Friday, January 09, 2009

"TAHUN BARU - PERANG BARU" : NO WAR - NO MORE KILLING !!!

"Saya yakin bahwa perjuangan bersenjata adalah satu-satunya solusi bagi rakyat yang berjuangan untuk membebaskan dirinya, dan saya konsisten terhadap apa yang saya yakini. " Che Guevara (1928 - 1967)
Serangan terhadap Gaza yang dilakukan oleh Israel sebenarnya dapat kita prediksi sebelumnya jika kita melihat sejarah Zionisme. Sepenggal sejarah, pada tanggal 25 Januari 2006 ketika rakyat Palestina mengadakan pemilihan umum dan memilih Hamas, Israel segera menolak mengakui hasil demokratik tersebut. Israel menolak menyerahkan hasil pajak Palestina, dengan sengaja memblokade sektor perdagangan yang mengakibatkan rakyat Palestina hidup dalam kondisi serba kekurangan. Semua itu ditambahkan dengan kekerasan terus menerus terhadap rakyat Palestina, yang membunuh dan melukai ratusan orang. Berbagai macam bentuk tawaran gencatan senjata oleh Hamas ataupun oleh Otoritas Palestina dan dunia internasional selalu ditolak oleh Israel.
Saat ini dalam operasi yang disebut dengan Operation Cast Lead telah mengakibatkan korban jiwa lebih dari 600 orang dan lebih dari 2500 orang terluka, banyak diantaranya adalah anak-anak. Serangan Israel yang mereka katakan menargetkan pimpinan dan pusat-pusat kegiatan Hammas nyatanya menghancurkan rumah sakit, Islamic University dan rumah-rumah penduduk sipil. Bahkan Israel juga menghancurkan sekolah yang dikelola oleh PBB.
Keberanian Israel dalam melakukan penyerangan, bahkan menyerang PBB dan pengabaian terhadap segala seruan internasional tidak terlepas dari dukungan penuh Rejim George W Bush ataupun rejim-rejim yang pernah memimpin AS sebelumnya. Dukungan ini jelas sekali terlihat dalam bentuk veto AS terhadap semua resolusi Dewan Keamanan PBB yang merugikan Israel. Ataupun pelanggaran Resolusi PBB oleh Israel yang diabaikan oleh “komunitas Internasional”. Dukungan AS tersebut juga berupa bantuan sebesar 3 miliar US dollar pertahun sejak tahun 1985. Belum termasuk bantuan militer sebesar miliaran US dollar pertahun yang diberikan oleh AS. Sementara itu berdasarkan survey oleh Richard Cohen dari Washington Post menyatakan bahwa 60 persen pendanaan untuk Partai Demokrat dan 35 persen dana untuk Partai Republik berasal dari Political Action Committees pro Israel.
Metode Perjuangan Tanpa Persatuan Hanya Menguntungkan Rejim ZIonis
Seiring dengan serangan Israel ke Gaza, Hamas membalasnya dengan meluncurkan roket ke daerah-daerah Israel. Dan dalam pernyataannya, Mahmod Zahar, salah satu pemimpin Hamas menyatakan bahwa Israel telah melegitimasi pembunuhan terhadap anak-anak dan orang Israel karena telah membunuh rakyat Palestina. Sementara itu elit pemimpin Palestina lainnya terpecah, Associated Press melaporkan bahwa partai dari Mahmod Abbas, Presiden Palestina, dari kelompok Fatah dalam hari-hari pertama serangan Israel menyalahkan Hamas atas apa yang terjadi. Abbas sendiri menghadapi demonstrasi oleh rakyat Palestina di West Bank karena tidak bersikap tegas melawan serangan Israel. Dalam demonstrasi di Ramallah jumat lalu, 2 Januari 2009, beberapa demonstran yang mengibarkan bendera Hamas ditangkap oleh polisi Otoritas Palestina. Upaya untuk mengadakan demonstrasi di pos pemeriksaan Israel juga digagalkan oleh Otoritas Palestina. Sementara demonstrasi di Universitas Bir Zeit, 6 Januari 2009 dibubarkan oleh Otoritas Palestina dan mengakibatkan beberapa mahasiswa terluka.
Metode peluncuran roket tersebut terlihat memperkuat dan memperbesar propaganda Israel bahwa mereka bertindak membalas serangan terhadap rakyat sipil. Yang lebih penting bahwa metode tersebut juga memperkuat dukungan penduduk Israel terhadap Rejim Zionis. Roket tersebut jelas diluncurkan secara serampangan dan besar kemungkinan mengenai penduduk sipil Israel. Penduduk sipil Israel yang sebenarnya juga tertindas oleh Zionisme dan kapitalisme Israel. Pada periode 2003-05 pengangguran di Israel sebesar lebih dari 10 persen dari penduduknya. Dan 21 persen penduduk Israel hidup dibawah garis kemiskinan. Israel sendiri menerapkan kebijakan rasis terhadap imigran Yahudi yang berasal dari Etopia ataupun Rusia. Pemotongan terhadap anggaran pendidikan dan uang pensiunan demi membangun kekuatan militer. Pada tahun 2003 Israel memotong anggaran untuk rakyat Israel, antara lain anggaran pendidikan sebesar 0,5 miliar NIS (mata uang Israel), kesehatan 0,5 miliar NIS, transportasi public 0,3 miliar, subsidi untuk perumahan dan tunjangan untuk orang cacat dan pengangguran sebesar 0,8 miliar NIS. Disisi lainnya para pemilik modal Israel dilimpahkan berbagai macam keringanan. Sebanyak 2,5 miliar NIS berupa pengurangan pajak bagi 10 persen orang terkaya di Israel, 1,5 miliar NIS berupa pengurangan pembayaran asuransi sosial untuk bisnis. Agresi ke Gaza adalah cara klise menutupi kasus korupsinya pemimpin-pemimpin Rejim Zionis, seperti Ehud Olmert, Yitzak Rabin, Benjamin Netanyahu, Ehud Barak dan juga Ariel Sharon.
Politik rejim Zionis sangat korup bahkan turut menentukan sejarah perkembangan dan perang Hamas di Palestina. Seperti Osama Bin Laden yang pada awalnya didukung oleh AS untuk melawan Soviet di Afganistan, namun kemudian menyerang AS pada 11 September, demikian juga Hamas pada awalnya didanai secara langsung atau tidak langsung oleh Israel untuk berfungsi sebagai penyeimbang PLO yang saat itu sedang berkembang. Setelah Hamas mengontrol Gaza, mereka menyerbu kantor Federasi Serikat Buruh Palestina, dalam upayanya untuk menghancurkan organisasi-organisasi buruh Palestina. Bahkan Hamas juga terlibat dalam membantu pasukan keamanan Mesir untuk mencegah rakyat Palestina di Gaza mendapatkan kebutuhan hidup sehari-hari dari perbatasan Mesir. Dukungan rakyat Palestina yang diberikan kepada Hamas hanyalah berlandaskan karena ketiadaan kepemimpinan gerakan rakyat Palestina yang lebih progresif dari Hamas ataupun Fatah dan mampu menunjukan perlawanannya terhadap Rejim Zionis Israel.
Negara-negara Arab lainnya, yang selalu didengung-dengungkan oleh gerakan fundamentalis Indonesia sebagai saudara muslim, ternyata juga berada dibelakang Israel ataupun Negara-negara Imperialis lainnya dengan malu-malu. Mesir telah lama mendukung Israel dengan menjaga perbatasannya. Sehingga rakyat Palestina di Gaza hidup didalam tembok dan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya. Sementara itu Liga Arab hanya mampu menghasilkan pertemuan demi pertemuan tanpa menyelesaikan serangan Israel di Gaza. Jordania dan Mesir sendiri masih menjalin hubungan diplomatik normal dengan Israel hingga saat ini.
Kebangkrutan Gerakan Fundamentalis Indonesia, Sikap Rejim SBY serta Media Massa di Indonesia.
Tanpa pemahaman yang penuh dan objektif serta mengabaikan fakta-fakta yang ada, gerakan-gerakan fundamentalis di Indonesia dengan lantang menyerukan mobilisasi untuk berjihad di Palestina. Dengan membentuk sentiment massa rakyat Indonesia bahwa perang tersebut berlandaskan agama. Gerakan fundamentalis sendiri sebenarnya tidak jauh berbeda dengan zionis Israel yang mereka tentang. Kalau Zionis punya konsep “Tanah Terjanji” yang hanya diperuntukan bagi Yahudi, yang mendorong mereka melakukan pengusiran dan pembinasahan rakyat Palestina. Maka gerakan fundamentalis pun meyakini tidak adanya hak hidup bagi agama lain, kelompok lain, gerakan pro demokratik, gerakan perempuan, lgbt – lesbian, gay, bisexual, transgender, dsb. Kesamaan dalam memandang rendah kemanusiaan di luar kelompok fundamentalis dan zionis.

Pendangkalan kesadaran rakyat untuk solidaritas kemanusiaan dalam isu Palestina juga disebabkan kenyataan bahwa beberapa fakta penting tidak pernah dimuat dimedia massa Indonesia antara lain fakta bahwa ada solidaritas antara rakyat Israel dan Palestina seperti yang ditunjukan oleh; demonstrasi ribuan orang terdiri dari rakyat Palestina dan Yahudi di Tel Aviv hari Sabtu, 3 Januari 2009, menolak serangan Israel ke Gaza. Inipun bukan yang pertama kali, ketika Israel menyerang Lebanon tahun 2006 silam banyak kelompok Yahudi dan Palestina yang mengadakan demonstrasi menentang perang tersebut tepat dijantung ibu kota Zionis. Hal tersebut terus mereka lakukan walaupun gangguan dari kontra protes pro Zionis. Sikap media massa yang seperti itu juga akan memperbesar pandangan rakyat Indonesia bahwa serangan tersebut adalah serangan bermotifkan agama.

Pengiriman Tim Medis, Dokter dan bantuan humanitarian yang dilakukan oleh Rejim SBY harus diakui adalah hal yang baik namun tidak sinkron dengan peran yang bisa dilakukan Indonesia di PBB. Hanya meminta adanya resolusi dari Dewan Keamanan PBB ataupun dari Majelis Umum PBB adalah lelucon belaka dalam politik internasional. Sejarah telah menunjukan bahwa hampir seluruh resolusi Dewan Keamanan PBB yang merugikan Israel selalu diveto oleh AS. Indonesia harus mencontoh apa yang dilakukan oleh Presiden Venezuela, Hugo Chavez. Pada tanggal 12 September 2008 Chavez mengusir Duta Besar AS sebagai solidaritas terhadap Morales, Presiden Bolivia yang akan dikudeta oleh oleh kelompok sayap kanan didukung oleh AS. Dan pada hari selasa, 7 Januari 2009, Chavez mengusir Duta Besar Israel setelah menyatakan bahwa Presiden Israel harus diseret ke International Criminal Court dan apa yang dilakukan oleh Israel adalah holocaust.

Dengan latar belakang kondisi seperti itu maka, Perhimpunan Rakyat Pekerja menyerukan:

  1. Penghentian serangan oleh Israel terhadap Rakyat Palestina di Gaza dan serangan roket yang dilakukan oleh Hamas
  2. Penghentian blokade yang dilakukan oleh Israel terhadap Rakyat Palestina di Gaza ataupun West Bank
  3. Pemerintah Indonesia mengambil sikap lebih tegas dan berani terhadap AS yang lewat veto dan intervensinya di PBB telah memungkinkan tiada hentinya kesewenang-wenangan dan serangan brutal Israel terhadap rakyat Palestina. Pemerintah harus menekan keras dengan desakan pemutusan hubungan diplomatik dengan AS demi menjalankan mandate konstitusi kita yaitu menjaga perdamaian dunia.
  4. Solidaritas sejati adalah solidaritas sesama rakyat. Oleh karena itu diperlukan pembangunan front solidaritas rakyat untuk melawan Zionisme dan Imperialisme. Kita harus membangun solidaritas di atas fondasi perjuangan membela kemanusiaan seperti yang sudah dipelopori dari aksi bersama rakyat Israel dan Palestina.
  5. Pembebasan sejati melawan zionisme yang angkuh saat ini memerlukan metode Intifada bersenjata yang dibangun atas dasar partisipasi popular dari Rakyat Palestina dan dukungan solidaritas Internasional.
  6. Pembebasan sejati bagi rakyat Palestina dari Zionisme dan Imperialisme hanya akan terwujud dengan persatuan internasional dari rakyat pekerja, termasuk rakyat pekerja Israel.
Sumber :
Judul : PERNYATAAN SIKAP PERHIMPUNAN RAKYAT PEKERJA - Hentikan Pembantaian Rakyat Palestina! (http://www.prp-indonesia.org/Pernyataan_Sikap_PRP_Hentikan_Pembantaian_Rakyat_Palestina__.html )
Jakarta, 8 Januari 2009, Komite Pusat Perhimpunan Rakyat Pekerja - Sekretaris Jenderal : Irwansyah