Monday, September 22, 2008

Say "No" to crime against culture : Menolak RUU Pornografi

Menolak Rancangan UU Pornografi bukan berarti setuju akan adanya pornografi dan porno aksi di masyarakat. Statement ini harus digaris bawahi. Teman-teman sebangsa dan setanahair yang masih mencintai budaya bangsa dan menghargai warisan leluhur, isis RUU Pornografi (dahulu RUU APP - Anti Pornografi Porno Aksi) jelas mengorbankan nilai-nilai budaya bangsa yang bhineka tunggal ika. Candi Sukuh, Ceto, Lingga dan Yoni, bahkan Tugu Monas - semuanya bisa dianggap porno. Padahal itu jelas bagian dari budaya bangsa, dan pada waktu itu masyarakat adat sendiri bisa mencerna secara positif patung-patung di candi tanpa pikiran harus ngeres dan pikiran negatif. Kalau begitu terjadi penjajahan satu budaya lebih benar diatas budaya lain. Terjadi tindakan kriminalisasi terhadap budaya tertentu.
Seorang penari Jawa, Sunda atau Bali bisa dianggap membangkitkan gairah seksual, padahal itu adalah seni. Pertanyaannya, haruskah ada pelarangan terhadap pakaian kebaya yang botabene warisan budaya dan pelarangan gerakan tertentu dari Tarian budaya ? Karya seni budaya ini jangan dikorbankan atas nama "menangani otak porno"dan kepicikan beberapa orang termasuk pembuat RUU Pornografi.
Anan Krisna dalam Web http //www.akcjoglosemar.org (http://www.akcjoglosemar.org/berita/tolak-uu-pornografi-kita-sudah-memiliki-budaya-dan-peradaban/) menyampaikan bahwa Rancangan undang-undang "porno" sungguh asusila dalam pengertian RUU Pprnografi itu sama sekali tidak menghargai budaya bangsa. Silakan dipelajari, ini adalah upaya arabisasi - jelas sekali. Partai politik yang mendukungnya adalah "antek arab" - silakan pelajari sejarah mereka. Apa hubungannya dengan kelompok-kelompok di luar sana. Upaya untuk merubah Indonesia menjadi bagian dari budaya arab jelas TIDAK BISA DITERIMA. KITA SUDAH MEMILIKI BUDAYA DAN PERADABAN.
Say "No" to crime against culture. Indonesia, saatnya bersatu - sebelum kau dijajah oleh kaum asing lewat saudara-saudara kita yang tidak memahami sejarah. Sayang, mereka berada di DPR, di MPR, dalam kabinet. Saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air yang kurang paham dan menganggap penolakan terhadap rancangan undang-undang ini sama dengan penerimaan terhadap pornografi - MESTI DISADARKAN. Ada unsur primordial SARA disana. KITA MENOLAK PORNOGRAFI, TETAPI JUGA MENOLAK RANCANG UNDANG-UNDANG PORNO DAN TUNA SUSILA, BUTA TERHADAP BUDAYA BANGSA. Menurut rencana, DPR akan menggelar sidang paripurna Selasa (23/9) mendatang untuk pengambilan keputusan Rancangan Undang-Undang (RUU) Pornografi menjadi Undang-Undang (UU). Dua dari 10 fraksi di DPR menolak pengesahan RUU tersebut dan mengancam akan walk out dari sidang paripurna, karena menilai regulasi tersebut bakal mengancam kebinekaan bangsa Indonesia. Definisi dan pasal-pasal mengenai pornografi dalam RUU tersebut, sangat interpretatif, sehingga bisa menjadi ajang perangkap kelompok orang tertentu terhadap orang atau kelompok lain hanya kerana sangkaan pornografi. Pertanyaannya, apakah semangat dan materi RUU tersebut, sungguh mencerminkan nilai-nilai kebangsaan dan kebinekaan bangsa yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 tersebut? Jawaban atas pertanyaan itu, bisa direkam dari reaksi masyarakat atas rencana penegsahan RUU Pornografi tersebut. DPR boleh mengklaim bahwa RUU tersebut sudah disosialisasikan ke masyarakat, sehingga layak diundangkan, tetapi fakta menunjukkan pula bahwa penolakan keras dari masyarakat, muncul di beberapa daerah.
Reaksi antara lain muncul dari Daerah Papua/Irian Jaya. Para wanita dengan menggunakan pakaian tradisional adat Papua menari sambil membawa poster penolakan atas RUU Pornografi (sebelumnya disebut RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi/APP) di halaman kantor Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Papua, Jayapura, beberapa waktu lalu. Mereka menyatakan dengan tegas menolak RUU Pornografi, karena dianggap dapat menghancurkan budaya asli setempat. Sejatinya, sebuah regulasi, diterbitkan untuk semua kalangan dalam masyarakat yang heterogen dengan tujuan untuk menjaga norma secara bersama. Untuk konteks Indonesia, tentu saja regulasi tersebut, haruslah merupakan penjabaran dari amanat konstitusi UUD 1945, ideologi negara dan bangsa Indonesia yang pluralitas. Mengingat beragamnya kepentingan yang ada di dalam masyarakat Indonesia, pembahasan UU pun seharusnya dilakukan dengan hati-hati, penuh perhitungan, dan merangkum semua kepentingan dengan dasar musyawarah dan mufakat. Prinsip itu tentu diamanatkan dalam sila ke-4 Pancasila yang telah disepakati bersama menjadi dasar negara kita.
Kalau dicermati, penolakan keras atas RUU Pornografi itu, memang bukan tanpa alasan. Sebab, materi dan semangat dari RUU tersebut, mengandung banyak hal yang sangat krusial. Pasal dan ayat-ayat krusial itu, sangat berpotensi menghancurkan kebinekaan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Bukan hanya potensi perpecahan antara suku bangsa dengan suku bangsa lainnya, ataupun agama dan ras, tetapi masyarakat dengan kondisinya yang karena kemiskinan atau adat istiadatnya bisa dijeboloskan ke dalam penjara, hanya karena porno maupun dikesankan porno.
Kita semua sepakat bahwa pornografi merusak moral bangsa. Tetapi, jangan sampai kesan dan persepsi pornografi yang berbeda itu membuat bangsa kita hancur, karena saling menghakimi dan menjadi "polisi moral" terhadap yang lainnya. Jangankan sejumlah pasal yang substansial dan rentan berdampak pada integrasi bangsa yang masih jadi persoalan, definisi pornografi pun masih jadi perdebatan. Definisi yang disepakati Pansus soal pornografi, sangat debatable, dan berbeda dengan definisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Definisi Pornografi dalam Pasal 1 Ayat (1) RUU Pornografi adalah materi seksualitas yang dibuat oleh manusia dalam bentuk gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, syair, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan komunikasi lain melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang dapat membangkitkan hasrat seksual dan/atau melanggar nilai-nilai kesusilaan dalam masyarakat. Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan, pornografi adalah penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu birahi. Atau bahan bacaan yang dengan sengaja dan semata-mata dirancang untuk membangkitkan nafsu birahi dalam seks. Dengan definisi yang dibuat DPR dan Pemerintah, tentu saja banyak hal yang menjadi pertanyaan, karena tidak jelas dan cenderung menjadi pasal karet, yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan sekelompok orang. Kata-kata "dapat" pada definisi pornografi kalau dicermati secara mendalam tentu saja sangat bersifat subjektif. Misalnya, si Budi mungkin bangkit hasrat seksualnya ketika memandang Mira yang mengenakan rok mini, tetapi si Badu yang berdiri tepat di sampingnya menganggap penampilan Mira biasa-biasa saja, sehingga hasrat seksualnya tidak muncul. Siapa yang harus disalahkan, Badu, Budi, atau Mira? Kemudian, jika "hasrat seksual" hanya terpendam dalam pikiran dan hati dan tidak diwujudnyatakan dalam tindakan, apakah orang-orang semacam itu dikenai hukuman?
RUU ini juga tidak menjelaskan mengenai apa itu "nilai-nilai kesusilaan". Keberagaman agama, budaya, seni, dan lain-lain yang dimiliki Indonesia tentu saja akan memiliki nilai-nilai yang berbeda seperti halnya nilai-nilai kesusilaan. Belum tentu nilai kesusilaan orang Jawa sama dengan nilai kesusilaan orang Ambon, Papua, Aceh, dan masih banyak etnis lainnya.
Hal lain yang mendapat sorotan, yakni Pasal 4 ayat 1 (d) yang menyatakan, setiap orang dilarang memproduksi, membuat, memperbanyak, menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor, menawarkan, memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan pornografi yang memuat ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan. Berbicara mengenai ketelanjangan, tentu kita harus melihat dari dasar kalimatnya, yakni telanjang. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan, kata telanjang memiliki arti tidak berpakaian, tetapi kalau kesan ketelanjangan, sulit diukur. Penjelasan RUU menyebutkan "mengesankan ketelanjangan" adalah penampakan tubuh dengan menunjukkan ketelanjangan, yang menggunakan penutup tubuh yang tembus pandang. Pasal ini juga sungguh fatal, karena sangat multiintepretasi.
Bagaimana dengan perempuan atau ibu-ibu di desa di Jawa-Bali, yang terbiasa dengan kebaya atau lelaki di pedalaman Papua yang mengenakan koteka dalam kehidupan sehari-hari bukan karena seni, apakah itu pornografi atau mengesankan pornografi? Apakah mereka harus mengganti pakaiannya jika RUU ini disahkan? Atau apakah mereka harus mendekam di penjara kalau tetap mengenakan pakaian itu. Bagaimana dengan program membudayakan kebaya sebagai budaya bangsa ? Lalu, bagaimana dengan para olahragawan semisal perenang, atlet bola voli, khususnya pantai yang hanya mengenakan celana dalam dan bra. Bukankah itu lebih terbuka dibanding kebaya? Akankan atlet-atlet tersebut menjadi korban dari serampangannya RUU ini? Bagaimana pula dengan definisi setiap orang yang dimaksud di awal kalimat tersebut. Jika melihat definisi setiap orang dalam RUU, maka anak-anak pun ikut termasuk di dalamnya. Artinya, jika anak-anak bermain dalam kondisi telanjang bisa saja dilaporkan polisi karena tidak menutup tubuhnya.
"Polisi Moral" Bagian yang harus dicermati juga, yakni soal peran serta masyarakat. Dalam Pasal 22, sangat jelas disebutkan masyarakat bisa melaporkan pelanggaran terhadap UU ini. Pasal ini telah membuka peluang sebesar-besar bagi sekelompok masyarakat untuk bertindak sebagai "polisi moral". Mereka bisa saja melaporkan orang yang dituduh melakukan tindakan pornografi dengan membawa calon korbannya secara sewenang-wenang dengan cara-cara di luar hukum. Celakanya, Pasal 23 kemudian memberi jaminan perlindungan bagi masyarakat atau kelompok masyarakat yang bertindak sebagai pelapor. Bagaimana UU ini bisa mejamin, kalau orang yang melapor tersebut tidak melakukannya dengan cara-cara di luar hukum? Pasal 22 ayat (d) disebutkan, masyarakat turut berperan melakukan pembinaan kepada masyarakat terhadap bahaya dan dampak pornografi. Di sini pun sangat tidak jelas, apa arti dari "pembinaan" yang dimaksudkan.
Semua hal ini bisa membuat chaos di masyarakat. Seseorang bisa menjadi hakim bagi sesamanya. Akan muncul "penegak hukum tandingan" dan kebingungan di masyarakat. Sebuah bom waktu.
Pariwisata Untuk sektor Pariwisaya tentu RUU Pornografi ini sangat tidak relevan. Akan terjadi pembatasan kebebasan "berekspresi". Haruskah di Pantai seseorang harus dilarang mengenakan pakaian renang, harus kah seorang wisatawan tertawan budayanya demi menghindari otak kotor porno yang melihat ? Ini penjajahan budaya. Itulah sebabnya salah satu desakan yang paling kuat menolak RUU Pornografi adalah dari Bali. Sementara itu, budayawan Samosir, Sumatera Utara, Hamonangan di Medan, Selasa mengatakan, UU Pornografi akan membuat wisatawan mancanegara enggan untuk berkunjung ke Indonesia. Bila hal ini terjadi, dan wisatawan jera datang, karena banyaknya peraturan, dipastikan akan memukul perekonomian masyarakat, selain mengurangi pendapatan pemerintah dari industri pariwisata. "Apabila RUU ini disahkan, bisa memberikan keuntungan pada instansi lain. Bisa saja persoalan ini menjadi ajang memeras orang," katanya. Peringatan dari berbagai pihak tersebut ada benarnya. Kalau saja para wakil rakyat di Senayan itu berjiwa negarawan, pastilah bisa mencamkan reaksi penolakan dari daerah soal RUU Pornografi tersebut. Kalau perlu, batalkan RUU tersebut atau setidaknya, tunda pengesahannya. ( Referensi : http://www.suarapembaruan.com/ SUARA PEMBARUAN DAILY Awas Perangkap UU Pornografi )

Monday, September 08, 2008

Hidup Yang Dilandasi Syukur.

Nats : Pengkhotbah 5:17-19 Telah diwartakan pada Ibadah Minggu 31 Agustus 2008, di HKI Jl. Melanthon Siregar, P. Siantar
Tidak ada yg suka yg palsu. Produk barang eletronik yang Palsu biasanya dipakai sebentar, lalu rusak. Pakaian yg palsu (mengadopsi Merk tertentu) mungkin kemasan atau bentuknya saja yg sama dengan yg asli, tapi ketika dipakai bisa cepat luntur dan kemudian rusak, karena memang kualitasnya berbeda dari yang asli. Demikian juga kepalsuan lain, tiap manusia tentu tidak menyukai senyuman palsu, sanda gurau palsu, cinta palsu. Singkat kata Manusia dari dasar hatinya menginginkan sesuatu yang asli, yang sebenarnya. Bukan yang palsu.
Termasuk dengan kebahagiaan, manusia menginginkan kebahagiaan yang sebenarnya bukan kebahagiaan yang semu, yang palsu. Uniknya manusia dalam mencari kebahagiaan, demi sebuah pengakuan, demi mencapai keinginan sering larut dalam arah kebahagiaan yang palsu. Banyak manusia berpikir sumber kebahagiaan adalah materi, kekuasaan, fasilitas dll. Untuk itu dia bekerja keras dengan berbagai cara demi mendapatkannya.
Ada 4 tipe yang bisa kita rumuskan : 1. Manusia bekerja keras agar bisa mendapatkan materi untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya, dengan berasumsi jika mendapatkan materi yang banyak maka dia akan bahagia. Akhirnya memang dia mendapatkan banyak materi setelah ia kerja keras. Tapi setelah didapat, ia tidak menemukan kebahagiaan. Melainkan hanya justru kesibukan-2 baru.
Mereka disibukkan untuk membelanjakan uangnya, beli ini dan beli itu dengan anggapan akan mendapatkan kebahagiaan, pendeknya mereka akan membeli gaya hidup yang mencerminkan mereka "bahagia", disibukkan untuk mendapatkan pengakuan, sehingga kepercayan dirinya terletak pada apa yg dimilikinya, terletak pada apa yg dikenakannya, bukan kepada dirinya sendiri sebagai manusia yg diciptakan oleh Allah. Mereka tidak mendapat kebahagiaan yg mereka cari. Yang ada hanya takut bangkrut, atau takut korupsinya ketahuan, takut anaknya justru makin nakal. Yang ada hanya perubahan orientasi hidup : perubahan sikap pd orang lain, ego yg tinggi, dimana yg menjadi prioritas utama hanya dirinya. Itu sebabnya ketika seseorang yang tiba-tiba punya banyak materi, tiba-tiba juga tinggi hati dan menjaga jarak dari orang sekitar. Ia tetap merasa kurang. Akhirnya Konsep ideal tadi bahwa materi menjadi sarana bahagia tidak didapatinya, Justru dia tertawan oleh rasa tidak cukup dan hidupnya tidak tenang. Dimana Yang salah ?
Kemudian kita ke tipe 2. 2. Dan ada juga yang telah bekerja keras, kemudian memiliki harta banyak, ternyata benar-benar bahagia. Ia tetap bekerja keras, harta mengalir dan ia menikmatinya. Ia hidup bahagia.
Dimana kuncinya ? Ternyata rasa hidup bersyukur, memahami bahwa rejekinya berasal dari TUHAN dan harus dipakai sebagai jalan berkat buat orang lain. Sehingga ia menjalani hidup kecukupannya dengan kerendahan hati dan semangat melayani TUHAN melalui sesama.
Tipe 3 : 3. Ada orang yang bekerja keras, tetapi apa yang dimilikinya yang terbatas tetap bisa dinikmatinya, ia bahagia. Kuncinya sama dengan tipe 2 : Rasa syukur.
Tipe 4 : 4. Ada orang yang malas bekerja, hanya berhayal, keseharian kegiatannya menghabiskan waktu dengan membahas apa saja, tapi tidak melakukan apa-apa. Efeknya pendapatannya tidak ada, dan ia tidak menikmati hidupnya karena bukan hanya merasa kurang tetapi faktanya adalah kurang. Orang seperti ini berada dalam posisi kebiasaan "menunda" tindakan, ini merupakan cermin dari gagalnya pikiran untuk menerima DIRI ini dengan apa adanya. Ia hanya berpikir :
- Besok saya akan mengerjakannya jika saja.... - Dulu saya pasti sudah melakukannya kalau saja saya tidak......
- Besok saya pasti akan berbahagia bila saya sudah berhasil meraih A, B, C,...
- Dulu sebetulnya saya sudah bahagia, jika saja saya tidak mengalami A, B, C,...
Jemaat terkasih, diantara 4 tipe dalam menjalani kehidupan menuju kebahagiaan sejati dimana posisi kita ? Apa kuncinya hidup bahagian yang bisa kita dapat ? Mensyukuri. Mensykuri akan mempengaruhi cara pandang kita tentang harta. Bahwa itu adalah titipan Allah dan harus dimamfaatkan untuk orang lain juga. Orang yang tidak menikmati : tidak mensyukuri : tidak diberi kuasa untuk menikmatinya ! Orang yang terbatas tapi bahagia : mensyukuri Orang yang tidak bekerja sehingga tidak bahagia : tidak mensyukuri hidup, tenaga, pancaindera sehingga wajar ekonominya morat marit berkekurangan.
Hal ini terkait dalam pembahasan nats :
Ada beberapa hal yang bisa kita lihat dalam ayat ini : Pada ayat 17 dikatakan Lihatlah, yang kuanggap baik dan tepat ialah kalau orang makan minum dan bersenang-senang dalam segala usaha yang dilakukan dengan jerih payah di bawah matahari selama hidup yang pendek, yang dikaruniakan Allah kepadanya, sebab itulah bahagiannya.
Manusia diminta untuk bekerja dalam hidupnya. Firman TUHAN berkata dalam 2 Tesalonika 3 : 10 ; ……. “jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.”
Amsal 6:6-11 ; 6:6 Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: 6:7 biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, 6:8 ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen. 6:9 Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu? 6:10 "Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring" 6:11 maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata.
Kesuksesan itu berada dalam ranah tindakan. Betapa banyak orang yang sarat dengan ide-ide cemerlang namun tidak pernah mencapai apapun, karena mereka tidak pernah memutuskan untuk SEGERA bertindak. Kalimat sebab itulah bahagiannya bukan berarti kita mengimani ada takdir seolah Allah sudah menentukan segala sesuatu. Mensahkan anggapan :"Jika gagal, ya sudahlah itu sudah garis hidupku". Ini adalah kalimat putus asa. Masa depan belum pernah terjadi, tidak ada takdir. Allah membuka kesempatan kepada tiap manusia untuk menentukan masa depannya dan mempertanggungjawabkan pada Tuhan. Kemudian pada ayat 18-19 dikatakan : Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya -- juga itu pun karunia Allah. Tidak sering ia mengingat umurnya, karena Allah membiarkan dia sibuk dengan kesenangan hatinya.
TIAP MANUSIA MEMPUNYAI KEINGINAN. Tapi demi mencapai itu banyak yang menempuhnya dengan cara yang tidak berkenan dgn Allah. Bnk. 1 Timotius 6:9-10 : 6:9 Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. 6:10 Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.
Alkitab banyak sekali memperingatkan kita akan bahaya dari kekayaan atau keinginan untuk menjadi kaya secara jasmani. Seringkali harta adalah penyebab kejatuhan manusia;
Bnk. Mat. 6:21 / Luk. 12:34 Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.
Pengkhotbah 5:9-10. Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia. Dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang-orang yang menghabiskannya. Dan apakah keuntungan pemiliknya selain dari pada melihatnya? 1 Timotius 6:17-19 : Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati. Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya.
Menjadi kaya adalah suatu berkat, tetapi kita harus berhati-hati dalam menerima, mengelola dan memelihara kekayaan itu. Allah kita Allah yang baik dan menjanjikan kebutuhan jasmani yang cukup, maka janganlah kawatir akan kebutuhan materi : Orang yang cinta akan uang tidak akan pernah puas. Maka yang terutama adalah kejarlah harta surgawi yang membawa kebahagiaan dan hidup yang kekal : dalam memenuhi kebutuhan hidup kita perlu uang, untuk kebutuhan rumah tangga, makan, pakaian, pendidikan, apapun kegiatan kita semuanya perlu dana. Untuk pemenuhannya Allah memerintahkan manusia untuk bekerja :Uang itu penting, tetapi lebih penting lagi bagaimana cara menggunakannya dengan baik. Yang negatif bukan uangnya melainkan sikap terhadap uang, yaitu "cinta-uang" yang bisa menjadi akar setiap kejahatan. Kita tidak boleh mengabdikan diri sebagai hamba uang dan menjadikannya "Mamon" atau berhala. Yang salah pula, bila kita tamak dan mengandalkan uang lebih dari pada Allah Sumber:
Bnk. Amsal 10:22 Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.Kekayaan adalah dari Tuhan! Janganlah menganggap kekuatan kita yang menjadikan kita kaya. Ulangan 8:17 ; Maka janganlah kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini. Setiap apa yang ada dari pada manusia adalah berasal dari Allah. Karena itu untuk menikmatinya pun mintalah kuasa dari Allah untuk menikmatinya. Ada orang yang bisa menikmati gaji yang dianggap orang rendah, tapi ia justru bahagia. Ada orang yg bergaji besar tapi tidak menikmatinya. Kebahagiaan itu bukan terletak pada apa yang BELUM kita miliki. Bukan pula terletak pada apa yang PERNAH kita miliki. Kebahagian itu terletak di dalam diri ini, SAAT INI. Keikhlasan untuk menerima diri ini apa adanya, adalah kunci untuk memulai langkah awal menuju keberhasilan. Karena itu : Dgn pekerjaan, hasil pekerjaan berupa kekayaan kita bisa memuliakan Allah dgn harta kita, berusaha mencukupkan diri dan mensyukuri yang ada tetapi tetap bekerja maksimal dengan kejujuran. Firman Tuhan dalam Amsal 3:9-10 berkata Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.
Allah lebih senang ketika Dia mendapati anak-anakNya itu tidak memprioritaskan kebutuan jasmani saja, tetapi selalu mencari kebenaran Allah dan hidup menurut ajaranNya : Bnk. Matius 6:33 ; Allah kita adalah Allah yang berkelimpahan. Allah sanggup memberkati kita dengan berkat jasmani yang cukup untuk kita hidup bahkan berkelimpahan. Cinta akan mamon menjadi penghalang dalam mencari Tuhan. Materi atau uang dapat menolak Tuhan Yesus. Dalam hidup ada yang lebih penting daripada uang dan harta, ada banyak hal yang tidak bisa dibeli dengan uang. Kedamaian, sukacita, ketenangan, kasih, tidak bisa dibeli dengan uang. Keselamatan Kekal dari Tuhan tidak bisa dibeli dengan uang, tapi harus dibayar dengan iman percaya. Iman membuat kita yakin akan pemeliharaan Allah, dan ini akan menghadirkan pola hidup bersyukur dalam hidup kita. Jika hal ini kita jalani, maka akan ada damai sejahtera dalam hidup kita, keluarga kita dan ini semua akan terpancar dalam kehidupan kita. Amin.

Tuesday, September 02, 2008

Let Your Soul Be Your Pilot

Banyak kesalahan, celaka, perkara (pertikaian fisik non fisik, kriminal, sengketa, hingga korupsi) yang terjadi ketika hati nurani di masing-masing pihak pelaku terabaikan. Nurani yang adalah murni, sering terhimpit oleh ego berwujud nafsu, ketamakan, rasa ingin menguasai, ketinggian hati dll. Sebenarnya Nurani adalah media yang disediakan TUHAN pada tiap manusia untuk mengontrol hidup. Tidak ada edisi ciptaan berwujud manusia yang diciptakan tanpa nurani. Pertanyaannya apakah fungsi control itu di aktifkan atau justru di benam. Firman TUHAN dalam Mazmur 16:7 berkata : "Aku memuji TUHAN, yang telah memberi nasihat kepadaku, ya, pada waktu malam hati nuraniku mengajari aku." Pemazmur mengisyaratkan bahwa Allah memakai nurani dalam menasihati, memberi petunjuk akan hidupnya. Jadi bukan berarti kita mengandalkan nurani terlepas dari komunikasi dan kedekatan kita dengan TUHAN. Ini harus berbarengan. Kombinasi dari hal ini akan ada pencerahan hidup, kerendahan hati, sehingga akhirnya kita menjadi pelita yang menerangi. Selamat hidup bersama nurani.
"Let Your Soul Be Your Pilot"
Sting
Let your soul be your pilot
Let your soul guide you
He'll guide you well
When you're down and they're counting
When your secrets all found out
When your troubles take to mounting
When the map you have leads you to doubt
When there's no information
And the compass turns to nowhere that you know well
Let your soul be your pilot
Let your soul guide you
He'll guide you well
When the doctors failed to heal you
When no medicine chest can make you well
When no counsel leads to comfort
When there are no more lies they can tell
No more useless information
And the compass spins
The compass spins between heaven and hell
Let your soul be your pilot
Let your soul guide you
He'll guide you well
And your eyes turn towards the window pane
To the lights upon the hill
The distance seems so strange to you now
And the dark room seems so still
Let your pain be my sorrow
Let your tears be my tears too
Let your courage be my model
That the north you find will be true
When there's no information
And the compass turns to nowhere that you know well
Let your soul be your pilot
Let your soul guide you
Let your soul guide you
Let your soul guide you upon your way...