Monday, May 26, 2008

Panggilan Membawa Kepada Kehidupan

Nats : Nats: Mat. 4: 18-22
Telah di Khotbahkan di HKI Medan Kota, tgl 25 Mei 2008
Pengantar : Ilustrasi 59/hp.doc
Padahal, satu-satunya pesan tugas yang diberikan Tuhan Yesus kepada manusia ketika ia akan naik kesurga adalh amanah agung melalui perkatan, doa dan perbuatan. Bukan mengumpul pundi-2 karena itu semua sementara, Inilah yang menjadi pembahasan Nats, yang mengingatkan kita bahwa Allah memanggil semua orang yg telah diselamatkanNya, anda, saya dan kita semua untuk menjadi “penjala manusia”. Kristus adalah Raja merupakan tema utama dari Injil Matius. Tuhan Yesus, Raja di atas segala raja itu memanggil para murid tidak menggunakan standar kualifikasi dunia untuk turut ambil bagian dalam menggenapkan Kerajaan-Nya di muka bumi. Tuhan tidak memakai ahli-ahli Taurat atau orang-orang pandai yang hidup pada jaman itu seperti Gamaliel atau Nikodemus, yang terpelajar. sebaliknya Dia memanggil nelayan untuk turut ambil bagian dalam Kerajaan-Nya. Apa alasan pemanggilan Nelayan. Ada Penafsir berpendapat bahwa : Seorang nelayan tulen memiliki sifat dan/atau watak sebagai berikut: [1] Dia seorang yang sabar. Terutama sebagai pengail, ia harus bersabar sampai umpan di pancingnya disambar seekor ikan. Dia harus belajar untuk menanti. [2] Dia harus ulet. Dia tidak cepat putus asa dan mau mencoba lagi kalau gagal. [3] Dia harus punya “nyali” (keberanian). Ini terutama diperlukan, ketika angin keras dan topan melanda laut dan/atau danau. Itu berarti dia siap mengambil risiko. [4] Dia memakai umpan yang cocok bagi jenis ikan yang ingin ditangkapnya. Sifat dan/atau watak para nelayan di atas juga diperlukan untuk menjadi “penjala manusia”.
Penafsiran diatas sah-sah saja akan tetapi Tuhan sudah menetapkan kualifikasi yang sesuai dengan rencana-Nya : HATI yang mau dibentuk ! Nah penghunjukan bagi para Nelayan ini menarik. Orang selalu berpendapat bahwa orang yang melayani adalah orang yang bisa “apa-apa“. Cara Tuhan berbeda. Orang yang merasa diri bisa “apa-apa“ bagi Tuhan justru mereka tidak bisa “apa-apa“. Tuhan tidak memakai orang yang bisa “apa-apa“ seperti Gamaliel atau Nikodemus karena orang-orang demikian sukar untuk dibentuk; konsep dan pola berpikirnya sudah rusak/kaku; mereka merasa diri hebat dan berjasa sehingga tidak perlu diajar lagi. Tuhan melihat potensi yang akan datang dalam diri ke 4 murid yang berlatar belakang nelayan ini. Kualifikasi yang manusia tetapkan berlawanan dengan kualifikasi Tuhan. Tuhan sudah menetapkan kualifikasi yang sesuai dengan rencana-Nya : HATI yang mau dibentuk ! Itulah sebabnya ketika Tuhan Yesus memanggil Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya, Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, untuk mengikut Yesus, mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Meninggalkan perahu serta ayahnya, meninggalkan rutinitasnya, meninggalkan profesionalitasnya, lalu mengikuti Dia. Hati yang mau dibentuk, membuat ada penyerahan diri total, mengikut Tuhan tanpa syarat. Ini berbanding terbalik dengan : Kisah di Matius 19:16-22 ;Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Nats mengatakan : Pertimbangkan kualifikasi-kualifikasi orang ini sebagai murid Kristus. 1. Menurut Matius orang muda ini adalah seorang muda yang kaya, secara keuangan dia berkecukupan. Matius mengatakan bahwa "dia memiliki harta yang banyak." Berbeda dengan keempat nelayan dan Matius, orang muda yang kaya ini tidak sibuk dengan pekerjaan lain ketika Tuhan memanggil dia untuk menjadi murid. Kekayaannya memberi dia kecukupan sehingga dia sendiri bisa pergi mencari Yesus, bicara dengan Dia. Jikalau dia jadi mengikuti Yesus, kekayaannya cukup untuk menunjang perjalanannya dalam mengikuti Yesus dan bahkan mungkin cukup untuk menolong orang lain juga. Mungkin jika di hermeneutikkan, jika ada orang demikian datang ke Gereja dan bertanya demikian maka akan banyak gereja yang senang mendapatkan dia.
2. Dia penuh hormat dan berpendidikan. Dia memanggil Yesus sebagai "Guru …" Markus dan Lukas menambahkan bahwa dia menyebut Yesus sebagai "Guru yang baik …" Orang ini adalah orang yang berhasil secara keuangan dan dia memiliki rasa hormat yang tinggi pada Yesus. Pembawaannya memperlihatkan bahwa dia berpendidikan dan membaca banyak tulisan dari para Rabbi pada zamannya.
3. Dia bersungguh-sungguh dalam hal agama. Ketika Yesus memberitahukan padanya bahwa dia harus mememelihara perintah Allah untuk mendapatkan hidup yang kekal, dia dengan cepat menanyakan hukum-hukum mana yang Allah maksudkan. Dia tidak bermaksud menghindar. Dia mengenali bahwa Yesus telah menyentuh bagian yang di mana dia merasa mantap dan dia ingin mengetahui apa yang paling penting. Menarik bahwa Yesus mengutip 5 dari enam Hukum : Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan memberi kesaksian palsu, hormatilah ayamu dan ibumu … 19:18-19.Kemudian Dia memberikan hukum ke dua dari dua perintah utama: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. 19:19.Orang muda tersebut menjawab tanpa ragu, "Semua ini telah kulakukan …"
4. Lebih dari semua ini, berbeda dengan orang-orang lain, dia yang mengambil inisiatif untuk darang kepada Yesus. Secara sekilas nampaknya tidak ada kelemahan atau kekurangan yang dapat menghalangi orang muda ini dalam menjadi murid Tuhan yang berhasil. Hanya pada waktu dia meninggalkan Tuhan Yesus dengan terdiam barulah kita menyadari bahwa ada sesuatu yang menghalangi orang muda ini dalam mengikuti Yesus. Apakah itu?Jikalau kita memperhatikan dengan lebih teliti, ada tiga kekurangan yang nyata dalam penampilan yang menarik dari orang muda ini.Pertama-tama, dia percaya bahwa dia cukup baik untuk mendapat perkenan dari Tuhan. Pertanyaannya yang mula-mula menunjukan hal ini "Hal baik apakah yang harus kulakukan untuk mendapatkan hidup kekal?" Dia memikirkan tentang perbuatan. Dia membayangkan suatu daftar nilai di mana dia bisa mengumpulkan nilai yang cukup untuk memenangkan hidup kekal.
Di bandingkan dengan orang lain, dia baik, dan dia tidak dapat mengerti mengapa kebaikannya masih tidak cukup.Yesus dengan cepat mengarahkan perhatiannya pada Satu-satunya yang baik dan satu-satunya standar dari segala kebaikan.Kebanyakan orang berpikir bahwa mereka baik karena mereka membandingkan diri mereka dengan hal yang salah. Di sinilah masalahnya. Jika orang muda ini, maupun orang-orang lain, dapat memenangkan keselamatan, dia sudah menjadi sama baiknya dengan Tuhan.
Dalam kebaikan Allah dan kesempurnaan Allah, kesucian Allah adalah standarnya. Itu sebabnya Alkitab mengatakan, "Jika kita mengatakan bahwa ita tidak berdosa, kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita." 1 Yohanes 1:8 "Sebab kasih karunia engkau diselamatkan oleh iman, itu bukan hasil usahamu, tetepi pemberiaan Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu; jangan ada orang yang memegahkan diri." Efesus 2:8-9. "Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmatNya …" Titus 3:52 Di sini kita menemukan kekuarangan kedua dari orang muda yang kaya ini. Dia tidak mengasihi Tuhan dengan segenap hati, akal budi dan jiwanya. Jikalau dia mengasihi Tuhan seperti itu, dia akan taat pada perintah Tuhan untuk meninggalkan kekayaannya; sama seperti Abraham taat pada perintah Tuhan untuk meninggalkan kekayaannya dan tanah kelahirannya dan bahwa kalau perlu, anaknya. Kristus, Allah yang menjadi manusia, minta pada orang muda yang kaya ini suatu pengorbanan yang tidak pernah dimintaNya dari orang-orang lain, untuk menjual semua hartanya dan memberikannya kepada orang-orang miskin, Mengapa? Karena Tuhan melihat bahwa kekayaan orang muda ini dan statusnya lebih penting baginya dibanding hal-hal lain. Apakah dia cukup mencintai Tuhan sehingga rela berkorban? Tidak! Bagaimana dengan jemaat yang hadir disini ?Orang muda ini, sekalipun dia yakin akan kebaikan hatinya, namun dia tidak mencintai sesamanya. Apakah dia benar-benar mencintai orang-orang miskin sama seperti mencintai dirinya sendiri? Kalau betul tentu tidak sulit bagi dia untuk menaati penrintah Tuhan, menjual harta bendanya dan memberikannya pada orang-orang miskin. Dia pasti akan bergembira karena apa yng Tuhan minta dari padanya adalah apa yang dia selalu rindu untuk lakukan. Apakah dia mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri? Tidak! Bagaimana dengan engkau?Jikalau Roh Tuhan berbicara kepadamu bahwa hari ini engkau harus melakukan peneyrahan secara mutlak kepada Yesus sebagai Tuhan dalam kehidupanmu; jikalau Tuhan telah berbicara kepadamu, "Mari, ikutlah Aku," engkau harus menjawab.Mungkin engkau memiliki penghalang terakhir dalam penyerahan tanpa syarat kepada Tuhan. Dalam hatimu mungkin engkau berkata, "Saya tidak cukup baik." Teman, kekuranganmu itu tidak ada hubungannya. Matius, si petugas pajak yang jahat itu juga kurang baik. Tidak ada seorangpun yang dapat menjadi murid Tuhan dengan menjadi orang baik.
Mungkin justru kita merasa sudah melakukan semuanya, kita sudah cukup baik, cukup kudus. Ingat, ketika kita merasa diri hebat maka itu menjadi titik awal kehancuran kita. Itulah sebabnya Tuhan tidak memanggil mereka tetapi memanggil Petrus. Dengan demikian kita dapat memahami siapakah Kristus Yesus sesungguhnya dengan cara pandang Allah bukan dengan kacamata dunia yang hanya melihat seseorang dari tampilan luar belaka.
Mungkin merasa tidak ada apa-apanya dibandingkan yang lain. Tidak peduli seberapa kecilnya engkau memandang dirimu sendiri karena justru kita yang kecil ini akan menjadi besar ketika ditaruh dalam tangan Sang Tuan. Ingat, kita bukanlah siapa-siapa di hadapan Tuhan, segala sesuatu yang kita banggakan tidaklah ada artinya jika semua itu tidak dipakai untuk kemuliaan nama-Nya. Tuhan hanya ingin hati yang taat dan mau dibentuk untuk menjadi semakin serupa Dia. Karena itu jangan sia-siakan anugerah Tuhan kalau Ia sudah berkenan memanggil dan mau membentuk kita. Jangan keraskan hati ketika Tuhan sedang bekerja karena Tuhan mau menjadikan kita sesuai dengan maksud dan rencana-Nya yang indah.
Atau mungkin ada diantara kita yang menunda untuk benar-benar menjadi murio. Alas an kita tunggu saya sudah mapan, tunggu inventasi saya sebegini, tunggu anak saya begini, tunggu saya punya rumah, tunggu yang lain-lain. Mereka Sadar Tuhan adalh Tuhan dan Juru Selmt, mereka tahu apa yang harus dibuat sebagai wujud hidup benar. Akan tetapi untuk benar-msuk dalam hidup benar mreka mnunda. Masih banyk waktu. Bandingkan ketika raja dunia memanggil atau mengeluarkan perintah maka orang tidak berani tawar menawar. Ironis, manusia lebih takut pada raja dunia yang kelihatan dibandingkan pada Raja pemilik seluruh alam semesta yang bertahta di Sorga.
Tuhan tidak suka pada orang yang selalu tawar menawar ketika mengikut Dia. Orang tidak percaya bahwa segala sesuatu yang Tuhan rencanakan adalah demi untuk kebaikan kita. Berbagai macam filsafat dunia akibatnya orang tidak mau taat dan mulai mempertanyakan untung – rugi mengikut Yesus. Yesus adalah Raja di atas segala raja memanggil, “Ikutlah Aku,...“ namun orang masih berani tawar menawar. Abraham Maslow telah berhasil mempengaruhi dan menjadikan manusia materialis n humanis. Manusia tidak menyadari bahwa kebutuhan akan membuat manusia semakin berambisi n egois.
Bagaimana dengan kita? Apa yang terutama dalam hidupmu tujuan ataukah kebutuhan? Orang yang bijaksana akan mengejar tujuan agung dalam hidup – karena kehidupan yg kekal lebih penting. Ingatlah : Wahyu 3:20 mengatakan: Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.Tuhan Yesus sudah berdiri dan mengetok pintu hati kita. Pertanyaannya adalah apakah kita mendengar dan membukakan pintu? Kita tidak bisa hanya diam di dalam dan berkata “pintu tidak dikunci, masuklah”. Kita harus berinisiatif terlebih dahulu untuk membuka pintunya. Tuhan berkenan membentuk kita dan memanggil kita untuk turut ambil bagian dalam Kerajaan-Nya. Hari ini justru terbalik orang tidak mau melayani karena merasa diri tidak bisa apa-apa. Panggilan ini bersifat Lintas Pekerjaan. Yang membedakan adalah konsep, cara berpikir kita sekarang berbeda dengan sebelumnya. Dulu segala sesuatu yang kita kerjakan dan kita pikirkan adalah demi untuk keuntungan diri tapi setelah mengenal Kristus, semua yang kita kerjakan demi untuk kemuliaan nama Tuhan. “Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia“; Come, follow Me and I will make you a fisher of man (Mat. 4:19). “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Aku-lah yang memilih kamu” (Yoh 15:16). Saudara terkasih, Manusia sudah jatuh dalam dosa dan upah dosa adalah maut maka kalau Tuhan masih berkenan memanggil dan menjadikan kita rekan sekerja itu merupakan anugerah besar. Sangatlah disayangkan, banyak orang yang tidak memahami hal ini dan mereka justru berpendapat bahwa menjadi pengikut Tuhan hanya akan menyusahkan hidup mereka. Tuhan Yesus tidak memanggil untuk suatu keadaan bebas penderitaan, bebas kematian, bebas duka. Akan tetapi memanggil untuk memikul salib, penuh pengorbanan dan tantangan. Atas panggilan ini banyak yang menolak dan menunda. Menggeser dari tujuan manusia menuju pada tujuan Tuhan tidaklah mudah, kita sering jatuh bangun karena perubahan ini menyangkut banyak aspek dalam hidup kita. Ingatlah panggilan itu bukan berarti kita harus meninggalkan profesi. Allah memanggil kita di posisi masing-2 , apakah kita peka terhadap panggilan ini ? Dalam teks Yunani Luk 5:10, kata-kata Yesus "(kau akan) menjala manusia" berbunyi "anthropous (esee) zoogroon" dan sarat dengan pengertian "(kau akan) bekerja menangkap manusia-manusia untuk membawa mereka ke kehidupan". Panggilan juga berarti Gereja perlu terus menerus menawarkan ujud Kerajaan Allah yang menjawab kebutuhan zaman sekarang. Termasuk kepedulian terhadap orang-orang yang terpojok dalam masyarakat? : kemelaratan, kebodohan, ketakadilan, penindasan, perpecahan, tak adanya damai dll.

Friday, May 16, 2008

Paul David Hewson (Bono), Duta Kemanusiaan

"Greatest Artist of the Modern Era" Lama sudah saya mengagumi tokoh yang satu ini. Berawal dari ketertarikan akan musik U2, kemudian tertarik akan figur Bono sang Vokalis. Beberapa album U2 yang melekat ditelinga a.l : The Joshua Tree, Achtung Baby, All That You Cant Leave Behind, October, The Best Of 1980 1990, The Best Of 1990-2000, The Unforgettable Fire, Under A Blood Red Sky, War.
Sebagai orang "awam" dalam hal musik, mendengar U2, kita akan diajak berbicara tentang banyak hal sekitar kita dan musiknya seolah segar terus (dan jelas tidak komersil dan monoton).
Menilik Biography Bono dan beberapa Web yang memuat risalah perjuangannya membela hak-hak kemanusiaan dilintas negara, pantas dikatakan Bono adalah "Duta Kemanusiaan". Ketika para pesohor justru menikmati "bling-bling" keglamoran hidup justru Bono meninggalkan itu semua dan tinggal diantara manusia yang "ditindas secara lintas sektoral". (link ke : http://www.one.org/ ). Bono meneladankan saatnya para Pesohor dibidang industri musik, film, ekonomi, politik, agama, IT, turun langsung membela kemanusiaan. Dan ia bergaul dengan semua orang, mulai dari Para Politisi, hingga aktifis NGO dan stakeholder misi kemanusiaan lainnya. Ia juga memfasilitasi dan membuat gerakan kesadaran bagi kaum pesohor untuk peduli lingkungan, pendidikan, HIV AIDS, kejahatan perang, dan pengumpulan dana bagi kemanusiaan.
Kehadiran Bono menjadi inspirasi bagi banyak orang lintas profesi, bahwa mereka dapat menjadi pejuang hak-hak kemanusiaan (melawan pemiskinan yang dilakukan penjajah ekonomi, budaya, industri, dan penjajahan secara fisik).
Berikut Biography Bono
From Wikipedia, the free encyclopedia
Paul David Hewson (born 10 May 1960), also known by his stage name Bono, is the main vocalist of the Irish rock band U2. Bono was born and raised in Dublin, Ireland, and attended Mount Temple Comprehensive School where he met his wife, Ali Hewson, and the future members of U2. Since that time he has been referred to as Bono, his stage and nickname, by his family and fellow band members. Bono writes almost all U2 lyrics, often using political, social and religious themes. During their early years, Bono's lyrics contributed to U2's rebellious tone. As the band matured, his lyrics became inspired more by personal experiences with members of U2. Among his non-U2 endeavors, he has collaborated and recorded with numerous artists, sits on the board of Elevation Partners and has refurbished and now owns a hotel with fellow band member, The Edge. Bono is also widely known for his activism concerning Africa, for which he co-founded DATA. He has organized and played in several benefit concerts and has met with influential politicians. He is the co-founder of EDUN, the ONE Campaign and Product Red. Bono has been praised and criticized for his activism and involvement with U2. Bono has been nominated for the Nobel Peace Prize, was granted an honorary knighthood by the United Kingdom, and was named as a Person of the Year by Time, among many other awards and nominations. Biography Childhood Bono and his brother, Norman Hewson, were raised in Dublin, by their mother, Iris (née Rankin), a Church of Ireland Anglican, and father, Brendan Robert "Bob" Hewson, a Roman Catholic. His parents initially agreed that the first child would be raised Anglican and the second Catholic. Although Bono was the second child, he also attended Church of Ireland services with his mother and brother.
Bono was four years old when he first heard I Want To Hold Your Hand by The Beatles. Watching TV with his brother after Christmas, he was impressed by the sensation the song gave, the melodic potency, and the haircuts of the strange band. Then he heard singers such as Tom Jones, Elvis and Bob Dylan. When he was 12, he heard Imagine by John Lennon. He felt like Lennon was speaking directly to him, sharing his ideas and inspirations. His brother had a book of Beatles' songs and he tried to teach Bono to play the guitar. In the 80's Yoko Ono told Bono that he was the son of John. When Bono was 15, he started listening to rock bands such as The Who, The Rolling Stones and Led Zeppelin. Bono grew up in what could be called a medium-low class neighbourhood. His home was a typical three-room house. The smallest room was Bono's. Bono was 14 when his mother died on 10 September 1974 after suffering a cerebral aneurysm at her father's funeral. Many songs from U2's albums, including "I Will Follow", "Mofo", "Out of Control", "Lemon" and "Tomorrow", focus on the loss of his mother. Many other songs focus on the theme of childhood vs. maturity such as "Into the Heart," "Twilight" and "Stories for Boys." Bono was a teenager trying to find his place in a world that didn't seem to offer great possibilities. His father had the typical Irish attitude, he came from Dublin's center. He loved opera: his passion was music and he was a great tenor. Bob Hewson's greatest frustration was not having learned to play the piano. He didn't encourage Bono and his brother to have great ideas (musical; etc). He believed that dreaming was disillusion. Bono was a brilliant boy, until adolescence when he thought of himself an idiot. His school marks suffered: he couldn't concentrate. When he realized that there was world outside of school, he started meeting with a group of friends and doing performances to provoke people in buses. They invented a world called Lypton Village. This group had lots of fights with other bands from other neighborhoods. Bono and Guggi (one of Bono's friends in that time) managed to defend themselves from other people. Bono believes those teenagers who he used to fight with, didn't have any sense of mortality. The band in which Bono was involved didn't drink alcohol. They used to laugh about those who drank and fell in the street. In 1976, Bono was at school, was often feeling angry inside, he didn't do his homework often and at that time was living with his father and his brother. He thought his friends would have great lives because they were intelligent, and he probably would not because he could not concentrate. He had melodies in his head and while he could imagine the notes, he couldn't play them. Bono read an advert on the noticeboard at school from a younger schoolmate Larry Mullen who played drums and who wanted to form a band. (Bono was 16 at the time). On the advice of a friend, Reggie Manuel, Bono decided to audition. Larry was set up in a small kitchen with his drum kit ready. Other attendees included Dave Evans, who seemed to be an intelligent guy and was 15 years old. His brother Dick, who seemed even more intelligent, had managed to build his own guitar. Adam Clayton was present with his amplifier and bass guitar. The roots of U2 as we know them started here. About a month later Bono started seeing Ali, who later became his wife. That was a great month for Bono, joining a band and finding a girlfriend. The fledgling band had occasional sessions in which they did covers. Bono wanted to play Rolling Stones and The Beach Boys. They couldn't play those covers very well so they started writing their own songs, influenced by artists such as The Ramones, The Clash, David Bowie, Patti Smith and Tom Verlaine. In 2005, he told Rolling Stone that "I believe there's a force of love and logic...behind the universe. And I believe in the poetic genius of a creator who would choose to express such unfathomable power as a child born in 'straw poverty'; i.e., the story of Christ makes sense to me." He added, "I guess that would make me a Christian. Although I don't use the label, because it is very hard to live up to. I feel like I'm the worst example of it, so I just kinda keep my mouth shut."
Personal life Bono is married to Alison Hewson (née Alison Stewart). Their relationship began in 1975 and the couple were married on 21 August 1982 in a Church of Ireland (Anglican) ceremony at All Saints Church, Raheny (built by the Guinness family), with Adam Clayton acting as Bono's best man.[3] The couple have four children, daughters Jordan and Memphis Eve, and sons Elijah Bob Patricius and John Abraham. Bono lives in Killiney in south County Dublin, Ireland, with his family and shares a villa in Èze in the Alpes-Maritimes in the south of France with U2 bandmate The Edge, as well as an apartment at The San Remo in Manhattan. Bono is almost never seen in public without sunglasses. During a Rolling Stone interview he stated: “ [I have] very sensitive eyes to light. If somebody takes my photograph, I will see the flash for the rest of the day. My right eye swells up. I've a blockage there, so that my eyes go red a lot. So it's part vanity, it's part privacy and part sensitivity ” His use of sunglasses on stage has progressed through his career with U2. During the 1980s, he was rarely seen wearing sunglasses. During the 1992-93 Zoo TV Tour, he wore sunglasses for parts of the show, though usually in character as The Fly (with large, dark wraparound shades) or Mirrorball Man (with more typical, round sunglasses). In the 1997-98 Popmart Tour, he wore larger, tinted wraparound shades with thick frames. By the early 2000s, his sunglasses were commonly blue, and more goggle shaped. He would, however, remove them for most of the actual shows on the Elevation Tour. Starting around the time of U2's 2004 How to Dismantle an Atomic Bomb, Bono began wearing his signature Armani sunglasses. These were usually red or green tinted, and had no frames around the lenses. He wore these for most of every show on the Vertigo Tour, with the rare exceptions being songs like Sometimes You Can't Make it on Your Own, Running to Stand Still, and Miss Sarajevo. He has been wearing sunglasses in most interviews and public appearances since the late '90s. Bono also suffers from tinnitus, attributed to loud music. References to his condition can be heard in 'Staring At The Sun'.
Stage name Bono attended Mount Temple Comprehensive School, a multi denominational school in Clontarf. During his childhood and adolescence, Bono and his friends were part of a surrealist street gang called "Lypton Village," which had a ritual of nickname-giving. He had several names: first, he was "Steinvic von Huyseman", then just "Huyseman", then "Houseman", then "Bon Murray", "Bono Vox of O'Connell Street", and finally just "Bono". "Bono Vox" is an alteration of Bonavox, a Latin phrase which translates to "a good voice", as in "I'd do anything for a good voice". It is said he was nicknamed "Bono Vox" by his friend Gavin Friday, after a hearing aid shop they regularly passed in Dublin because he sang so loudly he seemed to be singing for the deaf. Initially, Bono did not like this name. However, when he learned it loosely translated to "good voice", he accepted it. Hewson has been known as "Bono" since the late seventies, even before formation of U2. Although he uses Bono as his stage name, close family and friends also refer to him as Bono, including his wife and fellow band members.
U2 On 25 September 1976, Bono, The Edge (David Howell Evans), Dick Evans, and Adam Clayton responded to an advertisement by fellow student Larry Mullen Jr. to form a rock band. The band had occasional sessions in which they did covers. Bono wanted to play Rolling Stones and The Beach Boys: he was tired of long guitar solos and hard rock. They couldn't play covers very well, so they started writing their own songs. In 1977 they started hearing The Ramones, The Clash, David Bowie, Patti Smith and Tom Verlaine. Their band went by the name "Feedback" for a few months, changing to "The Hype" later on. After Dick (nicknamed 'Dik') Evans left the group to join another local band, the Virgin Prunes, the remaining four officially changed the name from "The Hype" to "U2". Initially Bono sang, played guitar, and wrote the band's songs. He said of his early guitar playing in a 1982 interview, "When we started out I was the guitar player, along with the Edge - except I couldn't play guitar. I still can't. I was such a lousy guitar player that one day they broke it to me that maybe I should sing instead. I had tried before but I had no voice at all. I remember the day I found I could sing. I said, 'Oh, that's how you do it.'" When The Edge's guitar playing improved, Bono was relegated mostly to the microphone, although he occasionally still plays rhythm guitar and harmonica. Bono has recently taken piano lessons from his children's piano teacher. Bono writes the lyrics for almost all U2 songs, often rich in social and political themes. His lyrics frequently allude to a religious connection or meaning, evident in songs such as "Gloria" from the band's album October and "I Still Haven't Found What I'm Looking For", from The Joshua Tree album. During the band's early years, Bono was known for his rebellious tone which turned to political anger and rage during the band's War, The Joshua Tree and Rattle and Hum eras. Following the Enniskillen bombing that left 11 dead and 63 injured on 8 November 1987, the Provisional IRA paramilitaries threatened to kidnap Bono. IRA supporters also attacked a vehicle carrying the band members. These acts were in response to his speech condemning the Remembrance Day Bombing during a live performance of "Sunday Bloody Sunday". The singer had been advised to cut his on-stage outburst from the Rattle and Hum film, but it was left in. U2's sound and focus dramatically changed with their next album, Achtung Baby. Bono's lyrics became more personal, inspired by experiences related to the private lives of the members of the band. During the band's Zoo TV Tour several of his stage personas were showcased; these included "The Fly", a stereotypical rock star, the "Mirror Ball Man", a parody of American televangelists, and "Mr. MacPhisto", a combination of a corrupted rock star and the Devil. During performances he attempts to interact with the crowd as often as possible and is known for pulling audience members onto the stage or moving himself down to the physical level of the audience. This has happened on several occasions including at the Live Aid concert in 1985 where he leapt off the stage, over a security barricade to the floor of the arena, and pulled a woman from the crowd to dance with her as the band played "Bad", and in 2005 during U2's Vertigo Tour stop in Chicago, where he pulled a boy onto the stage during the song "An Cat Dubh / Into the Heart". Bono has won numerous awards with U2, including 22 Grammy awards and the 2003 Golden Globe award for best original song, "The Hands That Built America" for the film Gangs of New York. During the live broadcast of the ceremony, Bono called the award "really, really fucking brilliant!" In response, the Parents Television Council condemned Bono for his profanity and started a campaign for its members to file complaints with the FCC. Although Bono's use of "fuck" violated FCC indecency standards, the FCC refused to fine NBC because the network did not receive advance notice of the consequences of broadcasting such profanity and the profanity in question was not used in its literal sexual meaning. In 2005, the U2 band members were inducted into the Rock and Roll Hall of Fame, in their first year of eligibility. Bono and his bandmates were criticized in 2007 for moving part of their multi-million euro song catalogue from Ireland to Amsterdam six months before Ireland ended a tax exemption on musicians' royalties. Under Dutch tax law, bands are subject to low to non-existent tax rates. U2's manager, Paul McGuinness, stated that the arrangement is legal and customary and businesses often seek to minimize their tax burdens. The move prompted criticisms in the Oireachtas (Irish parliament).
Other endeavours In addition to his work with U2, he has collaborated with Zucchero, Frank Sinatra, Johnny Cash, Willie Nelson, Luciano Pavarotti, Sinéad O'Connor, Green Day, Roy Orbison, Bob Dylan, Tina Turner, and BB King. He has recorded with Ray Charles, Quincy Jones, Bruce Springsteen, Tony Bennett, Clannad, The Corrs, and Wyclef Jean, as well as reportedly completing an unreleased duet with Jennifer Lopez. On Robbie Robertson's 1987 eponymous album, he plays bass guitar and vocals. On Michael Hutchence's 1999 posthumous eponymous album Bono completed a recording of Slide Away as a duet with Hutchence. In 1992, together with The Edge, Bono bought and refurbished Dublin's two-star 70-bedroom Clarence Hotel and converted it into a five-star 49-bedroom hotel. The Edge and Bono have also recorded several songs together, exclusive of the band. They have also been working on penning the score for the upcoming Spider-Man Musical. Bono is on the board of the Elevation Partners private-equity firm, which attempted to purchase Eidos Interactive in 2005 and has since gone on to invest in other entertainment businesses. Bono is a known Celtic F.C. fan, and in 1998 it was rumoured that Bono was going to buy shares in the Scottish club. However, it was reported on 28 April 1998 that this was not the case with Bono saying "it's rubbish. I've been to a couple of games and I'm a fan, but I've got no financial connections."
In May 2007, MTV reported that Bono is working on a collection of poetry entitled "Third Rail". Bono said the poetry is inspired by rock music. The book's foreword gives detail of the meanings of the poetry, saying "The poets who fill the pews here have come to testify, to bear witness to the mysterious power of rock and roll...Rock and roll is truly a broad church, but each lights a candle to their vision of what it is." The collection, which is edited by poet Jonathan Wells, contains titles such as "Punk Rock You're My Big Crybaby," "Variation on a Theme by Whitesnake" and "Vince Neil Meets Josh in a Chinese Restaurant in Malibu (After Ezra Pound)." Bono has invested in the Forbes Media group in the US through his private equity investment firm Elevation Partners. Elevation Partners became the first outsider to invest in the company, taking a minority stake in Forbes Media LLC, a new company encompassing the 89-year-old business which includes Forbes magazine, the Forbes.com website and other assets. The terms of the deal were not disclosed, but reports said the stake was worth about €194 million ($250m). In film, Bono has played the character of "Dr. Robert", an anti-war shaman, in the musical, Across the Universe. Also in this movie, he sang the Beatles songs "I am the Walrus" and "Lucy in the Sky with Diamonds". Bono's other acting credits include cameos in 1999's Entropy and 2000's Million Dollar Hotel. In 2000 he acted as himself in the short film Sightings of Bono, adapted from a short story by Irish writer Gerard Beirne.
Humanitarian work Bono has become one of the world's best-known philanthropic performers. He has been dubbed, "the face of fusion philanthropy", both for his success enlisting powerful allies from a diverse spectrum of leaders in government, religious institutions, philanthropic organizations, popular media, and the business world, as well as for spearheading new organizational networks binding global humanitarian relief with geopolitical activism and corporate commercial enterprise.
In a 1986 interview with Rolling Stone magazine Bono explained that he was motivated to become involved in social and political causes by seeing one of the benefit shows staged by John Cleese and producer Martin Lewis for the human-rights organization Amnesty International in 1979. In 2001 Bono arranged for U2 to videotape a special live performance for that year's Amnesty benefit show. Introducing the performance, Bono referred to The Secret Policeman's Ball as "a mysterious and extraordinary event that certainly changed my life..."
Bono and U2 performed on Amnesty's Conspiracy Of Hope tour of the United States in 1986 alongside Sting. U2 also performed in the Band Aid and Live Aid projects, organized by Bob Geldof. In 1984, Bono sang on the Band Aid single "Do They Know it's Christmas?/Feed the World" (a role that was reprised on the 2004 Band Aid 20 single of the same name). Geldof and Bono later collaborated to organize the 2005 Live 8 project, where U2 also performed. Since 1999, Bono has become increasingly involved in campaigning for third-world debt relief and raising awareness of the plight of Africa, including the AIDS pandemic. In the past decade Bono has met with several influential politicians, including United States President George W. Bush and Canadian Prime Minister Paul Martin. During a March 2002 visit to the White House, after President Bush unveiled a $5 billion aid package, he accompanied the President for a speech on the White House lawn. He stated, "This is an important first step, and a serious and impressive new level of commitment. ... This must happen urgently, because this is a crisis." In May of that year, Bono took US Treasury Secretary Paul H. O'Neill on a four-country tour of Africa. In contrast, in 2005 Bono spoke on CBC Radio, alleging Prime Minister Martin was being slow about increasing Canada's foreign aid.
Bono spoke in advance of President Bush at the 54th Annual National Prayer Breakfast, held at the Hilton Washington Hotel on 2 February 2006. In a speech peppered with biblical references, Bono encouraged the care of the socially and economically depressed. His comments included a call for an extra 1 percent tithe of the United States' national budget. He brought his Christian views into harmony with other faiths by noting that Christian, Jewish, and Muslim writings all call for the care of the widow, orphan, and stranger. President Bush received praise from the singer-activist for the United States' increase in aid for the African continent. Bono continued by saying much work is left to be done to be a part of God's ongoing purposes. The organization DATA (Debt, AIDS, Trade, Africa) was established in 2002 by Bono and Bobby Shriver, along with activists from the Jubilee 2000 Drop the Debt Campaign. It is DATA's mission to eradicate poverty and HIV/AIDS in Africa. DATA encourages Americans to contact senators and other legislators and elected officials to voice their opinions.
In early 2005, Bono, his wife Ali Hewson, and New York-based Irish fashion designer Rogan Gregory launched the socially-conscious line EDUN in an attempt to shift the focus in Africa from aid to trade. EDUN's goal is to use factories in Africa, South America, and India that provide fair wages to workers and practice good business ethics to create a business model that will encourage investment in developing nations. This work has not been without criticism. On 15 December 2005 Paul Theroux published an op-ed in the New York Times called The Rock Star's Burden (cf. Kipling's The White Man's Burden) criticizing such stars as Bono, Brad Pitt, and Angelina Jolie as "mythomaniacs, people who wish to convince the world of their worth." Theroux, who lived in Africa as a Peace Corps Volunteer, added that "the impression that Africa is fatally troubled and can be saved only by outside help — not to mention celebrities and charity concerts — is a destructive and misleading conceit." Bono responded to his critics in Times Online on February 19, 2006, calling them "cranks carping from the sidelines. A lot of them wouldn’t know what to do if they were on the field. They’re the party who will always be in opposition so they’ll never have to take responsibility for decisions because they know they’ll never be able to implement them. " Bono was a special guest editor of the July 2007 issue of Vanity Fair magazine. The issue was named "The Africa Issue: Politics & Power" and featured an assortment of 20 different covers, with photographs by Annie Leibovitz, taken of a number of prominent celebrities, political leaders, and philanthropists, each one showcased in the issue for their contributions to the humanitarian relief in Africa.
Further criticism came in November 2007, when Bono's various charity campaigns were targeted by Jobs Selasie, head of African Aid Action. Selasie claimed that these charities had increased corruption and dependency in Africa because they failed to work with African entrepreneurs and grassroots organizations, and as a result, Africa has become more dependent on international handouts. That same month, however, Bono was honoured by NBC Nightly News as someone "making a difference" in the world. He and anchor Brian Williams had traveled to Africa in May 2007 to showcase the humanitarian crisis on the continent. Product Red is another initiative begun by Bono and Bobby Shriver to raise money for the Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis, and Malaria. Bobby Shriver has been announced as the CEO of Product Red, whilst Bono is currently an active public spokesperson for the brand. Product Red is a brand that is licensed to partner companies, such as American Express, Apple, Converse, Motorola, Microsoft, Dell, The Gap, and Giorgio Armani. Each company creates a product with the Product Red logo and a percentage of the profits from the sale of these labelled products will go to the Global Fund.
Recognition Bono after accepting the Philadelphia Liberty Medal on 27 September 2007 Bono is the only person to have been nominated for an Academy Award, Golden Globe, Grammy, and Nobel Peace Prize. Bono was a nominee for the Nobel Peace Prize in 2003, 2005, and 2006. In 2002, he was listed as one of the 100 Greatest Britons in a poll conducted among the general public, despite the fact that he is an Irish national. In 2004, Bono was awarded the Pablo Neruda International Presidential Medal of Honour from the Government of Chile. Time Magazine named Bono one of the "100 Most Influential People" in its May 2004 special issue, and again in the 2006 Time 100 special issue. In 2005, Time named Bono a Person of the Year along with Bill and Melinda Gates. Also in 2005, he received the Portuguese Order of Liberty for his humanitarian work. That year Bono was also among the first three recipients of the TED Prize, which grants each winner "A wish to change the world". Bono made three wishes, the first two related to the ONE campaign and the third that every hospital, health clinic and school in Ethiopia should be connected to the Internet. TED rejected the third wish as being a sub-optimal way for TED to help Africa and instead organized a TED conference in Arusha, Tanzania. Bono attended the conference, which was held in June 2007, and attracted headlines with his foul-mouthed heckling of a speech by Andrew Mwenda. In 2007, Bono was named in the United Kingdom's New Years Honours List as an honorary Knight Commander of the Order of the British Empire. He was formally granted knighthood on 29 March 2007 in a ceremony at the residence of British Ambassador David Reddaway in Dublin, Ireland.
Bono also received the NAACP Image Award's Chairman's Award in 2007. On 24 May 2007, the National Constitution Center in Philadelphia announced that Bono would receive the Philadelphia Liberty Medal on September 27, 2007 for his work to end world poverty and hunger. On 28 September 2007, in accepting the Liberty Medal, Bono said, "When you are trapped by poverty, you are not free. When trade laws prevent you from selling the food you grew, you are not free, ... When you are a monk in Burma this very week, barred from entering a temple because of your gospel of peace ... well, then none of us are truly free." Bono donated the $100,000 prize to the organization. Ngozi Okonjo-Iweala accepted the award for the Washington-based Debt AIDS Trade Africa. Nominated for the "Greatest Artist of the Modern Era" award by a group of his peers. He was recognized for his work with Band Aid, Live Aid, The KillJoy Papers for Change, and Project Red. tQ.

Monday, May 12, 2008

Parakletos Yang Dijanjikan TUHAN Yesus ada diantara kita.

Roh Kudus Sang Parakletos.
Nats : Bilangan 11 : 24 – 29 Pengantar Pemanggilan Allah kepada seseorang untuk melaksanakan Amanah Allah tidak membuat yang bersangkutan menjadi ”ilahi” dan terlepas sisi kemanusiaannya. Kemanusiaan tetap melekat dalam dirinya. Artinya ia tidak memiliki keterbatasan, bisa berada pada posisi ’menyerah’ dan berkeluh kesah. Hal ini bisa kita lihat dalam risalah hidup Musa. Musa sebagai orang yang dipanggil Allah mulai dari mewartakan 10 tulah, hingga memimpin Israel dari Mesir menuju Kanaan ternyata juga adalah manusia biasa yang bisa hampir berputus asa menghadapi kekerasan hati dan sungut-sungut Bangsa Israel (Mis. Bil 11: 12-15). Akan tetapi keluh kesah Musa bukan berorientasi kepada kepentingannya sendiri melainkan berorientasi kepada tugas kepemimpinan yang diembankan Allah kepadanya. Nah, yang menarik disini adalah keterbukaan Musa kepada Allah. Musa tidak bersandiwara seolah ”sangat kuat” dan sanggup-sanggup saja memimpin Israel, melainkan ia mengungkapkan keluh kesahnya secara terbuka. Ia mengkomunikasikan keluhan dan perasaannya kepada Allah. Dan komunikasi menjadi jalan menguatkan dan memandunya. Inilah yang menjadi garis besar Nats ini. Dimana Allah menunjukkan sikap, merespon keluhan Musa. Allah mengambil inisiatif membantu Musa keluar dari persoalannya. Pembahasan Nats dan Relevansi 1. Atas keluh kesah Musa, TUHAN kemudian mengambil solusi agar Musa mengangkat 70 orang tua-tua dalam membantu kepemimpinan Musa, dengan batasan tugas masing-masing. TUHAN menyadari ada keterbatasan jika hanya seorang diri Musa memimpin bangsa Israel. Perlu pembagian tanggungjawab yang tetap berorientasi kepada kehendak TUHAN. TUHAN kemudian membekali ke 70 tua-tua dimaksud, dengan mengaruniakan RohNya. Lalu atas amanah tersebut, Musa melaksanakan apa yang dikehendaki TUHAN. Diayat 11 diterangkan Setelah Musa datang ke luar, disampaikannya firman TUHAN itu kepada bangsa itu. Ia mengumpulkan tujuh puluh orang dari para tua-tua bangsa itu dan menyuruh mereka berdiri di sekeliling kemah. Musa mensosialisasikan apa yang diterimanya dari TUHAN. Ini merupakan bagian dari Pola kepemimpinan Musa yang bersifat terbuka kepada bangsa yang dipimpinnya. Firman TUHAN bukanlah milik Musa pribadi akan tetapi sebagai satu persekutuan, perlu diketahui oleh bangsa Israel. Sehingga akan membuka kesempatan untuk bekerjasama bersinergi dalam melaksanakan amanah Firman TUHAN. Musa secara TOTAL melaksanakan apa yang dimintakan TUHAN, dan TUHAN pun campur tangan. Lalu terjadilah seperti dipaparkan diayat 25: .... turunlah TUHAN dalam awan dan berbicara kepada Musa, kemudian diambil-Nya sebagian dari Roh yang hinggap padanya, dan ditaruh-Nya atas ketujuh puluh tua-tua itu; ketika Roh itu hinggap pada mereka, kepenuhanlah mereka seperti nabi, tetapi sesudah itu tidak lagi. Ke 70 tua-tua Israel menerima Roh Allah. Roh yang menghinggapi mereka adalah roh dari satu TUHAN yaitu Allah yang membebaskan mereka dari perbudakan Mesir. Lalu ada yang menarik diaparkan pada ayat 26 : Masih ada dua orang tinggal di tempat perkemahan; yang seorang bernama Eldad, yang lain bernama Medad. Ketika Roh itu hinggap pada mereka -- mereka itu termasuk orang-orang yang dicatat, tetapi tidak turut pergi ke kemah -- maka kepenuhanlah mereka seperti nabi di tempat perkemahan. Walaupun mereka berdua tidak turut pergi ke kemah, akan tetapi Roh Allah tetap turun pada mereka. Pada 27 dikatakan : Lalu berlarilah seorang muda memberitahukan kepada Musa: "Eldad dan Medad kepenuhan seperti nabi di tempat perkemahan. 11:28 Maka menjawablah Yosua bin Nun, yang sejak mudanya menjadi abdi Musa: "Tuanku Musa, cegahlah mereka!" Akan tetapi Musa mengantisipasi kebingungan ini dengan berkata diayat 29 Tetapi Musa berkata kepadanya: "Apakah engkau begitu giat mendukung diriku? Ah, kalau seluruh umat TUHAN menjadi nabi, oleh karena TUHAN memberi Roh-Nya hinggap kepada mereka!" Musa menyadarkan Josua bahwa TUHAN memberikan RohNya kepada setiap orang yang dikehendakiNYa tanpa bisa dicegah oleh manusia. Dan setiap pemberian Roh memiliki Rencana dari Allah. "Kehadiran Roh Allah kepada Eldad dan Medad yang kemudian membingungkan orang banyak, sehingga merasa perlu dilaporkan ke Musa juga menjadi pergumulan kekinian. Seiring dengan kebangunan Rohani belakangan ini, banyak orang yang mengklaim bahwa kehadiran Roh Kudus dalam ibadah mereka dibuktikan dari dimampukannya mereka “berbicara dalam bahasa-bahasa lain”, ini bagian dari kepenuhan, klaim mereka. Ini membingungkan banyak umat Kristen, sama seperti kebingungan orang banyak melihat Eldad dan Medad. Lantas sebenarnya bagimana ciri atau tanda orang yang menerima Roh Allah ? Demikianlah Sedini sejarah awal berkembangnya, gerakan Pentakosta telah menghadapi “kebingungan”. Kemudian penekanan akan kuasa Roh Kudus dalam mendatangkan mujizat & kesembuhan patut diterima dengan syukur. Ini bukan berarti hanya melalui aliran Pentakosta sajalah penyembuhan bisa terjadi. Ini klaim yang picik. Mujizat dan kesembuhan ilahi masih terjadi sampai saat ini juga di kalangan aliran non-Pentakosta. Namun, dibalik itu kita perlu waspada agar penerimaan kebenaran gerakan Pentakosta yang menekankan kehadiran Roh Kudus dalam kehidupan Kristiani janganlah sampai dicampur-adukkan secara sinkretis dengan praktek-praktek perdukunan moderen (New Age / Words of Faith) karena hal itu mendukakan Allah (Bandingkan Musa & Harun vs. Ahli Sihir Mesir dalam Keluaran 7-11, dan Filipus, Petrus & Yohanes vs. Simon si Sihir dalam Kisah 8:4-25. Kedua kasus itu menunjukkan kesamaan mujizat supranatural tetapi memiliki sumber berbeda, yang pertama datangnya dari kuasa Roh Kudus dan yang kedua berasal kekuatan alam/roh-roh lain). Yang terpenting ingatlah bahwa bukti bahwa seseorang itu telah menerima Roh Kudus dalam hidupnya dapat dilihat dari berbagai hal, antara lain, kerinduannya untuk hidup kudus, memuji dan memuliakan Tuhan, menjadi berkat bagi sesama dan bersaksi bagi Yesus, sebagaimana kita baca dalam penegasan Tuhan Yesus pada Kis.1:8, Galatia 6 : 20-22, dll. Bahasa roh merupakan salah satu kharisma yang diberikan kepada orang-orang tertentu untuk menolong orang lain. Anugerah bahasa Roh pasti akan mendorong orang untuk menyatakan imannya dalam kesatuan dan kerukunan dengan orang beriman lainnya dalam Gereja dan dengan ketaatan penuh pada pimpinan Gereja / hierarki. Kalau tidak demikian, berarti suatu praktek penyimpangan dalam Gereja, atau pun praktek melarikan diri dari realitas kehidupan Gereja / Jemaat. Pemenuhan Roh hendaknya juga suatu bentuk dalam dalam rangka melibatkan diri dalam pembangunan Gereja. Fungsi kehadiran Roh Allah pada ke 70 tua-tua yang dipilih membantu Musa, menjalankan rencana Allah bagi Israel, maka hal ini sangat sesajar dengan penegasan Yesus yang sangat penting, yaitu turunnya Roh Kudus di hari Pentakosta dikaitkan dengan KUASA UNTUK BERSAKSI. "Dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem, Yudea dan Samaria sampai ke ujung bumi" (Kis.1:8). Tugas menjadi saksi tersebut tentu sangat penting. Rasul-rasul diberi hak istimewa untuk menjadi saksi bagi Yesus. Itu berarti mereka dituntut untuk mengatakan apa yang mereka dengar, lihat dan alami tentang Yesus. Tugas menjadi saksi tersebut sangat berat, penuh resiko dan menuntut harga, termasuk ancaman nyawa! Karena itu, kehadiran Roh Kudus dalam diri setiap saksi sangat mutlak, bukan saja untuk meneguhkan dan memberi keberanian kepada saksi, tapi juga supaya orang yang mendengar kesaksian tersebut dapat diyakinkan (Yoh.16:8). Maka orang lebih berkesimpulan seperti ini: karunia berbahasa Roh bukan bukti utama kehadiran Roh Kudus dalam diri seseorang; bukti paling utama adalah buah-buah Roh sebagai kesaksian yang hidup. Sebab dalam diri orang-orang yang mengaku memiliki karunia bahasa Roh tapi tidak menampakkan buah-buah Roh dalam kehidupannya, maka hal ini sebuah kehampaan. Santo Paulus pun bersyukur bahwa ia memperoleh anugerah bahasa Roh, tetapi ia tidak suka menggunakannya karena tidak bermanfaat bagi orang lain. Mengapa? Karena orang lain tidak mengerti. “Aku mengucap syukur kepada Allah, bahwa aku berkata-kata dengan bahasa roh lebih dari pada kamu semua. Tetapi dalam pertemuan jemaat aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, dari pada beribu-ribu kata dengan bahasa roh” (1 Kor 14:18-19). 2. Musa mengkomunikasikan keluhan dan perasaannya kepada Allah. Komunikasi tersebutlahlah yang menjadi jalan menguatkan dan memandunya. Dimana Allah menunjukkan sikap merespon keluhan Musa. Sejauh ini kita bisa relevansikan bahwa terkadang kita baik sebagai Pendeta, Penetua, Orang Tua, Sintua Sektor dalam mengemban tanggung jawab yang diberikan Allah bisa saja menghadapi tantangan dari orang-orang yang menjadi tanggung jawab pelayanan kita. Anak yang susah diatur ke hal-hal yang baik, lingkungan sektor yang tidak koorporatif dalam pelayanan seperti partangiangan, jemaat yang terlalu banyak menuntut tetapi terlalu pelit bekerjasama, dll. Pertanyaannya apakah keluh kesah ini berawal dari kelalaian kita sendiri atau murni karena kebebalan dari orang yang kita tanggungjawabi. Yang penting, apapun penyebabnya, perlu keterbukaan kepada TUHAN. Keterbukaan kepada TUHAN satu sisi menunjukkan tanggungjawab kita. Para pelayan dan jemaat Gereja HKI harus mengandalkan bimbingan Roh Kudus dalam Pelayanannya. Roh Kudus itulah yang menguatkan-memandu ditengah kelemahan kita. Pelayanan akan lemah, akan berkelahi, akan bersengketa, akan pecah, akan saling fitnah, akan saling menjatuhkan tanpa kehadiran Roh Kudus. 3. Minggu ini adalah Minggu Pentakosta, TurunNya Roh Kudus. Karya Roh Kudus yang utama adalah memulihkan kemampuan umat percaya untuk saling mengasihi, sehingga hubungan dan komunikasi yang terputus dapat terjalin kembali. Bukankah ini juga yang terjadi ketika Turunnya Roh Kudus yang tercatat dalam Kisah para Rasul 7. Orang yang berkata-kata dengan bahasa berbeda bisa saling memahami dan mengerti. Nah kita relevansikan, bagi orang yang telah menerima Roh Kudus dalam hidupnya maka dalam keluarga atau rumah-tangga umat percaya diharapkan tidak ada lagi yang melakukan kekerasan dalam berbagai bentuk, baik kekerasan secara fisik maupun kekerasan secara emosional. Tetapi kenyataan justru berbicara lain. Keluarga orang-orang Kristen justru sering terlibat dalam kekerasan fisik dan emosi kepada anggota keluarganya. Mereka yang melakukan kekerasan membutuhkan pencurahan Roh sehingga luka-luka batin mereka disembuhkan. Karya Roh Kudus bertujuan untuk mendamaikan diri kita dengan Allah dan sesama kita. Itu sebabnya Roh Kudus yang adalah Penghibur dikaruniakan kepada umat percaya agar mereka mengalami damai-sejahtera Kristus yang tidak dapat diberikan oleh dunia ini. Di Yoh. 14:27 Tuhan Yesus berkata: “Damai-sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai-sejahteraKu Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu”. Roh Kudus memberi Pengertian antara yang satu dengan yang lain. Kehidupan kita di antara sesama saat ini sering ditandai oleh kegagalan dalam berkomunikasi dan kesalahpahaman sehingga menimbulkan berbagai konflik dan pertikaian, serta tidak jarang terjadi pertumpahan darah. Walaupun kita seiman, namun tidak jarang kita mengalami kesulitan dan kegagalan untuk memahami “world-view” (pandangan dunia) sesama anggota jemaat kita. Apalagi komunikasi yang kita lakukan dengan orang yang tidak seiman, tidak satu suku/etnis, tidak sama tingkat pendidikan dan tingkat sosialnya akan berada dalam jarak yang lebih lebar dan sulit. Akibatnya hidup kita saat ini sering terkotak-kotak, saling mengucilkan dan mencurigai sesama. Bahkan yang lebih memprihatinkan hubungan di tengah-tengah keluarga juga terkotak-kotak, sehingga hubungan antara suami-isteri sering ditandai oleh kesalahpahaman, pertikaian dan perceraian. Selain itu pada zaman yang modern ini kita masih mengahdapi masalah diskriminasi gender kepada kaum wanita, yang mana kaum wanita masih sering menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Demikian pula hubungan antara orang-tua dan anak mengalami masalah yang makin kompleks. Pada saat kita gagal dalam komunikasi sehingga menimbulkan kesalahpahaman dan konflik dengan sesama, sesungguhnya kita juga kehilangan perasaan damai-sejahtera. Sebenarnya pengalaman kehilangan perasaan damai-sejahtera merupakan suatu sinyal rohani yang dikaruniakan oleh Tuhan untuk mengingatkan bahwa hidup kita tidak bahagia karena kita telah gagal dalam memahami dan mengasihi sesama kita.
4. Roh Allah dikatakan dalam Perjanjian Baru dengan Istilah Parakletos (bhs. Yunani), arti harfiahnya ialah yang diseru, dipanggil, dimintai tolong. seperti ketika orang yang sedang ada dalam bahaya berteriak "Tolong! Tolong!". Ungkapan ini sebenarnya kata biasa dalam bahasa Yunani. Siapa saja yang mendengar dan bertindak ialah seorang parakletos. Parakletos juga bisa berarti penghibur yang membesarkan hati. Juga berarti pemberi kekuatan. Apa saja yang dapat menopang orang yang tidak dapat mengatasi keadaan dengan kekuatan sendiri dan oleh karenanya membutuhkan pertolongan secepatnya. Itulah parakletos. Itulah latar pemakaian ungkapan "Penolong" dalam Yoh 15:27. Di situ Yesus mengatakan bahwa yang menanggapi seruan minta tolong tadi itu - Parakletos - diutusnya. Parakletos itu, ditambahkannya, sebagai yang berasal dari Bapa sendiri. Ada dua gagasan baru. Pertama, diutus, artinya dikirim, seperti orang yang diutus menjalankan urusan tertentu. Itulah yang dimaksud Yesus dengan "Penolong yang kuutus". Tugasnya ialah menjawab kebutuhan orang yang minta tolong, apa saja. Dan Penolong "keluar dari Bapa". Artinya, pertolongan yang akan diterima orang yang berseru itu berasal dari Yang Mahakuasa yang berperhatian sebagai Bapa itu sendiri.
Dulu orang Yahudi berseru minta tolong ketika mengalami penderitaan di Mesir. Dan Tuhan mendengar keluhan mereka dan turun untuk menolong mereka dan menuntun mereka ke tanah yang akan diberikanNya kepada mereka (lihat Kel 3:7-10; 6:5-7 Ul 26:5-9). Kekuatan seperti itulah yang dimaksud oleh Yesus sebagai "Penolong yang kuutus dari Bapa". Ia adalah Roh Kebenaran, artinya kekuatan yang benar, yang bukan dari yang bakal membawa ke tujuan lain, melainkan yang terpercaya. Hal ini bisa kita relevansikan ditengah keadaan zaman sekarang ini. Seiring dengan banyaknya persoalan lintas sektoral kehidupan berbangsa, seperti kesulitan ekonomi, pengangguran, bencana alam, bencana akibat kerusakan alam yang dibuat oleh manusia, kebakaran, dll. Dibutuhkan karya dari orang percaya sebagai orang yang telah menerima Roh Kudus untuk menjadi parakletoi (jamak dari parakletos) menolong orang yang kena musibah, dengan macam-macam bantuan. Ingatlah, dipenuhi dengan Roh berarti dikontrol olehNya sebagai sarana Kasih yang lahir dari Iman (Ef 5:18-20). Pergumulan kini adalah apakah Roh itu membuat orang takut, membuat kita berkata-kata yang mubazir, yang tidak dimengerti oleh orang lain maksud dan tujuannya, membuat manusia pingsan dan tertawa-tawa, memukul-mukul diri. Apakah ini merupakan bagian fungsi kehadirannya sebagai penolong, penghibur dan menguatkan? (hp,-)

Manifestasi Kehadiran Roh Kudus

Nats Acuan : Yudas 1 : 24 - 25 Telah diterbitkan di Majalah Bina Warga HKI edisi Juni-Juli 2008
Happy Pakpahan
PENGANTAR Kitab Yudas ditulis sekitar tahun 70-80 sesudah Masehi, oleh seseorang bernama Yudas. Yudas menyebut dirinya sebagai hamba Yesus Kristus dan saudara Yakobus (Yudas 1:1). Yudas ini bukanlah Yudas yang disebutkan dalam Yohanes 14:22, melainkan adalah Yudas dalam Matius 13:55 dan Markus 6:3, ia adalah saudara Yesus. Kita mengetahui bahwa saudara-saudara Tuhan Yesus ini menolak untuk percaya kepada-Nya semasa hidup-Nya (Yoh. 7:5), namun Alkitab mencatat bahwa di kemudian hari setelah kebangkitan Yesus mereka bertobat dan menjadi percaya (bdk. 1Kor. 15:7, 1 Korintus 9:5). Secara hakiki, Kitab ini ditujukan kepada orang-orang Kristen (untuk semua yang percaya di seluruh dunia). Kitab Yudas terdiri dari satu pasal. Konteks surat Yudas adalah keadaan penerima pertama sama dengan penerima Kitab I, II, III Yohanes. Penulis mengamati jemaat sedang menghadapi ajaran sesat, ajaran yang tidak sesuai dengan Firman Allah. Ini ditandai dengan menyusupnya orang-orang jahat ke dalam jemaat TUHAN dengan kehidupan dan ajaran moral mereka yang buruk. Semua ini dapat membahayakan kehidupan iman dan moralitas umat Allah. Disamping itu terjadi tekanan-tekanan dan penganiayaan yang semakin meningkat kepada jemaat Kristus. Untuk konteks inilah Yudas menasihatkan para pembacanya untuk tetap berdiri teguh dan tetap berjuang untuk mempertahankan iman (Yudas 1:3) dan memaparkan akibat-akibat yang menghancurkan dari sikap mempercayai ajaran-ajaran palsu. Yudas memperingatkan mereka untuk melawan kesesatan dan aniaya dengan tindakan yang positif, yaitu untuk bertumbuh dalam kebenaran dan terpelihara dalam kasih karunia Allah. Di dalam Kitab ini Yudas juga menasehati setiap orang Kristen untuk tetap berjuang mempertahankan iman yang telah disampaikan oleh hamba-hamba Tuhan.
PEMBAHASAN NATS DAN RELEVANSI 1. Ditengah keterbatasan manusia menghadapi tantangan kehidupan seperti penganiayaan dan ajaran-ajaran sesat yang dapat merusak persekutuan manusia dengan TUHAN, Firman TUHAN pada Kitab Yudas ayat 24 berkata : Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung dan yang membawa kamu dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya. Nats dengan jelas mengatakan TUHAN Yesus Kristus sebagai Allah yang Esa berkuasa menjaga umatNya agar jangan tersandung. Tersandung biasanya terjadi tanpa disengaja, kelalaian yang tidak terantisipasi sebelumnya, akan tetapi bisa berakibat fatal. Demikian juga dengan rusaknya moral dan persekutuan umat, bisa terjadi tanpa terantisipasi sebelumnya. Ajaran sesat yang masuk kehidupan Jemaat masuk dengan cara halus akan tetapi bisa berakibat fatal, jatuhnya manusia kedalam dosa dan rusaknya hubungan antara manusia dengan Allah, dan persekutuan manusia dengan sesama manusia lainnya. Karena itu hidup dalam persekutuan dan kasih Tuhan Yesus Kristus dikatakan dapat membuat umat tidak tersandung dan jatuh kedalam dosa, tidak ternoda melainkan dapat penuh kegembiraan dihadapan kemuliaanNya. Kegembiraan yang didapat bukan kegembiraan duniawi, sementara dan semu, akan tetapi kegembiraan yang abadi. Sebuah kegembiraan sejati, termasuk menghadapi segala sesuatu, karena kita dikuatkan.Yudas menekankan bahwa Jemaat harus tetap berjuang dalam segala daya upaya, hidup dan bertahan pada iman yang teguh. Iman kepada Yesus Kristus menuntut adanya hidup yang suci, seturut ajaran-ajaran Firman Allah. Dasar iman yang suci dalam Roh Kudus, menunjukkan kebaikan kepada orang lain, dengan disertai rasa takut kepada Tuhan, tidak mengikuti atau mengingini kejahatan/dosa yang mencemarkan hidup. Guru-guru palsu dan ajarannya harus ditolak oleh orang Kristen. Bagi guru-guru palsu yang mencemarkan kehidupan jemaat, jelas akan menerima penghukuman dari Allah. Hal ini disebabkan mereka telah mengubah kasih karunia Allah dengan cara hidup di dalam dosa, dan mereka menyangkal Tuhan Yesus Kristus. Nats ini bisa kita relevansikan, bahwa sejajar dengan Roma 8:1-13, rasul Paulus mengingatkan kepada umat percaya bahwa setiap orang yang hidup dalam kuasa Roh tidak akan hidup lagi dalam keinginan daging. Sebab kuasa Roh Allah memberi kita hidup, kita dimerdekakan oleh Kristus dari hukum dosa dan hukum maut. Dalam kuasaNya, sebenarnya jemaat TUHAN telah diberi kekuatan untuk menolak dan melawan kehidupan menurut daging yang diajarkan Guru Ajaran Sesat. Namun seringkali jemaat yang sebenarnya telah dijaga oleh TUHAN, dimerdekakan dari sandungan, pengakuan iman itu tidak diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Justru kita membiarkan keinginan daging menguasai seluruh aspek kepribadian kita. Sehingga arah dan orientasi hidup kita tertuju kepada keinginan daging dan hawa-nafsu dunia ini. Kita menjadi budak dan hamba dari hawa nafsu seperti misalnya: hawa-nafsu amarah, serakah, bersikap sewenang-wenang, sikap konsumerisme, melakukan segala cara untuk mendapatkan kekuasaan atau jabatan, dan sebagainya. Di Roma 8:6 merupakan gambaran bagaimana perbedaan orientasi antara mereka yang hidup menurut daging dan mereka yang hidup menurut Roh, yaitu: “Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh”.
2. Nats bertujuan untuk memulihkan kembali arah dan orientasi hidup kita agar tertuju kepada keinginan Roh. Kita semua dipanggil untuk tidak bersikap toleran dan tidak berkompromi sedikitpun dengan berbagai keinginan daging. Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai-sejahtera (Rom. 8:6). Manakala kita dibebaskan dari keinginan daging, maka oleh kuasa Roh Kudus kita diberi karunia damai-sejahtera. Ketika kita hidup menurut keinginan daging maka kita terbelenggu oleh hawa-nafsu dan kuasa dosa, sehingga membuat kita terpisah dari persekutuan dengan Allah. Kita dikuasai oleh roh perbudakan yang membuat kita hidup dalam ketakutan bukan kegembiraan. Kita kehilangan damai-sejahtera di dalam hati kita karena hidup kita menjadi telah seteru Allah. Padahal damai-sejahtera merupakan suatu kebutuhan rohaniah yang paling mendasar. Tanpa damai-sejahtera dari Allah, maka hidup kita tidak dapat mengenyam makna kegembiraan dalam hidup ini. Tepatnya tanpa damai-sejahtera dari Allah, kita tidak bahagia. Namun kita sering membungkam perasaan tidak bahagia ini dengan melakukan berbagai keinginan daging. Untuk jangka waktu sementara hati kita memang terhibur. Tetapi perasaan tidak bahagia yang ditutupi oleh berbagai keinginan daging sesungguhnya makin memperdalam penderitaan batin kita. Keadaan tersebut seperti seseorang yang sedang kehausan dengan meminum banyak air laut. Dia akan makin haus ketika minum air laut, tetapi tak lama lagi dia akan mati. Di tengah-tengah dunia yang berdosa ini Kristus tidak membiarkan diri kita seperti yatim-piatu, tetapi dikatakan Nats ini poada ayat 24, Dia yang menjaga kita. TUHAN memampukan kita untuk hidup sebagai anak-anak Allah sehingga dalam hidup kita tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya
3. Kemudian diayat 25 dikatakan : Allah yang esa, Juruselamat kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia adalah kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan kuasa sebelum segala abad dan sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin.Ayat ini sebuah pengakuan iman dari penulis yang di saksikan kepada pembacanya. Dikatakan Allah yang Esa, Allah Bapa, Anak, yang hadir dalam Yesus Kristus, dan Roh Kudus adalah satu kesatuan Allah yang Esa. Kemuliaan, kebesaran, dan kuasa sebelum segala abad adalah bagi Allah yang Esa. Dan ini berlaku sekarang dan sampai selama-lamanya. Kalimat ini sebuah ”kalimat tegas” yang menyaksikan keMaha Kuasaan Allah. Jadi ilah-ilah buatan tangan manusia, ilah-ilah lokal, yang dipuja banyak bangsa tidak berkekuatan dihadapan Allah. Secara implisit, nats ini mengatakan bahwa dalam Yesus Kristus sajalah terletak kekuatan orang Kristen. Inilah dasar dari kemenangan akhir setiap orang Kristen.
4. Jemaat yang terkasih dalam Allah yang Esa, minggu ini berdasarkan kelender Minggu Gerejawi kita kenal sebagai Minggu Pentakosta. Pentakosta awalnya merupakan satu dari tiga hari raya orang Yahudi sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah (Im 23:4-21). Itu sebabnya pada hari Pentakosta yang dicatat pada Kitab Kisah Para Rasul kita melihat mengapa banyak orang hadir di Yerusalem, karena sudah menjadi tradisi. Pentakosta adalah hari ke-50 sesudah Paskah dan juga disebut hari genap 7 Minggu (Im 23:15). Tradisi ini kemudian mengalami Transformasi makna melalui turunnya Roh Kudus. Disini Roh Kudus menuai hasil pekerjaan Kristus, menghidupkannya dalam hati manusia. Roh Kudus datang sebagaimana ditetapkan oleh TUHAN. Apa arti perayaan Pentakosta bagi kehidupan kita yang merayakannya? Kita juga hidup di zaman dengan penuh dengan ajaran-ajaran yang merusak pertumbuhan iman dan kehidupan Kristen yang sehat. Karena itu kita harus sungguh-sungguh hidup dari kuasa karya Roh Kudus, di mana Kristus dalam RohNya itu meraja di dalam hidup kita dan kita hidup dalam sikap taat dan setia kepada-Nya. Maka, di sanalah akan terjadi perubahan dan pembaharuan dalam hidup bersama sebagai suatu persekutuan umat Allah dalam Gereja yang satu dan kudus. Roh Kudus pula memimpin kita ke dalam seluruh kebenaran, yaitu mengajarkan kita bagaimana seharusnya kita hidup dan melaksanakan kehendak Bapa di surga.
5. Karya pencurahan Roh Kudus sering dikaitkan dengan pemberian berbagai karunia kepada setiap orang percaya. Anugerah diberikan oleh Tuhan kepada seseorang seturut kehendak-Nya yang bebas. Segala kharisma diberikan Tuhan demi pembangunan jemaat / umat, dalam ketaatan penuh pada pimpinan Gereja. Pembangunan jemaat tidak hanya dengan doa dan nyanyian saja, tetapi juga harus dengan karya nyata: cintakasih, amal dan karya pelayanan. Kalau tidak demikian, maka bukan kharisma yang sungguh-sungguh melainkan bentuk-bentuk egoisme intern. Jadi, kharisma itu diberikan Tuhan untuk menolong orang lain atau sesama, bukan untuk kepentingan dan kehormatan pribadi. Santo Paulus menyebut beberapa kharisma, antara lain: karunia melayani, mengajar, memberi nasehat, membagikan derma, bahasa roh, penyembuhan. Sering muncul perbandingan bahwa jika ada suatu gereja yang tidak ada peristiwa kepenuhan dengan berbahasa roh dan mujijat penyembuhan, maka Gereja itu dianggap sebagai gereja yang hidup tanpa roh. Bagaimana kita harus menjawab permasalahan ini? Selaku gereja Tuhan, kita tidak menyangkal bahwa karya Roh Kudus juga mengaruniakan berbagai macam karunia seperti menyembuhkan orang sakit, membuat mukjizat, bernubuat, membedakan bermacam-macam roh, karunia bahasa roh dan menafsirkan bahasa roh (I Kor. 12:8-10). Namun yang ditonjolkan oleh kalangan tertentu ternyata bukan karunia hikmat, pengetahuan, bernubuat dan membedakan bermacam-macam roh; melainkan yang sangat ditonjolkan justru karunia menyembuhkan orang sakit, membuat mukjizat dan karunia bahasa roh. Mengapa karunia-karunia tersebut yang ditonjolkan bahkan sering dijadikan ukuran untuk menentukan tingkat dan kualitas iman? Seluruh karunia tersebut ditempatkan oleh rasul Paulus untuk membangun jemaat dalam kesatuan tubuh (I Kor. 12:13, 24-25). Ini berarti karunia Roh yang utama adalah kasih. Sebab kasih senantiasa dapat menjembatani suatu jarak yang semula terputus, dan memampukan setiap pihak yang berbeda untuk hidup dalam rasa hormat dan sikap saling menghargai. Ketika kita mampu untuk saling mengasihi dan membangun kehidupan persekutuan, maka kita juga mengalami makna damai-sejahtera sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Tuhan Yesus.
Jika demikian, karya pencurahan Roh Kudus pada hakikatnya merupakan karunia Allah bagi setiap orang percaya agar kita mengalami transformasi dalam spiritualitas iman kita. Tanda-tanda pencurahan Roh Kudus dapat terlihat pada kenyataan yang terjadi dalam spiritualitas dan kepribadian kita, yaitu apakah kita telah berdamai dengan Allah, sesama dan diri kita sendiri. Ketika kita telah diperdamaikan oleh kuasa Roh Kudus, maka kita juga dimampukan untuk mengasihi Allah, sesama dan diri kita sendiri. Bagaimana dengan kehidupan saudara saat ini? Apakah jemaat sendiri masih sering tersandung dalam dosa ? Juga apakah hidup saudara sungguh-sungguh bahagia dan penuh makna? Bila belum, maka pada saat ini Allah menawarkan kasih-karuniaNya kepada kita. Kristus menawarkan Roh KudusNya yang mampu membebaskan diri kita dari roh perbudakan, yaitu kuasa dosa yang mengikat dan membelenggu diri kita.
6. Kekristenan tidak dapat dipisahkan dari pengalaman hidup bersama Roh Kudus. Alkitab bahkan menegaskan bahwa sesungguhnya, hidup baru di dalam Kristus adalah hidup di DALAM dan DIPIMPIN Roh. Kehadiran Roh Allah kepada manusia akan memperbaharui hidupnya. Hal ini bisa kita bandingkan dengan keadaan para murid Tuhan Yesus. Pada saat Tuhan Yesus melakukan pengajaran, menyembuhkan orang sakit lalu disalibkan dan mati, saat itu mereka mempunyai kebanggaan menjadi pengikut Yesus. Semua yang dilakukan Yesus serta tanggapan orang banyak membuat mereka percaya diri bahwa masa depan yang cemerlang tersedia bagi mereka. Akan tetapi ketika Yesus ditangkap dan disalibkan, para murid buyar. Dari bangga dan penuh keyakinan mereka kini kecil hati. Dari orang-orang yang berani bercerita mengenai sang Guru, kini mereka menjadi orang yang takut dituduh pengacau dengan risiko ditangkap dan kemudian mengurung diri. Mereka juga dipandang sebagai yang menawarkan ajaran keliru oleh para simpatisan mereka dulu. Mereka hilang muka di hadapan kaum mereka sendiri. Ini situasi para murid. Kemudian setelah Pentakosta, mereka tampil sebagai Pemberita injil yang sangat militan. Roh Kudus yang turun pada diri mereka memperbaharui dan menguatkan Visi pelayanan mereka. Dengan kuasa dari Roh Kudus tersebut, ketaatan dan kesetiaan para rasul menghasilkan buah, di mana jumlah murid yang percaya kepada Yesus berkembang dengan sangat cepat. Dokter Lukas mencoba memberikan data statistik di mana dimulai dengan 120 orang (Kis.1:15), lalu setelah khotbah pada hari Pentakosta menjadi 3000 org (2:41), meningkat 5000 orang (4:4). Itu berarti peningkatan hampir 4200 persen! Angka di atas merupakan angka terakhir yang diberikan oleh dokter Lukas, karena selanjutnya, kita hanya menemukan istilah "jumlah murid makin bertambah..." (6:1). Kiranya, tanda-tanda di atas juga menjadi tanda yang kita temukan di Gereja-gereja kita sebagai manifestasi dari hadirnya Roh Kudus dalam diri kita masing-masing. Kiranya, seiring dengan berubahnya hidup kita oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh tersebut, kita juga melihat perubahan di dalam Gereja kita, semakin bertambah banyak dan bertumbuh makin dewasa (Efesus 4:13). Masalahnya, apakah ketaatan dan penyerahan kita kepadaNya sudah mencerminkan hidup seseorang yang dipimpin dan dipenuhi oleh Roh Kudus? Indikator kehadiran/kepenuhan Roh Allah adalah adanya perubahan hidup pada diri seseorang. Amin.