Monday, September 08, 2008

Hidup Yang Dilandasi Syukur.

Nats : Pengkhotbah 5:17-19 Telah diwartakan pada Ibadah Minggu 31 Agustus 2008, di HKI Jl. Melanthon Siregar, P. Siantar
Tidak ada yg suka yg palsu. Produk barang eletronik yang Palsu biasanya dipakai sebentar, lalu rusak. Pakaian yg palsu (mengadopsi Merk tertentu) mungkin kemasan atau bentuknya saja yg sama dengan yg asli, tapi ketika dipakai bisa cepat luntur dan kemudian rusak, karena memang kualitasnya berbeda dari yang asli. Demikian juga kepalsuan lain, tiap manusia tentu tidak menyukai senyuman palsu, sanda gurau palsu, cinta palsu. Singkat kata Manusia dari dasar hatinya menginginkan sesuatu yang asli, yang sebenarnya. Bukan yang palsu.
Termasuk dengan kebahagiaan, manusia menginginkan kebahagiaan yang sebenarnya bukan kebahagiaan yang semu, yang palsu. Uniknya manusia dalam mencari kebahagiaan, demi sebuah pengakuan, demi mencapai keinginan sering larut dalam arah kebahagiaan yang palsu. Banyak manusia berpikir sumber kebahagiaan adalah materi, kekuasaan, fasilitas dll. Untuk itu dia bekerja keras dengan berbagai cara demi mendapatkannya.
Ada 4 tipe yang bisa kita rumuskan : 1. Manusia bekerja keras agar bisa mendapatkan materi untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya, dengan berasumsi jika mendapatkan materi yang banyak maka dia akan bahagia. Akhirnya memang dia mendapatkan banyak materi setelah ia kerja keras. Tapi setelah didapat, ia tidak menemukan kebahagiaan. Melainkan hanya justru kesibukan-2 baru.
Mereka disibukkan untuk membelanjakan uangnya, beli ini dan beli itu dengan anggapan akan mendapatkan kebahagiaan, pendeknya mereka akan membeli gaya hidup yang mencerminkan mereka "bahagia", disibukkan untuk mendapatkan pengakuan, sehingga kepercayan dirinya terletak pada apa yg dimilikinya, terletak pada apa yg dikenakannya, bukan kepada dirinya sendiri sebagai manusia yg diciptakan oleh Allah. Mereka tidak mendapat kebahagiaan yg mereka cari. Yang ada hanya takut bangkrut, atau takut korupsinya ketahuan, takut anaknya justru makin nakal. Yang ada hanya perubahan orientasi hidup : perubahan sikap pd orang lain, ego yg tinggi, dimana yg menjadi prioritas utama hanya dirinya. Itu sebabnya ketika seseorang yang tiba-tiba punya banyak materi, tiba-tiba juga tinggi hati dan menjaga jarak dari orang sekitar. Ia tetap merasa kurang. Akhirnya Konsep ideal tadi bahwa materi menjadi sarana bahagia tidak didapatinya, Justru dia tertawan oleh rasa tidak cukup dan hidupnya tidak tenang. Dimana Yang salah ?
Kemudian kita ke tipe 2. 2. Dan ada juga yang telah bekerja keras, kemudian memiliki harta banyak, ternyata benar-benar bahagia. Ia tetap bekerja keras, harta mengalir dan ia menikmatinya. Ia hidup bahagia.
Dimana kuncinya ? Ternyata rasa hidup bersyukur, memahami bahwa rejekinya berasal dari TUHAN dan harus dipakai sebagai jalan berkat buat orang lain. Sehingga ia menjalani hidup kecukupannya dengan kerendahan hati dan semangat melayani TUHAN melalui sesama.
Tipe 3 : 3. Ada orang yang bekerja keras, tetapi apa yang dimilikinya yang terbatas tetap bisa dinikmatinya, ia bahagia. Kuncinya sama dengan tipe 2 : Rasa syukur.
Tipe 4 : 4. Ada orang yang malas bekerja, hanya berhayal, keseharian kegiatannya menghabiskan waktu dengan membahas apa saja, tapi tidak melakukan apa-apa. Efeknya pendapatannya tidak ada, dan ia tidak menikmati hidupnya karena bukan hanya merasa kurang tetapi faktanya adalah kurang. Orang seperti ini berada dalam posisi kebiasaan "menunda" tindakan, ini merupakan cermin dari gagalnya pikiran untuk menerima DIRI ini dengan apa adanya. Ia hanya berpikir :
- Besok saya akan mengerjakannya jika saja.... - Dulu saya pasti sudah melakukannya kalau saja saya tidak......
- Besok saya pasti akan berbahagia bila saya sudah berhasil meraih A, B, C,...
- Dulu sebetulnya saya sudah bahagia, jika saja saya tidak mengalami A, B, C,...
Jemaat terkasih, diantara 4 tipe dalam menjalani kehidupan menuju kebahagiaan sejati dimana posisi kita ? Apa kuncinya hidup bahagian yang bisa kita dapat ? Mensyukuri. Mensykuri akan mempengaruhi cara pandang kita tentang harta. Bahwa itu adalah titipan Allah dan harus dimamfaatkan untuk orang lain juga. Orang yang tidak menikmati : tidak mensyukuri : tidak diberi kuasa untuk menikmatinya ! Orang yang terbatas tapi bahagia : mensyukuri Orang yang tidak bekerja sehingga tidak bahagia : tidak mensyukuri hidup, tenaga, pancaindera sehingga wajar ekonominya morat marit berkekurangan.
Hal ini terkait dalam pembahasan nats :
Ada beberapa hal yang bisa kita lihat dalam ayat ini : Pada ayat 17 dikatakan Lihatlah, yang kuanggap baik dan tepat ialah kalau orang makan minum dan bersenang-senang dalam segala usaha yang dilakukan dengan jerih payah di bawah matahari selama hidup yang pendek, yang dikaruniakan Allah kepadanya, sebab itulah bahagiannya.
Manusia diminta untuk bekerja dalam hidupnya. Firman TUHAN berkata dalam 2 Tesalonika 3 : 10 ; ……. “jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.”
Amsal 6:6-11 ; 6:6 Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: 6:7 biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, 6:8 ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen. 6:9 Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu? 6:10 "Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring" 6:11 maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata.
Kesuksesan itu berada dalam ranah tindakan. Betapa banyak orang yang sarat dengan ide-ide cemerlang namun tidak pernah mencapai apapun, karena mereka tidak pernah memutuskan untuk SEGERA bertindak. Kalimat sebab itulah bahagiannya bukan berarti kita mengimani ada takdir seolah Allah sudah menentukan segala sesuatu. Mensahkan anggapan :"Jika gagal, ya sudahlah itu sudah garis hidupku". Ini adalah kalimat putus asa. Masa depan belum pernah terjadi, tidak ada takdir. Allah membuka kesempatan kepada tiap manusia untuk menentukan masa depannya dan mempertanggungjawabkan pada Tuhan. Kemudian pada ayat 18-19 dikatakan : Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya -- juga itu pun karunia Allah. Tidak sering ia mengingat umurnya, karena Allah membiarkan dia sibuk dengan kesenangan hatinya.
TIAP MANUSIA MEMPUNYAI KEINGINAN. Tapi demi mencapai itu banyak yang menempuhnya dengan cara yang tidak berkenan dgn Allah. Bnk. 1 Timotius 6:9-10 : 6:9 Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. 6:10 Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.
Alkitab banyak sekali memperingatkan kita akan bahaya dari kekayaan atau keinginan untuk menjadi kaya secara jasmani. Seringkali harta adalah penyebab kejatuhan manusia;
Bnk. Mat. 6:21 / Luk. 12:34 Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.
Pengkhotbah 5:9-10. Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia. Dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang-orang yang menghabiskannya. Dan apakah keuntungan pemiliknya selain dari pada melihatnya? 1 Timotius 6:17-19 : Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati. Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya.
Menjadi kaya adalah suatu berkat, tetapi kita harus berhati-hati dalam menerima, mengelola dan memelihara kekayaan itu. Allah kita Allah yang baik dan menjanjikan kebutuhan jasmani yang cukup, maka janganlah kawatir akan kebutuhan materi : Orang yang cinta akan uang tidak akan pernah puas. Maka yang terutama adalah kejarlah harta surgawi yang membawa kebahagiaan dan hidup yang kekal : dalam memenuhi kebutuhan hidup kita perlu uang, untuk kebutuhan rumah tangga, makan, pakaian, pendidikan, apapun kegiatan kita semuanya perlu dana. Untuk pemenuhannya Allah memerintahkan manusia untuk bekerja :Uang itu penting, tetapi lebih penting lagi bagaimana cara menggunakannya dengan baik. Yang negatif bukan uangnya melainkan sikap terhadap uang, yaitu "cinta-uang" yang bisa menjadi akar setiap kejahatan. Kita tidak boleh mengabdikan diri sebagai hamba uang dan menjadikannya "Mamon" atau berhala. Yang salah pula, bila kita tamak dan mengandalkan uang lebih dari pada Allah Sumber:
Bnk. Amsal 10:22 Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.Kekayaan adalah dari Tuhan! Janganlah menganggap kekuatan kita yang menjadikan kita kaya. Ulangan 8:17 ; Maka janganlah kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini. Setiap apa yang ada dari pada manusia adalah berasal dari Allah. Karena itu untuk menikmatinya pun mintalah kuasa dari Allah untuk menikmatinya. Ada orang yang bisa menikmati gaji yang dianggap orang rendah, tapi ia justru bahagia. Ada orang yg bergaji besar tapi tidak menikmatinya. Kebahagiaan itu bukan terletak pada apa yang BELUM kita miliki. Bukan pula terletak pada apa yang PERNAH kita miliki. Kebahagian itu terletak di dalam diri ini, SAAT INI. Keikhlasan untuk menerima diri ini apa adanya, adalah kunci untuk memulai langkah awal menuju keberhasilan. Karena itu : Dgn pekerjaan, hasil pekerjaan berupa kekayaan kita bisa memuliakan Allah dgn harta kita, berusaha mencukupkan diri dan mensyukuri yang ada tetapi tetap bekerja maksimal dengan kejujuran. Firman Tuhan dalam Amsal 3:9-10 berkata Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.
Allah lebih senang ketika Dia mendapati anak-anakNya itu tidak memprioritaskan kebutuan jasmani saja, tetapi selalu mencari kebenaran Allah dan hidup menurut ajaranNya : Bnk. Matius 6:33 ; Allah kita adalah Allah yang berkelimpahan. Allah sanggup memberkati kita dengan berkat jasmani yang cukup untuk kita hidup bahkan berkelimpahan. Cinta akan mamon menjadi penghalang dalam mencari Tuhan. Materi atau uang dapat menolak Tuhan Yesus. Dalam hidup ada yang lebih penting daripada uang dan harta, ada banyak hal yang tidak bisa dibeli dengan uang. Kedamaian, sukacita, ketenangan, kasih, tidak bisa dibeli dengan uang. Keselamatan Kekal dari Tuhan tidak bisa dibeli dengan uang, tapi harus dibayar dengan iman percaya. Iman membuat kita yakin akan pemeliharaan Allah, dan ini akan menghadirkan pola hidup bersyukur dalam hidup kita. Jika hal ini kita jalani, maka akan ada damai sejahtera dalam hidup kita, keluarga kita dan ini semua akan terpancar dalam kehidupan kita. Amin.