Friday, July 08, 2011

ROH KUDUS


ROH KUDUS YANG MEMPERSATUKAN
NATS : KISAH PARA RASUL 2:1-13

I.        PENDAHULUAN
          Hari ini kita, umat kristiani, memperingati hari Pentakosta, yaitu hari turunnya Roh Kudus. Dalam kalender gerejawi, hari Pentakosta dihitung 10 hari sesudah hari kenaikan Tuhan Yesus ke Surga. Sedangkan hari kenaikan Tuhan Yesus ke Surga dihitung 40 hari sesudah kebangkitan Tuhan Yesus (Paskah). Jadi, hari Pentakosta adalah 50 hari sesudah Paskah, sesuai dengan arti kata Pentakosta, yaitu “yang kelima puluh”. Ada penafsiran yang mengakui bahwa Pentakosta sebagai awal berdirinya gereja di bumi ini. Nah, di Minggu ini baik rasanya jika kita di HKI Resort Bandar Lampung kembali menggali makna Pentakosta sehingga kita semakin merasakan arti kehadiran Roh Kudus di tengah aktifitas, pergumulan, pengambilan keputusan dan aspek lain dalam kehidupan pribadi, keluarga, pekerjaan dan lingkungan lain dimana kita berada.
           
II.       PEMBAHASAN NATS
          Turunnya Roh Kudus seiring dengan hari Pentakosta sehingga disebut :Pentakosta” dari bahasa Ibrani disebut “khamissim you” artinya turunnya Roh Kudus. Saat itu, sudah menjadi tradisi bagi orang Yahudi ada perayaan khusus yang disebut dengan hari raya Paskah untuk menyampaikan korban “persembahan yang terbaik” untuk Tuhan. Dan inilah salah satu pesta yang paling ramai pada agama Yahudi, karena akan berlanjut pada pesta panen (Pesta Gotilon) yang dirayakan selama 7 ari. Pada saat itu murid-murid sedang berkumpul di suatu tempat yang tidak diterangkan dengan pasti. Mungkin ruang atas yang ada dalam Kis 1:3 dan mungkin juga suatu tempat dalam Bait Allah (bdk. Luk 24:53). Pada saat itu terjadilah hal-hal sebagai berikut:
1.  Tiupan angin keras & Lidah api. Kitab Suci memang sering menggambarkan Roh Kudus sebagai angin (Yoh 3:8  Yeh 37:9,10,14  Yoh 20:22). Kata bahasa Yunani ”pneuma” memang bisa diartikan sebagai ‘roh’, ‘angin’ atau ‘nafas’ (Ibrani : ruach). Karena itulah maka sebelum Roh Kudus turun maka Ia didahului oleh suatu bunyi seperti tiupan angin keras. Kemudian diayat 3 tampaklah lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Roh Kudus juga sering digambarkan sebagai api dengan makna menyucikan / menguduskan kita.

2. Turunnya Roh Kudus dan Memenuhi Orang Percaya (ay 4). Terjemahan ay. 4a dalam bahasa Indonesia jika dibandingkan ke NIV: ‘All of them were filled with the Holy Spirit’, seharusnya ada kata ‘semua’. (= Mereka semua dipenuhi dengan Roh Kudus). Jadi, bukan hanya rasul-rasul saja yang menerima /dipenuhi dengan Roh Kudus, tetapi semua orang percaya yang hadir pada saat itu. Roh Kudus diberikan bukan hanya kepada orang percaya tertentu saja, tetapi kepada semua orang yang percaya kepada Kristus. Pemberian Roh Kudus ini adalah penggenapan janji Tuhan dalam Yoh 14:16,17,26  Yoh 15:26,27  Yoh 16:7-11,13,14  Mat 3:11  Kis 1:4,5,8.

3. Ayat kelima mengatakan saat itu orang – orang Yahudi yang saleh yang tinggal di Yerusalem yang berasal dari berbagai macam daerah di dunia terkesima dan terkejut akan hal yang terjadi. Mereka itu berasal dari Partia, Media, Elam, Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, Roma, Kreta dan Arab. Mengapakah mereka terkejut ? karena “mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri.”  Orang - orang Yahudi ini dari berbagai macam daerah mengerti tentang apa yang diucapkan oleh para rasul tersebut. Sehingga mereka berkata, “Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita ?”. Sekarang perhatikanlah baik – baik : setiap orang mendengarkan mereka berbicara di dalam bahasa mereka sendiri. Rasul – rasul ini semuanya berbicara di dalam bahasa – bahasa yang lain dari bahasa yang mereka gunakan pada saat berkumpul, tetapi perlu diingat bahwa bahasa – bahasa yang diucapkan pada saat itu adalah bahasa – bahasa yang digunakan oleh manusia di bumi/di bawah kolong langit. Dan setiap orang yang berkumpul mendengarkan para rasul berbicara dengan bahasa asal mereka. Jadi, orang Partia mendengarkan semua rasul tersebut berbicara dengan bahasa Partia. Orang Media mendengarkan semua rasul tersebut berbicara dengan bahasa Media. Orang Yunani mendengarkan mereka semuanya berbicara dengan bahasa Yunani. Mereka mengerti apa yang sedang diucapkan. Dan perlu juga di perhatikan bahwa  pengertian Alkitab tentang kemampuan “berbicara di dalam bahasa – bahasa” tersebut sesungguhnya adalah kemampuan yang diberikan oleh Roh Kudus Allah untuk memberitakan Injil kerajaan Allah kedalam bahasa lain yang digunakan oleh manusia di dunia. Jadi bukan memaksakan suatu bahasa baru (ekspansi bahasa) atau justru melakukan aktifitas berbahasa yang tidak diketahui artinya secara alfabet termasuk oleh pengucapnya. Marilah kita melihat peristiwa Pentakosta secara bersungguh – sungguh dan bukannya berusaha untuk meniru-niru dengan sesuatu yang tidak kita mengerti bersama pada apa yang terjadi pada hari itu.

4. Setiap orang harus memberikan waktu dan tenaga bagi orang lain dan demi pewartaan kabar Injil, sebagaimana dalam peristiwa Pentakosta banyak orang dari berbagai daerah berkumpul memberikan waktu dan tenaga untuk mendengarkan ‘perbuatan besar yang dilakukan Allah’ yang disampaikan oleh para rasul. Mari kita renungkan berapa banyak waktu yang 24 jam sehari kita pakai untuk membicarakan firman Tuhan kepada keluarga atau orang-orang di tengah-tengah kita. Atau justru kita lebih banyak menghabiskan waktu membicarakan dan memburukkan rekan sekerja, atau membicarakan kebohongan dan hal negatif lainnya? Marilah kita menjadi saksi dalam memberikan waktu dan tenaga dalam hidup saling mengasihi, dengan saling membagikan pengalaman atau sharing perihal ‘perbuatan besar yang dilakukan Allah’ sehingga kita akan saling terhibur dan bersama menemukan kebenaran-kebenaran. Dalam saling berbagi perbuatan besar Allah dalam kehidupan, kita dapat saling belajar dan mengajar. Berbagai kesalah-pahaman dapat diatasi dengan cuthat atau bercakap-cakap bersama didalam terang kuasa Roh Kudus.

5. Apakah orang – orang yang ber-Pentakosta pada saat sekarang ini, yang percaya akan “berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain” memang bersatu dan berkumpul menjadi satu ? Atau malahan mereka terpecah – pecah menjadi banyak cabang/denominasi? Pada hari Pentakosta yang istimewa tersebut, semua rasul itu secara tiba – tiba berbicara di dalam banyak bahasa – bahasa. Bahasa – bahasa tersebut bukanlah bahasa – bahasa yang tidak dimengerti oleh manusia melainkan bahasa – bahasa tersebut adalah bahasa – bahasa yang dapat dimengerti oleh manusia. Bahasa - bahasa yang diucapkan pada saat itu tidak membutuhkan seorang ahli bahasa untuk mengartikannya kepada orang lain, karena jelas diterangkan semua orang yg ada disitu mengerti apa yang terucap. Marilah kita sekarang mempelajarinya secara baik – baik. Penekanan dari Pentakosta. Banyak orang yang kalau membahas Pentakosta selalu menekankan bahasa roh. Dan anehnya bahasa roh yg di pahami sebagian rekan kita adalah bahasa yang tidak dimengerti. Padahal sebetulnya yang paling ditekankan dalam Pentakosta adalah Pekabaran Injil – terberitanya ‘perbuatan besar yang dilakukan Allah’ (ay.11).
Karunia bahasa roh adalah suatu karunia yang bersifat mujijat, sehingga tidak bisa dipelajari / dilatih. Dimanapun dalam Kitab Suci kita tidak pernah melihat orang mempelajari / melatih / mengusahakan bahasa roh. Karena itu semua bahasa roh yang dipelajari / dilatih / diusahakan adalah palsu dan berasal dari orangnya sendiri. Kalau saudara adalah orang yang mempunyai bahasa roh hasil latihan, ingatlah bahwa bisa saja saudara sedang memalsukan karunia Allah!
Hasil dari Peristiwa Pentakosta di Kis.2 ini adalah Allah yang telah memilih supaya mereka semua bisa mendengar Injil dan setelah itu mereka bisa kembali ke negaranya untuk menyebarkan Injil di negaranya masing-masing. Jadi semua ini jelas menunjukkan bahwa Pentakosta menekankan Pekabaran Injil. Perhatikan, pada saat itu, karena orang-orang Yahudi dari negara-negara lain itu mempunyai bahasanya masing-masing sudah tentu adanya banyak bahasa menghalangi Pekabaran Injil dan kalau Injil hanya diberitakan dalam 1 bahasa saja, maka orang akan beranggapan bahwa Injil itu memang ditujukan hanya untuk satu bangsa / bahasa saja (Yahudi). Allah tidak mau hal itu terjadi dan Ia lalu memberi bahasa roh. Dengan cara ini maka: batasan bahasa dihancurkan dan Injil bisa tersebar dan semua orang tahu bahwa Injil bukan hanya untuk satu bangsa/bahasa saja.  Dengan demikian, bahasa roh di sini membuktikan panggilan Allah untuk semua bangsa-bahasa. Jika kita bandingkan, jika pada Kej 11 terjadi peristiwa menara Babel dimana Allah memberikan banyak bahasa untuk menyebarkan manusia yang tidak saling memahami karena berbeda bahasa di peristiwa Babel, maka dalam Kis 2 terjadi peristiwa Pentakosta dimana Allah memberikan banyak bahasa supaya manusia datang / bersatu dalam Kristus. Pentakosta menekankan Pekabaran Injil untuk semua suku bangsa dan untuk itu Roh Kudus yang mempersatukan.

6. Pada ayat 13 dikatakan : Tetapi orang lain menyindir: "Mereka sedang mabuk oleh anggur manis." Dari sini bisa kita pelajari bahwa dalam Pemberitaan Injil bisa saja ada tantangan baik berupa cibiran, hingga aksi massa. Seperti reaksi negatif di ayat ay 13, orang-orang ada yang bukan sekedar menolak Injil tetapi bahkan mengejek orang yang memberitakan Injil dengan mengatakan mereka sedang mabuk.Untuk itu kita jangan menyerah dan putus asa, Injil harus terberitakan melalui kata, doa dan perbuatan kita. Bisa terjadi pekerjaan baik dan pelayanan baik dari Parhalado maupun warga jemaat terjadi sikap saling sindir dan ejek baik secara terungkap atau tersembunyi. Mari kita hindari hal ini, karena yang utama adalah semua pihak harus bekerja dari hati secara nyata, bukan hanya kata tanpa karya.


Paulus mengatakan bahwa siapa yang berkata-kata dengan bahasa Roh, “ tidak berkata-kata kepada manusia tetapi kepada Allah “ ( 1 Kor 14 : 2 ). Dengan berbahasa Roh, seseorang membangun dirinya sendiri ( 1 Kor 14 : 4 ).
1.     Sebab dgn berbahasa Roh, seseorang berkata-kata sesuatu hal yg tidak dimengerti oleh orang lain, dan Paulus mengatakan “ kata-kata itu sia-sia saja diucapkan diudara (1 Kor 14 : 6-10).
2.     Sebab bagaimana mungkin orang yg hadir dalam ibadah yg mendengar pengucapan syukur dalam bahasa Roh mengatakan “ amin” atas pengucapan syukur itu, jika ia tidak tahu apa yg diucapkan ?
3.     dan sudah barang tentu orang tersebut tidak dibangun olehnya ( 1 Kor 14 : 16-17 )
4.     Ini dapat membuat didalam suatu jemaat, sesama orang percaya saling menganggap asing; tidak memiliki rasa kebersamaan (1Kor 14 : 11 ; Baca juga  1 Kor 14 : 6-9 ).
5.     Apalagi jika seseorang yg tidak beriman masuk dalam ibadah jemaat yg sedang berbahasa Roh, bisa saja dia akan mengatakan seluruh jemaat itu “Gila” , karena jemaat berkata-kata dalam bahasa yg tidak bisa dimengerti ( I kor 14 : 23-24 ).

Ini berbeda dengan bernubuat, dimana dengan bernubuat, seseorang  berkata-kata sesuatu hal yg dapat dimengerti oleh  manusia, sehingga dapat membangun , menasihati dan menghibur dan membangun jemaat. ( 1 Kor 14 : 3-4 ). Dan jika semua jemaat bernubuat, berbahasa yg dapat dimengerti, tentu orang yang berlum beriman pada Allah, yg masuk dalam ibadah itu akan mengerti artinya, imannya dan pemahamannya terbangun, sehingga ia akan percaya dan sujud menyembah Allah. ( 1 Kor 14 : 25 ).

1.  ( 1 Kor 14 : 18 – 19 ) : Karna itu dengan bijak Paulus berkata bahwa : ia suka jika jemaat  mendapat karunia berbahasa Roh, tetapi lebih dari pada itu, ia lebih suka jika jemaat dapat bernubuat, berkata-kata sesuatu hal yg dapat dimengerti oleh orang lain, dapat dipakai untuk mengajar, dan membangun jemaat. Kecuali dalam praktek berbahasa Roh, ada orang lain yg dapat menafsirkannya. (1Kor 14 : 5).
2.  Dan secara spesifik Paulus mengaturkan bahwa jika ada yg berkata-kata dalam bahasa Roh, biarlah 2 atau sebanyak-banyaknya 3 orang, itupun seorang demi seorang secara tertib dan yang terpenting harus ada yg menafsirkannya/ menerjemahkannya ( 1 Kor 14 : 5+13+27 ). Sehingga aktifitas Berbahasa Roh berguna membangun iman orang percaya – jemaat ( 1 Kor 14 ; 12).
3.  Jika tidak ada orang yg dapat menafsirkannya , hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada diri sendiri dan kepada Allah (1 Kor 14:28).
4.  Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan tetapi damai sejahtera. ( 1 Kor 14 : 33). Tetapi Segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur ( 1 Kor 14 : 40 ). 
5.  Karna itu siapa yg berkata-kata dengan bahasa Roh, Ia harus berdoa supaya kepadanya diberikan juga karunia untuk menafsirkannya ( 1 Kor 14 : 13 )
6.  Paulus selalu menekankan bahwa hendaknya segala karunia termasuk berkata-kata dalam bahasa Roh hendaknya mempunyai mamfaat dalam membangun jemaat. Hendaknya tiap-tiap orang mempersembahkan talentanya masing-masing, ada yg bermazmur, ada yg mengajar, berbahasa Roh dll. Tetapi semuanya itu harus digunakan untuk membangun ( 1Kor 14 :26-27 ).
7.  Ini penting. Coba bandingkan pada peristiwa Turunnya Roh Kudus ( Pentakosta ) , kata-kata Roh itu segera dimengerti oleh para pendengar ( Baca Kis 2 : 1-47 ) dan maknanya langsung diterangkan Petrus dalam kotbahnya. Sehingga semua orang mengerti dan 3000 orang yg menjadi percaya dan beriman kepada Kristus lalu memberi diri mereka dibabtis.

Mengapa tidak semua orang Kristen bisa berbahasa Roh ?
Untuk menjawab pertanyaan ini mari belajar dari konteks Korintus. Di Korintus tidak semua menerima karunia berbahasa Roh ( 1 Kor 12 : 8-11). Untuk itu Paulus berkata perlu diingat bahwa ada banyak rupa-rupa karunia yang diberikan Allah kepada tiap-tiap orang, baik itu mengajar, menyembuhkan, bernubuat, berbahasa Roh ( 1 Kor 12 : 8-11; 1 Kor 12 : 28). Tetapi semuanya itu dikerjakan oleh satu Roh, satu TUHAN yang sama …. untuk kepentingan bersama “ ( 1 Kor 12 : 4-7).  Jadi Karunia roh yg lebih utama tidak ada.

Jadi memang tidak tiap orang Kristen mempunyai karunia berbahasa Roh. Paulus lebih jauh mengatakan jemaat yg memiliki karunia atau talenta yg berbeda-beda itu ibarat “ banyak organ tetapi satu tubuh “. Dimana tiap-tiap oragan tubuh yg berbeda itu hendaknya saling memperhatikan, & saling menghargai agar tidak saling terpecah.  (1 Kor 12:12-31)

Ini berdampak negatif dengan menyakiti kapala persekutuan itu sendiri yaitu Yesus & perpecahan dalam KeKristenan. Dan hanya akan menghalangi dan melemahkan kesaksian Gereja di Ripublik ini. Tuhan menghendaki kesatuan bagi kita :UT OMNES UNUM SINT, bukan keperpecahan mencari “siapa yg terhormat” dan semua ini akan menghalangi orang lain untuk percaya. (kisah dimana murid-murid Tuhan Jesus pernah bertengkar menganai “ siapa yg terbesar diantara mereka “. Dan Tuhan Jesus melerai mereka dengan mengatakan “ jika seseorang ingin menjadi yg terdahulu, hendaknya ia menjadi yg terakhir dari semuanya dan menjadi pelayan dari semuanya ( Markus 9 : 33-37 ).

Untuk itu perlu kasih sebagai pengikat. Karena Firman Tuhan berkata : “ sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yg berkumandang dan canang yg gemerincing ( 1 Kor 13 : 1)

Dapatkah Bahasa Roh di latihkan ? Bahasa Roh adalah karunia dari Allah, hanya dari Allah saja dapat diperoleh ( 1 Kor 12 : 8-11; 1 Kor 12 : 28).  Ini artinya tidak dapat dilatihkan dan tidak bisa diturunkan apalagi diperjual belikan  ( Kis 8 : 18 – 20 )[1].
Hendaknya hal ini tidak membuat kita melarang orang yg memang mempunyai karunia Berbahasa Roh yg dari Allah, dalam melakukan aktifitas berbahasa Roh. ( lih . 1Kor 14 : 39  : ….. Janganlah melarang orang yg berkata-kata dengan bahasa Roh ).  

Tetapi mari kita ingat : hendaklah semua karunia yg dimiliki digunakan untuk mempermuliakan TUHAN saja dan membangun Jemaat. 

Penutup
Saudara terkasih, karya Roh Kudus telah meruntuhkan sekat pemisah antarbangsa dan bahasa. Ini tidak berarti perbedaan-perbedaan itu kemudian kita abaikan. Perbedaan-perbedaan yang ada tetap kita hormati, tetapi tanpa membelenggu kita dalam fanatisme sempit, sehingga kita melihat “sesama” hanya sebatas mereka yang “sama” dengan kita. Kuasa Roh Kudus justru membuat kita mampu menerima dan memperlakukan siapa saja—terlepas bangsa, bahasa dan agamanya—sebagai sesama. Semoga hari Pentakosta dapat memicu kembali semangat “kebersatuan” kita dalam hidup bermasyarakat  dan bergereja.  Amin.
[1]  Di kota  Samaria, seorang yg bernama Simeon ( bekas ahli sihir yg terkenal di Samaria ) pernah berusaha membeli karunia Roh dari Petrus dan Yohanes agar ia diberi kuasa jika menopangkan tangan pada seseorang, maka orang yg ditumpangi tangan langsung menerima Roh kudus