Thursday, August 28, 2008

Refleksi

.............
Sejak kamu bangun pada pagi hari ini, Aku memperhatikan kamu dan berharap kamu akan segera menyapa-Ku, walaupun cuma beberapa kata saja, atau meminta pendapat-Ku dan bersyukur kepada-Ku atas segala sesuatu yang baik telah terjadi dalam hidupmu kemarin. Tetapi Aku melihat kamu terlalu sibuk mencari-cari pakaianmu yang terbagus untuk bekerja.
Aku menunggu lagi.
Setelah siap, kamu berlari tergesa-gesa, Aku tahu bahwa kamu memiliki waktu beberapa saat untuk berhenti sejenak untuk menyapa-Ku, tetapi kamu masih terlalu sibuk.
Berikutnya, kamu tidak melakukan apa-apa. Kamu hanya duduk saja dengan santai di atas sofa selama 15 menit, Kemudian tiba-tiba kamu beranjak, Aku mengira bahwa kamu hendak berbicara kepada-Ku, tetapi ternyata kamu beranjak hendak menelpon teman-temanmu untuk mengetahui gosip-gosip terbaru.
Setelah itu, kamu pun berangkat dari rumah untuk segera bekerja dan Aku masih menunggumu sepanjang hari dengan sabar.
Dengan segala aktifitasmu yang sangat padat, Aku kira kamu masih tidak sempat untuk sekedar menyapa-Ku.
Pada tengah hari. sebelum kamu menyantap makan siangmu, Aku melihat kamu menoleh ke kiri dan ke kanan, mungkin kamu merasa malu untuk berbicara kepada-Ku, maka dari itu kamu tidak menundukkan kepala padahal kamu sudah melihat beberapa teman-temanmu berbicara kepada-Ku terlebih dahulu sebelum mereka menyantap makanan mereka, tetapi kamu tidak...
Tidak apa-apa...
Setelah sore tiba, kamu pulang ke rumah. Masih ada waktu yang tersedia, Aku masih berharap kamu untuk menyapa-Ku. Ternyata masih banyak pekerjaan yang harus kamu selesaikan di rumah. Setelah selesai, kamu menghidupkan TV. Aku tidak tahu kamu suka menonton acara-acara di televisi atau tidak, hanya saja kamu kerap kali menghabiskan banyak waktu di depannya, tanpa memikirkan apa-apa kecuali menonton setiap acara yang ada sambil menikmati cemilan. Kembali Aku menunggu dengan sabar.
Tetapi kamu masih saja tidak menyapa-Ku.Tibalah waktu untuk tidur bagimu, tentunya kamu sudah merasa sangat lelah sepanjang hari ini. Kemudian kamu pun langsung tertidur dengan pulasnya. Tidak apa-apa karena mungkin kamu tidak menyadari bahwa Aku ini selalu ada disekitarmu.
Aku mempunyai kesabaran dan kelembutan lebih daripada yang dapat kamu ketahui. Bahkan Aku ingin sekali mengajarmu bagaimana untuk bersabar dan bersikap lembut kepada orang-orang di sekitarmu dengan baik.
Aku sangat mengasihi kamu. Setiap hari Aku menunggu tundukan kepalamu atau doa-doamu atau ungkapan terima kasih dari dalam hatimu.
Seperti kemarin-kemarin, kamu bangun dari tidurmu dan kembali Aku menunggu dengan penuh kasih setia dan berharap pada hari ini kamu paling tidak akan memberikan sedikit waktu untuk-Ku....
Aku memberkatimu!
_________________________
tahun ke bulan ke minggu ke hari - tak pernah jemu membaca ilustrasi ini,
mari memaknai - semoga menjadi berkat.
Maha Mulia Kasih TUHAN YESUS.

Tuesday, August 26, 2008

Hening

Belakangan ini kembali aku merasakan betapa berharganya sebuah keheningan. Bayangkan saja, semenjak manusia lahir, selalu saja ada hiruk pikuk yang secara terus menerus hadir di pikiran. Hiruk pikuk itu tidak pernah pergi bahkan ketika kita tertidur atau berada sendiri sekalipun. Sebuah hiruk pikuk yang menyelubungi diri kita hingga kita berhenti mendengarkan. Dan bahkan ketika kita berhenti, kita masih tetap mendengar hiruk pikuk itu dan tidak merasakan keheningan. Hiruk pikuk bagaimana penilaian orang-2 terhadap kita, hiruk pikuk peristiwa sekitar, hingga hiruk pikuk pikiran apa yang harus kita kerjakan, bagaimana mendapatkan pengakuan dari orang lain baik dipekerjaan, lingkungan hingga keluarga, dll. Pekerjaan dan aktifitas keseharian sering menghalau keheningan yang datang untuk berbicara pada kita, tapi atas nama lelah, ingin tidur, ada deadline, keriuhan diantara teman2, keheningan itu dibungkam.
Fakta memang, setiap manusia membutuhkan dan mencari kedamaian, ketenangan. Bekerja-berprestasi jika ditelaah adalah untuk mengatasi kebutuhan itu. Namun kita sering mencarinya lewat aktifitas pikiran manusia yang tergesa-gesa dan tidak berguna. Manusia telah menjadi ahli dalam menciptakan kesenangan dan kepuasan perasaan, namun kesenangan dan kepuasan itu hanya di permukaanya saja sehingga tidak kekal atau nyata. Kita menyenangkan pikiran kita dengan mainan baru, pemandangan baru, unlimited work', kesenangan baru, aktifitas "baru", tetapi jarang sekali dari kesemuanya itu yang merupakan kedamaian nyata. Kita hanyut dalam arus lingkaran semu hidup, tanpa bisa benar-2 menikmatinya.
Karenanya, hal yang paling berharga untuk dicari adalah ketenangan dan keheningan. Dalam keheningan, kita akan diajak berbicara tentang hal-2 yang selama ini mungkin kita tolak untuk dibicarakan karena menyakitkan. Ingatlah, justru itulah yang menuntun kita kepada kedamaian hidup dan apa seharusnya yg dilakukan. Kedamaian ini tidak bergantung pada keadaan eksternal. Dalam prosesnya, berada dalam suasana hening akan memusatkan ketidakseimbangan yang ada pada kita, tentang siapa diri kita tentang apakah kita serta mengapa kita disini, menelanjangi tiap kekeliruan dalam hidup, keheningan membawa penyesalan akan kejadian lampau dimana kita mungkin telah menyakitkan perasaan orang lain, keheningan menyadarkan benarkah ditengah kesibukan kita telah mengabaikan orang-2 yg justru mendoakan dan mencintai kita dgn tulus, keheningan menghempaskan keangkuhan kita, keheningan menyadarkan kita bahwa semua yang ada pada kita termasuk kemampuan untuk hidup dan berindera adalah hanya karena TUHAN, keheningan menerima kenyataan akan sebuah kegagalan atau keberhasilan, keheningan membuka topeng dan kemunafikan, keheningan memuntahkan dusta,
Kadang-kadang kita dapat menyadari kebesaran Tuhan ketika kita diam. Hening adalah suatu ekspresi penghormatan yang tepat, karena Tuhan juga berbicara kepada kita dengan suara yang hening. Keheningan merawat dan menyalakan kerinduan kita untuk Tuhan.
luar biasa jika keheningan di hayati...
Dalam Keheningan Datanglah Pengertian - Dalam Pengertian Datanglah Kebijaksanaan - Dalam Kebijaksanaan Datanglah Perbuatan Yang Tepat.

Tuesday, August 19, 2008

Bagaimana Pikiran Mempengaruhi Alur Hidup

Pada musim panas 1946 desas-desus tentang kelaparan melanda sebuah provinsi di negara Amerika Latin. Padahal tanaman bertumbuh baik dan cuaca pun sempurna, menunggu panen raya.
Tetapi karena daya sas-sus itu, 20.000 petani gurem meninggalkan sawah-ladangnya dan lari ke kota-kota.
Karena perbuatan mereka, panen gagal, ribuan orang meninggal dan isyu kelaparan terbukti nyata. (doa sang katak/doc).
PIKIRAN Seekor belalang telah lama terkurung dalam sebuah kotak. Suatu hari ia berhasil keluar dari kotak yang mengurungnya, dengan gembira dia melompat-lompat menikmati kebebasannya. Di perjalanan dia bertemu dengan seekor belalang lain, namun dia keheranan mengapa belalang itu bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh darinya.
Dengan penasaran dia menghampiri belalang lain itu dan bertanya, “Mengapa kau bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh dariku, padahal kita tidak jauh berbeda dari usia maupun ukuran tubuh?” Belalang itu menjawabnya dengan pertanyaan, “Di manakah kau tinggal selama ini? Semua belalang yang hidup di alam bebas pasti bisa melakukan seperti yang aku lakukan.” Saat itu si belalang baru tersadar bahwa selama ini kotak itulah yang telah membuat lompatannya tidak sejauh dan setinggi belalang lain yang hidup di alam bebas.
Kadang-kadang kita sebagai manusia, tanpa sadar, pernah juga mengalami hal yang sama dengan belalang tersebut. Lingkungan yang buruk, hinaan, trauma masa lalu, kegagalan beruntun, perkataan teman, tradisi, dan kebiasaan bisa membuat kita terpenjara dalam kotak semu yang mementahkan potensi kita. Lebih sering kita mempercayai mentah-mentah apa yang mereka voniskan kepada kita tanpa berpikir dalam-dalam bahwa apakah hal itu benar adanya atau benarkah kita selemah itu? Lebih parah lagi, kita acap kali lebih memilih mempercayai mereka daripada mempercayai diri sendiri. Tahukah Anda bahwa gajah yang sangat kuat bisa diikat hanya dengan seutas tali yang terikat pada sebilah pancang kecil? Gajah sudah akan merasa dirinya tidak bisa bebas jika ada “sesuatu” yang mengikat kakinya, padahal “sesuatu” itu bisa jadi hanya seutas tali kecil… Pernahkah Anda bertanya kepada diri Anda sendiri bahwa Anda bisa “melompat lebih tinggi dan lebih jauh” kalau Anda mau menyingkirkan “penjara” itu? Tidakkah Anda ingin membebaskan diri agar Anda bisa mencapai sesuatu yang selama ini Anda anggap di luar batas kemampuan dan pemikiran Anda? Sebagai manusia kita berkemampuan untuk berjuang, tidak menyerah begitu saja kepada apa yang kita alami. Karena itu, teruslah berusaha mencapai segala aspirasi positif yang ingin Anda capai.
'Sakit' memang, lelah memang, tapi jika Anda sudah sampai di puncak, semua pengorbanan itu pasti akan terbayar.———————-

Tuesday, August 12, 2008

Living Green

Happy Green
Thanks to Al Gore and other environmentalists the concern of global warming is rapidly growing throughout the world, mostly in the West. In America, for example, people talk this issue every day. At bookstores people are reading books and magazines giving them instructions how to be green and be part of a global movement to save the earth. As a response to public awareness, industries are helping their customers to become greener and greener. Supermarkets are stocking their shelves with organic and eco-friendly products. Whole Foods Market, the world’s leading retailer of natural and organic food, is growing fast by giving its customers a promise that the food they buy will help saving the earth. Despite the fact that U.S. government is still unwilling to sign the Kyoto Protocol, every day new organic products are filling supermarkets’ stock lists in America. Now they have organic apple, organic bread, organic burgers, organic lipstick, and a bunch of other organic products. Someone once told me that organic chicken tastes better than the regular chicken. I got confused and complained, “How could that be?” She explained that an organic chicken is fed only with organic grains, never given any antibiotics and hormones, and raised in a stress-free environment. Now I know that a happy chicken tastes better. I later added, “We have that kind of chicken in our country too, it’s called ayam kampung.” On my first visit to Market a cashier asked me when I was preparing to swipe my card, “Paper or plastic?” Looking like a fool I responded bluntly, “I don’t understand. I don’t want to buy paper or plastic, that will be all.” Later I found out that she was asking me whether I wanted to have a plastic bag or a paper bag. The paper bag is considered eco-friendly since it’s recyclable. But, Whole Foods Market is doing further now by not asking that kind of question again. They have sacked all their plastic bags and only provide their consumers with paper and reusable bags. h. The reason Foods Market implements this strategy is because the company claims it’s what their consumers demand and more importantly is the fact that a disposable plastic bag takes more than a thousand years to break down in a landfill. A thousand years for a plastic bag! That’s huge. But now, what does it mean that we should be green? Is dumping plastic bags enough to stop the global warming? And does buying organic food and other eco-friendly products will actually help this earth? Or is it just another trend like other frenzies that will always come and go? Are we really sincere in helping this earth when we buy an organic milk or locally planted fruits? Whatever the reason is, it is important to understand that the issue of global warming is something real and needs to be taken seriously by every living person in this world, including Indonesians. The discussion of global warming is not merely about how organic our food is or how much we can disassociate ourselves from plastic bags but also how we can solve the energy crisis and other issues too. I know it’s not easy for most Indonesians to be concerned in this matter since they are struggling hard just to find food to eat. Indonesians who live in small cities and villages, for example, know exactly how the environment is part of their lives. But when they have to choose between saving the earth or having no food to eat, the result is something that all environmentalists don’t wish to dream about. It is sad to know that according to Time’s Michael Grunwald in his recent article “The Clean Energy Scam” Indonesia is the third world’s top carbon emitter due to its deforestation. The irony is, most trees are cut down because investors backed by politicians and local governments are pouring their money into the palm oil industry in the name of biofuels. And while many politicians believe that biofuels might be the answer for the energy crisis, not many people know that biofuels are actually making things worse. Saving the earth is not an easy job. Relying this issue entirely on our central government is certainly not enough. Every one of us has to be creative and sincere. Making sure that your own environment is clean is good, but it’s not enough. The earth wants you to spread the news that saving the earth is not just something cool but it’s a must. It’s time for us to be green.

Melawan Ego dan Penindasan dengan Menjadi Saluran Berkat

Nats : Habakuk 2 : 6-14
Disampaikan Pada Ibadah Minggu di HKI Petisah (10/8-08)
Mengawali Khotbah : Ilustrasi 111/hp/doc* * * *
Orang tua itu benar. Kita hanya tahu sepotong dari seluruh kejadian. Kecelakaan-kecelakaan dan kengerian hidup ini hanya merupakan satu halaman dari buku besar. Kita jangan terlalu cepat menarik kesimpulan. Kita harus simpan dulu penilaian kita dari badai-badai kehidupan sampai kita ketahui seluruh cerita. Kita hanya membaca satu halaman dari sebuah buku. Dapatkah kalian menilai seluruh buku? Kalian hanya membaca satu kata dari sebuah ungkapan. Apakah kalian dapat mengerti seluruh ungkapan? Hidup ini begitu luas, namun Anda menilai seluruh hidup berdasarkan satu halaman atau satu kata. Yang anda tahu hanyalah sepotong! Jangan menjadi hakim yg mengklaim atas suatu peristiwa. Kecuali kalau kita sudah mengetahui seluruh cerita, bagaimana anda dapat menilai?
"Janganlah kamu kuatir akan hari esok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri."--------------------------------------- Gambaran seperti ini jugalah yang terjadi pada konteks Kitab Habakuk.
Latar Belakang
Habakuk mengasihi Allah dan membenci dosa. Dia sangat marah hingga sukar baginya untuk memahami apa sebabnya Allah tidak bertindak untuk mencegah kekacauan dalam bidang sosial politik dan ekonomi yang semakin menjadi-jadi di negerinya.
Ketidakadilan dalam masyarakat merajalela, akibatnya kaum berkuasa, bangsawan, pejabat negara menindas kaum lemah dan rakyat jelata yang miskin. Kesedihan akibat kekerasan dan kejahatan yang ia lihat di sekitarnya membuat ia semakin kecewa. Yerusalem diserang Kasdim, perabotan Bait Allah dijarah, dan 10.000 orang Yahudi dibawa selaku tawanan ke Babel. Hal ini membuat Habakuk menjadi bingung mempertanyakan Allah (Hab 1:12-13) Habakuk marah melihat situasi hidup keadaan tanah Yehuda (Hab 1:1-2). Di tengah penantian ini, Habakuk terus berseru dengan tekun kepada Tuhan untuk segera menyatakan keadilannya terhadap situasi yang tengah terjadi. Jemaat terkasih, disini Habakuk begitu emosi, karena menafsirkan realita dengan kaca matanya sendiri. Dalam dialognya dengan Tuhan ia bertanya, “Mengapa Tuhan sering terlihat berbeda dalam menghadapi kejahatan; Mengapa Tuhan tidak menghukum kejahatan?”: ‘Bagaimana mungkin Allah yang Maha Kudus menghukum umat-Nya yang berdosa dengan memakai bangsa Babel yang fasik? Kemudian Seruan Habakuk di ayat 2, “Berapa lama lagi, TUHAN, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar” : ini semua menunjukkan bahwa seruan dan teriakkan Habakuk ini bukan hanya terjadi satu atau dua kali. Melainkan seruan dan teriakkan ini sudah terjadi bertahun-tahun lamanya - bahkan sampai terjadi perubahan pemimpin pemerintahan - tetapi tidak ada perubahan keadaan yang nyata. Tuhan tampaknya tidak berbuat apa-apa, Tuhan seperti bisu dan tidak peduli pada umatnya dengan berbagai pergumulan mereka. Tapi kenyataan ini membuat Habakuk tidak berhenti untuk berseru kepada-Nya. Terhadap segala jawaban dan Firman Tuhan ini, Habakuk mengambil sikap positif untuk menanti dengan tekun (2:1). Habakuk sabar menanti dan mengamati respon Tuhan Habakuk mengamati dan menunggu sekian lama (Habakuk 2:1-3).
Allah justru menjawab bahwa DIAlah yang membangkitkan bangsa Kasdim yang menindas bangsa Yehuda (Hab 1:5-6).Terungkap kedaulatan Allah menggunakan bangsa kafir untuk menghukum umat-Nya yang jahat, dan memang ketika Israel melakukan banyak dosa kesombongan dan penindasan, maka Allah menghukum mereka melalui bangsa Kasdim dan pembuangan Babel, sehingga apa yang disombongkan Israel sirna seketika. Dan mata iman Habakuk mengajarkan bahwa penghukuman Allah, adalah cara Allah untuk mendidik Israel, untuk kebaikan masa depan israel, untuk mau bertobat dan menyadari bahwa kesombongan hidup tidak boleh dilakukan. Habakuk sadar bahwa Habakuk selama ini telah salah menginterpretasi fakta. Menganggap Allah membiarkan semua yg terjadi karena tega. Itulah sebabnya ketika habakuk melihat segala sesuatu melalui kacamata iman, dia justru mengeluarkan satu kalimat indah yang menjadi kalimat yang sulit dimengerti oleh manusia di dunia. Hab 3:17-19 : Sebab bagaimana mungkin sekalipun pohon ara tidak berbunga, … dan tidak ada lembu sapi dalam kandang namun , "Aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkanku." Disini ada satu perubahan di dalam hidup Habakuk yang mengakibatkan juga perubahan dalam menafsirkan realita. Faktanya tidak berubah, apakah realitanya berubah? Tidak! Apakah penindasan yang sudah terjadi menjadi hilang? Tidak. Tetapi cara pandang habakuk melihat yg terjadi membuat Dia semakin sadar. Saudara, setelah Habakuk mencapai kesimpulan ini Ia tidak pernah marah lagi meskipun keadaan boleh tetap buruk. Jika Alkitab mengatakan Habakuk memulai ps ini dengan doa menurut nada ratapan. Kalau sebelumnya Habakuk marah-marah sekarang justru Habakuk penuh belas kasihan. Ketika Habakuk melihat bahwa Tuhan akan menjatuhkan murka, dia sempat mensisipkan satu kalimat, "Tuhan dalam murkaMu ingatlah akan kasih sayang!" Kini Perubahan Habakuk terjadi karena perubahan cara melihat dan mengerti realita, ini yang membuat Habakuk memiliki jiwa besar dan menjadikan kita tidak hidup dalam ketegangan dan stress. Ini keuntungan yang pertama. Sekalipun keadaan bertambah parah namun Habakuk memiliki reaksi yang berbeda sama sekali. Habakuk ketika dikunci oleh berbagai realita yang ada di depan dia hatinya begitu emosi dihadapan Tuhan. Dalam kondisi seperti ini Habakuk sulit sekali melihat apa yang Tuhan lihat. Ketika Habakuk mulai berhenti dan mulai berdiam untuk melihat apa yang Tuhan kerjakan pada saat itulah wawasan dia mulai berubah. Dari sudut pandang Allah inilah Habakuk mulai melihat apa yang Tuhan kerjakan, bagaimana Tuhan akan menegakkan keadilan&bagaimana semua kejahatan ini akan ditindak. Inilah juga yang seharusnya menjadi sasaran yang kita bisa capai dalam perjalanan hidup kita. Jika seseorang sudah sampai kepada komitmen seperti Habakuk maka hidup dia akan melihat segala sesuatu dengan cara yang berbeda. Manusia sering melihat segala sesuatu berdasarkan standardnya. Sering manusia memuji Tuhan jika merasakan berkat Tuhan dalam hidup Anda. Coba kalau Tuhan memebrkati, banyak orang akan berterima kasih toh sama Tuhan. Kalau mengalami penderitaan, maka tidak sedikit yang mengeluh sama Tuhan. Konsep bisnis, kalau Tuhan berkati, maka banyak orang akan persembahan, mengucap syukur, dan memuji. Kalau Saya menerima, maka saya ‘membalas’ memberi. Kalau Saya ndak dapat apa-apa, ya ndak memberi. Emangnya apaan? Itu mah konsep bisnis. Take and give. Tetapi puji Tuhan atas hukuman Tuhan? Puji Tuhan karena mereka menderita? Atau puji Tuhan karena Saya tidak mengalami pencobaan tersebut? Atau puji Tuhan karena Saya menderita? Mengalami penderitaan, kita malah puji Tuhan? Karena kita selalu memandang pada berkat sebagai tolok ukurnya. Kalau ada berkat puji Tuhan. Kalau ndak ada, ya wis. Jadi kita tidak pernah memandang pada Tuhan yang sebenarnya. Kita memandang berkat dulu baru Tuhan. Maka tidak heran pada waktu badai datang, hidup kita down. Waktu berkat datang, kita serasa melayang. Dalam situasi kehidupan yang tidak nyaman dan tidak kita harapkan seringkali kita merasa sendirian tanpa Allah ataupun rekan yang dapat mengerti dan mendukung kita. Sering kita merasa Allah tidak berperasaan dan hanya bisa diam saja, sampai akhirnya kita menjadi kecewa dan mempertanyakan keberadaan Tuhan. Dalam situasi yang sangat terjepit seperti itu, masihkah kita bisa percaya dan mempercayakan hidup dan pergumulan kita kepada-Nya? Bnk. AYUB Sebagai anak Tuhan yang telah ditebus oleh darah Tuhan Yesus, seharusnya kita tetap arahkan pandangan kita kepada Tuhan. Waktu berkat datang, tetap melihat Dia, memuji Dia memperbolehkan kita merasakan anugerahNya yang seharusnya tidak layak kita terima. Waktu penderitaan datang, pandangan tetap kepada Tuhan Yesus, memohon kekuatan untuk melewati pencobaan itu. Menyadari bahwa pencobaan tersebut tidak melebihi kekuatan kita, dan masih dalam kendali Allah. Karena itu, pergumulan adalah proses dimana Tuhan mau kita alami untuk menuju ke kedewasaan rohani. Saudara, ketika Habakuk mengambil kesimpulan dalam Hab 3, apakah kemudian dengan demikian dia lolos daripada segala sesuatu? Tidak! Sejak Habakuk berteriak-teriak sampai akhirnya Zedekia jatuh, bukan hanya babel yang mempunyai waktu yang cukup panjang kira-kira 8 sampai 12 tahun. Dalam kondisi seperti ini Habakuk sadar jika dia mengambil komitmen dihadapan Tuhan itu komitmen yang tidak tergantung atau tidak terkondisi. Ini membuktikan bahwa orang Kristen pun tidak akan lolos dari penderitaan. Mengapa kita mengambil komitmen? Bukan karena saya tidak melihat masa depan tetapi justru karena saya sudah mendengar dan mengerti firman, ini yang menjadi dasar saya mengambil komitmen. Mari kita belajar bertumbuh seperti Habakuk. Pergumulan tidak salah. Tidak ada orang Kristen yang bertumbuh tanpa pergumulan. Hanya masalahnya sesudah pergumulan ada kemajuan atau tidak! Saudara mari kita maju. Mari kita belajar di dalam kesulitan, kita justru belajar bukan menjadi orang Kristen yang pasif, pragmatis, marah, menyesali situasi tetapi justru kita bisa maju secara positif. Saudara, seberapa besar kita dapat tetap percaya kalau Tuhan itu berkuasa dan berdaulat untuk menjadi pembela kita di tengah pergumulan, ketidakadilan dan kegagalan yang menimpa kita? Seberapa berani kita mempercayakan hidup kita kepada-Nya ketika situasi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar kita sepertinya terjadi di luar kontrol Tuhan? Bila segala sesuatu tampak tak terkendali dan di luar rencana shg mengganggu kenyamanan, bagaimana kita menghadapinya? Pesannya amat kuat dan jelas. Iman tidak boleh ditentukan oleh berkat Tuhan. Iman tidak ditentukan oleh baiknya situasi. Iman kepada Tuhan tidak boleh berubah relatif sesuai dengan apa yang enak atau tidak enak bagi kita. Dalam bahasanya sendiri Habakuk berdoa, “Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon bakung tidak berbuah ... kambing domba terhalau dari kurungan ... namun aku akan bersorak-2, beria-ria di dalam Allah penyelamatku.” Apakah iman yg sedewasa ini menjadi milik kita? Pandanglah kehidupanmu dari sudut pandang Allah Penilaian seperti ini membatasi seseorang untuk mengasihi orang lain. Kalim atas sesuatu yg terjadi yg terlalu dini bisa membuat terluka orang lain. Dan Cara saudara memandang kehidupan kan membentuk kehidupan saudara. Kalau saudara memandang kehidupan adalah sebuah pesta, maka nilai utama saudara dalam hidup adalah bersenang-senang. Jika saudara melihat kehidupan sebagai sebuah balapan, maka saudara akan menghargai keceptan dan mungkin akan seingkali terges-gesa. Jika saudar memmandang kehidupan sebagai sebiuah pertempuran atua permainan, menang akan menjadi sangat penting bagi saudara. Bgimanakah saudara memandang kehidupan? Cara saudara memandang kehidupan akan menentukan tujuan hidup saudara. Hidup ini singkat namun juga kekal. Kehidupan bukan hanya ada sekarang ini. Apabila saudara sepenuhnya memahami bahwa kehidupan ini bukan sekedar yang ada sekarang dan saudara memahami bahwa kehidupan hanyalah persiapan untuk menghadapi kekekalan, saudara akan hidup dengan berbeda - maka nilai-nilai hidup saduara akn berubah. Prioritas-prioritas saudara akan ditata ualng. Paulus berkata:” Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. (Php 3:7) Belajar dari Habakuk, setiap orang percaya seharusnya dapat tetap percaya kepada Tuhan meskipun berada di tengah keadaan yang tidak diharapkan. Mari memiliki Keyakinan yang teguh kepada Allah yang berdaulat di tengah situasi yang tidak memungkinkan. Kiranya ini menjadi kekuatan bagi kita. -------------------------------- Masalahnya, mengapa seseorang sulit untuk mencapai komitmen seperti ini? Manusia masih dikuasai oleh egosentrik yang sangat besar. Psikologi humanis membuat dunia ini justru celaka karena mengajarkan self exsistence : menegakkan aktualisasi diri dan seluruh hak harus dicukupkan baru setelah semuanya itu manusia baru dapat hidup dengan baik. Iklan mengajarkan : kunci kebahagiaan adalah memiliki barang ini, produk terbaru, dapat bonus dll. Hidup berpusat pada diri itu mencelakakan seluruh masyarakat. Mengacu kepada Nats kita harus bercermin bahwa ketika masing-masing mementingkan kepentingannya sendiri, maka itu merupakan realita dosa. Di sini juga kita bisa melihat bahwa Tuhan dapat menggunakan sesuatu yang tidak biasa untuk memperbaiki kita. Walaupun Allah memakai bangsa Kasdim untuk menghukum Israel, bukan berarti Allah mengizinkan kesewenangan yg dibuat Kasdim. Allah menentang kesewenangan, penindasan, ketamakan, keserakahan. Penghukuman itu tampak dalam Nats Khotbah kita siang ini :
Ada beberapa criteria yang akan celaka – dihadapan keadilan Allah. 2:6 Bukankah sekalian itu akan melontarkan peribahasa mengatai dia, dan nyanyian olok-olok serta sindiran ini: Celakalah orang yang menggaruk bagi dirinya apa yang bukan miliknya -- berapa lama lagi? -- dan yang memuati dirinya dengan barang gadaian. 2:8 Karena engkau telah menjarah banyak suku bangsa, maka bangsa-bangsa yang tertinggal akan menjarah engkau, karena darah manusia yang tertumpah itu dan karena kekerasan terhadap negeri, kota dan seluruh penduduknya itu. 2:9 Celakalah orang yang mengambil laba yang tidak halal untuk keperluan rumahnya, untuk menempatkan sarangnya di tempat yang tinggi, dengan maksud melepaskan dirinya dari genggaman malapetaka! 2:10 Engkau telah merancangkan cela ke atas rumahmu, ketika engkau bermaksud untuk menghabisi banyak bangsa; dengan demikian engkau telah berdosa terhadap dirimu sendiri. 2:12 Celakalah orang yang mendirikan kota di atas darah dan meletakkan dasar benteng di atas ketidakadilan. Sifat serakah dari manusia tidak pernah ditelorir oleh Allah. orang yang menggaruk bagi dirinya apa yang bukan miliknya dan yang memuati dirinya dengan barang gadaian. orang yang mengambil laba yang tidak halal untuk keperluan rumahnya orang yang mendirikan kota di atas darah dan meletakkan dasar benteng di atas ketidakadilan.
Mereka yg berlaku diatas disampaikan akan celaka. Pengertian Nats ini sangatlah luas. Seseorang yang mengambil hak orang lain untuk kepentingan dirinya, rumah tangganya, anak-anaknya, apapun alasanya tidak dibenarkan Allah. Sekalipun sudah terdesak, sekalipun semua orang ditempat pekerjaan kita melakukannya, jangan mengambil keuntungan, segala sesuatu yang bukan hak kita. Karena itu bukan jalan berkat yang dari Allah. Ketika karena keperluan ekonomi kita memaklumkan, mensahkan adanya dosa, maka itu artinya kita meragukan pemeliharaan Alah. Seolah tanpa itu kita tidak akan dapat hidup, kita tidak akan dapat apa-apa. Allah mengerti akan kebutuhan kita, dan dia dengan caraNya akan mencukupkan kita, sesuai dengan pemikirannya, bukan pemikiran kita. Kapan itu sesuai dengan waktunya, bukan atas desakan waktu kita. Semua dosa itu adalah penampakan dari keserakahan manusia. Ada semua kalimat bijak Gandhi : seluruh keperluan mahluk hidup dibumi disediakan secara cukup oleh bumi, akan tetapi bias kurang buat 1 orang yang tamak. Sikap tamak ini memiliki banyak efek : buat dirinya sendiri : rasa tidak nyaman dan tidak menikmati hidup, merasa terus kurang, bukannya menjadi berkat menjadi orang lain, justru bahkan berpotensi menjadi kutuk buat orang lain atau orang sekitarnya. buat orang lain : akan terintimidasi, Karena ketamakan manusialah maka alam rusak, tanah yang dulu kualitasnya baik, kini karena ingin hasil tani yg berlimpah puluhan tahun masyarakat mengeploitasi alam dengan memakai zat kimia – pemakaian segala sesuatu memaksa alam berlebihan. Kualitas air tercemar karena ketamakan industri. Kualitas udara dll. Bencana datang. Walaupun orang berdosa bisa sukses, kesuksesan tersebut bersifat sementara. Kita tidak perlu iri bila melihat kesuksesan orang berdosa sebab kesuksesan mereka itu bersifat sementara dan berujung pada hukuman Allah. Mengikuti ilustrasi Tentu saja kita harus ekstra hati-hati, agar tidak dengan gampangnya mengatakan setiap sukses atau keberhasilan kita sebagai berkat Allah, dan sebaliknya setiap kegagalan atau kekalahan kita sebagai tanda murka atau hukuman Tuhan. Yang harus kita lakukan adalah agar kita memandang seluruh kehidupan kita sehari-hari (kerja, bisnis, rumah tangga, adat, politik dan seks dll) dalam rangka membangun hubungan kita dengan Tuhan Allah. Baik keberhasilan atau kegagalan, baik suka atau duka, harus menuntun kita kepada pertobatan dan hidup baru dalam Allah. Ada janji penyertaan dan pemeliharaan-Nya di tengah pergumulan hidup kita yang sulit, di tengah ketidakpastian, dan ketidakadilan yang menimpa kita. Kita harus saabar. dan jangan putus asa. Mempercayai, menyandarkan diri sepenuhnya kepada Allah adalah seperti bagaimana kita akan duduk di atas kursi tanpa ragu kita langsung mempercayakan seluruh berat tubuh kita kepada kursi itu, begitu pula seharusnya ketika kita mempercayakan hidup kita kepada Allah. Tujuan hidup kita manusia, mempermuliakan Allah. Mempermulikan Allah bukan berarti menjadikan Allah mulia. Allah memang sudah mulia, Ia sudah mulia sejak dari kekekalan dan tidak ada satu pun mahluk ciptaanNya yang dapat menjadikanNya lebih mulia. Yang dimaksud dengan mempermuliakan Allah adalh memancarkan kemuliaan Allh, ketika kita berada di kelas, ketika kita berada di luar kelas. Pekerjaan kita, hidup kita, dan seluruh hidup kita benar-benar memancarkan kemuliaan Allah. Banyak orang yang lebih suka menjadi ”pintar” daripada menjadi ”benar” terutama dalam dunia modern ini, mengapa? Karena jadi pintar (yang lebih berdimensi pikir daripada nurani), bukan saja dinilai lebih unggul, tetapi bisa selalu ”benar”. Menjadi orang benar adalah pilihan mutlak, dalam arti hidup di dalam kebenaran Allah, artinya yang menjadi norma utama bukan lagi menurut ukuran dunia dan masyarakat, tetapi ketaatan kita kepada Tuhan dalam segala perkara.
Ilustrasi penutup : Sebelas orang bergantung pada sebuah tali yang tergantung pada helikopter, sepuluh pria dan satu wanita. Tali itu tidak kuat menahan beban mereka semua, jadi mereka memutuskan harus ada satu orang yang menjatuhkan diri. Jika tidak, mereka semua akan jatuh. Mereka bingung siapa yang harus merelakan diri jatuh, tapi kemudian si wanitamengatakan sesuatu yang menyentuh. Ia berkata bahwa ia merelakan diri jatuh karena sebagai wanita, ia terbiasa memberikan apa pun untuksuami dan anak, dan untuk pria secara umum, tanpa mengharap balasan. Setelah ia selesai berkata itu, semua pria itu bertepuk tangan (Sumber : E-Humor)
Ilustrasi diatas menggambarkan bahwa kesombongan (Gender, Jabatan, Gelar, Ekonomi) dapat mencelakakan manusia itu sendiri. Semua itu adalah indikator ego manusia yang dominan. Karena itu dibutuhkan pengendalian diri. Amin.

Tuesday, August 05, 2008

United We Stand

Hillsong United (band) From Wikipedia, the free encyclopedia
The Hillsong United band is an Australian rock and worship band, a part of Hillsong Church's youth ministry Hillsong United. Their music is a contemporary style of praise and worship tempered with mainstream rock.
History The band formed as close friends from within Hillsong Church's youth ministry, originally called 'Powerhouse Youth', led for many years by Donna Crouch.
As the house band for the youth meetings of Powerhouse, the band played covers of Hillsong Church and various other ministries' music, sometimes members contributing to Youth Alive and its' albums (Darlene Zschech was involved in Youth Alive before Hillsong Church).
Dr Mark Evans (Macquarie Uni) states in his Ph. D thesis, "A youth band was formed from the Hillsong music team, which took what was happening in the church musically and played it louder and rockier, appealing directly to a youth demographic".
Steve McPherson, Deb Ezzy and Donia Makedonez were significant members. Powerhouse grew and was split in the late 1990s into two youth groups, 'Powerhouse' (18-25 years of age) and 'Wildlife' (12-16 yrs). Reuben Morgan, assisted by Marcus Beaumont and Tanya Riches were placed in charge of the Powerhouse band, with the former Channel V Leg-Up competition winner 'Able' band boys, Joel Houston and Marty Sampson in charge of Wildlife, while Luke Munns was the main drummer, and Michael Guy Chislett the main guitarist.
In the Summer of 1997, the new team made a huge impact at their youth ministry's Summer Camp. After coming back from from Summer Camp with a God full in their hearts, the many youth ministries in Hillsong Church joined together as one, and started to call the nights, "UNITED" Nights. When united, God does something powerful. Delirious?' Martin Smith's song 'Did You Feel the Mountains Tremble' was the theme song of the camp, and the momentum of youth carried well beyond the camp into church services. Reuben Morgan wrote 'My Redeemer Lives' as a way for the youth to continue worshipping, along with many other songs that appear on the album 'By Your Side' written by Marty Sampson and Luke Munns 'Stay'.
Darlene Zschech suggested to Reuben that they make an album in 1998 after many songs were written in the youth ministry, and the EP 'One' was recorded. The album was packaged with the Hillsong annual album, and both achieved Gold sale status in Australia. 'Everyday' was recorded in 1999. The band continued to release an album each year, rebranding as Hillsong United in 2002 after Reuben Morgan stepped down as co-worship leader of the band. Joel Houston, the eldest son of the church's senior pastor Brian Houston, stepped up to lead the group together with Marty. Current members of the Hillsong United band include Jonathon Douglass (J.D.), Jadwin "Jad" Gillies, Holly Watson, Annie Garratt, Bec Gillies, and Michelle Fragar, daughter of Russell Fragar. Michael Guy Chislett plays guitar and Matthew Tennikoff plays bass guitar.
Former original drummer Luke Munns made a transition from the drums to front the rock/indie band LUKAS. Popular New Zealand artist Brooke Fraser recently joined the band when she joined the church, first appearing on United We Stand. The annual Hillsong United CD/DVD was recorded over many years during their October youth conference Encounterfest, with the album released in the first quarter of the following year. The 2007 album All of the Above was the first album to be fully studio recorded, containing videos of songs on the DVD. The band has toured in a number of countries, leading worship to thousands in North and South America, Europe and Asia.
Following his marriage to Michelle on November 2006, Marty stepped down as one of the main worship leaders of the band. He contributed two more songs with United, 'Devotion'(which he wrote & sang on the album) & 'Saviour King'(which he wrote w/ Mia Fieldes), before he officially stepped down. These songs are part of the 2007 release All of the Above . Brooke replaced Marty as one of the principal worship leaders of the band, while Marty went on to move with the main band to serve as one of main Hillsong worship leaders of the band, alongside Darlene and Reuben.
Discography Main articles: List of Hillsong albums and Hillsong Music
Studio albums 2007: All of the Above
EPs 1998: One 2007: In a Valley by the Sea [edit] Other Albums 2006: Unidos Permanecemos (United We Stand in Spanish) [edit] DVDs 2004: More Than Life (bonus DVD with album) 2005: Look to You (bonus DVD with album) 2006: United We Stand (bonus DVD with album) 2007: All of the Above (bonus DVD with album) September 2008 "The I Heart Revolution: With Hearts As One (Music DVD)" March 2009 "The I Heart Revolution: We're All In This Together"
Success and achievements Hillsong United's 2006 album United We Stand was the best-selling album of 2006 in Canada at Christian retail stores. The album All of the Above was released on March 17, 2007 in Australia, where it debuted and peaked at #6 on the ARIA Charts.[1] In the United States, the album was released on May 22, 2007, selling 10,505 units in its first week. It debuted at #1 on the Billboard Top Christian/Gospel Albums chart, #1 on iTunes' chart of Christian music digital album sales, and #60 on the Billboard 200.[2] The first single released from the album, "Point of Difference", was a top ten hit on Christian radio in Australia.
Silahkan juga berkunjung ke : http://www.rhapsody.com/hillsong