalam Amsal 3 : 9 berkata : Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu,” Jadi bukan hanya tubuh yang kita persembahkan tetapi juga semua apa yang ada pada kita termasuk harta kita, harus selalu kita pakai untuk kemuliaan nama Tuhan. Karena kita sudah dibayar dengan lunas. Jangan kita pakai tubuh dan harta kita untuk hal yang tidak bermanfaat tetapi untuk hal yang berguna. Filipi 1 : 27 : Hidup sesuai dengan firman Allah : Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil,
Penutup Belajar dari Janda di Zarfat, jangan kita ragu dan bimbang untuk mengambil bagian dalam pelayanan pekerjaan Tuhan. Tetapi kita harus membantu untuk pelayanan pekerjaan Tuhan. Dan kita berikan yang terbaik untuk pekerjaan Tuhan. Efesus 5 : 20 menyampaikan : Mengucap syukur dalam segala hal. Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita. Dalam segala aspek kehidupan kita dan dalam mengambil bagian dalam pekerjaan Tuhan pasti ada suka dukanya. Tetapi dalam segala hal kita harus senantiasa mengucap syukur. Di masa sulit ini kita ditantang untuk melayani pekerjaan Tuhan, dan harus kita lakukan bukan dengan bersungut-sungut / berbantah-bantah, tetapi dengan ucapan syukur, karena akan memuliakan Allah. Baik dalam keadaan susah, harus tetap ada ucapan syukur dan kemauan untuk dipakai Tuhan melayaniNya. Persoalan / masalah / pergumulan apapun yang kita hadapi, jangan kita kuatir, tetapi kita tetap datang kepada Tuhan, mempersembahkan persembahan yang benar dihadapan Tuhan, tetap hidup sesuai dengan firman Allah, dan ada ucapan syukur. Maka akan ada mujizat yang akan Tuhan nyatakan dalam kehidupan kita. Seperti kalimat sebuah syair lagu : “Mujizat terjadi sekarang ini”, ya mujijat bukan sebuah “kisah lampau” tetapi Allah yang hidup tetap berkuasa dengan caraNya memberikan mujizat dalam setiap kehidupan manusia. Tuhan Yesus memberkati. Amin. (hp,-)