Sunday, June 08, 2008

Hidup Baru VS Hidup Lama

Nats : Kolose 3:5-11Melanthon Siregar, 8 juni 2008
Telah di Khotbahkan pada 8 Juni 2008, di HKI Melanthon Siregar, P. Siantar Pdt. Happy Pakpahan
Mengawali : Ilustrasi 78/hp.doc
Prasangka sering membuat manusia tidak tenang hidupnya. Prasangka sering membuat manusia tidak bisa mengendalikan diri. Prasangka sering membuat akhirnya manusia tidak mengampuni. Prasangka dan saling menyalahkan membuat persekutuan antar manusia, antar keluarga, kakak-adik, antar pegawai di kantor, antar jemaat, antar jemaat dan parhalado hubungannya rusak. Dan prasangka adalah bagian dari ego – hawa nafsu – keserakahan manusia yang terkai dengan penilaian terhadap segala sesuatu berorientasi pada penilaiannya sendiri tanpa melihat fakta yg sebenarnya. Hal-hal ini adalah bagian karakter yang disoroti Paulus terhadap Jemaat di Kolose dalam seperti tertulis dalam Nats. Dikatakan : di ayat 5) : Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, 6). semuanya itu mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka. Paulus melihat bahwa banyak kebiasaan dan karakter yang salah dalam kehidupan jemaat dan disekitar Jemaat. percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala. Percabulan harus dilihat dari segi fisik dan niat atau pikiran, Kenajisan juga bersifat luas, kenajisan dengan memakai obat terlarang, menajiskan diri dengan minuman keras, kebiasaan hidup tidak sehat, dll Hawa nafsu bersifat luas : hawa nafsu ekonomi, hawa nafsu sexual, hawa nafsu jabatan, dll. Nafsu jahat terhadap orang lain, membenci, cemburu, prasangka, dll Semuanya itu sama dosanya dengan penyembahan berhala. Karena ketika percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, menguasai diri kita, menjadi motivasi utama dari setiap aktifitas kita, artinya juga kita memberhalakan diri kita-ego-kepentingan kita diatas segalanya, sekaligus mengkesampingkan Tuhan, mengkesampingkan firmanNya untuk mengasihi dan peduli terhadap sesama, mengampuni, dan hidup dalam kebenaran dan keadilan yg berorientasi kepada kebenaran TUHAN bukan kebenaran versi kita yang sering salah. Disini artinya kita memberhalakan diri kita. Dan ketika satu orang mempertahankan penilaian – adil dan benar menurut versinya maka akan berpotensi menimbulkan pertentangan dengan kebenaran – keadilan versi orang lain juga. Ini berarti kebenaran versi Allah bukan menjadi patokan. Maka akan ada kemarahan, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu dan saling mendustai Seperti yg tertulis dalam ayat 8-9. Jemaat terkasih, jika ini semua masih terjadi, maka ini menunjukkan bahwa yang bersangkutan-atau kita sendiri, masih hidup dalam kehidupan dosa atau manusia lama menurut Firman Tuhan. Keselamatan yg diberikan Tuhan Yesus melalui penebusan dosa di kayu salib tidak melekat lagi terhadap orang itu. Ia kembali kepada tawanan dosa dan ini artinya kehidupannya menuju maut sebagai upah dosa. Dan uniknya, ketika persoalan terjadi, kita "berprasangka" kepada TUHAN bahwa TUHAN telah mencobai kita. Dengan fasih kita berkata "Tuhan mengapa engkau tega mencobai kami begini". Ingatlah sering sekali masalah yang ada di diri kita, keluarga kita, sakit penyakit dalam tubuh kita, sakit penyakit dalam pikiran kita, kondisi kesutitan ekonomi, keadaan keluarga yang pecah, dan persoalan lain dalam keseharian kita adalah akibat dari kesalahan masa lalu, bukan TUHAN yang mencobai. Kebiasaan pikiran yang penuh prasangka, Kebiasaan marah, fitnah, kata-kata kotor yang keluar dari mulut kita, menimbulkan sakit pikiran, dan rusaknya pertalian atau hubungan persaudaraan, persahabatan, hubungan antar keluarga karena ada luka lama. Kenajisan melalui minuman keras, kebiasaan makan tidak sehat : menimbulkan banyak penyakit. Pola hidup yang tidak teratur membuat banyak penyakit. Perbuatan orang tua yang penuh amarah, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, kemudian telah menjadi teladan juga bagi anak-anaknya sehingga mereka ikut melakukan hal serupa berakibat banyak keluarga yang hancur, semua tidak terkendali. Dampak kebiasaan buruk dalam hidup kita: hidup menjadi tidak produktif, termasuk kehidupan rohani kita, banyak kesempatan untuk maju menjadi tersia-sia. Beberapa gangguan jiwa diakibatkan oleh kebiasaan yang mendarah daging disertai dengan konflik emosional yang berat. JADI BUKAN ALLAH YANG MENCOBAI.
Untuk itulah, Jika kita mengaku sebagai orang percaya kepada Yesus, Nats mengajak kita sudah saatnya kembali kita meriksa diri sendiri apakah karakter kita manusia lama (5 & 8) atau manusia baru (12). Paulus berkata : Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu. Jangan lagi kamu saling mendustai, semuanya itu mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka.
Nats mengajak kita untuk menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya.
Kehidupan kita harus sesuai dengan buah roh : Galatia 5:22 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, 5:23 kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. 5:24 Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. 5:25 Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh, 5:26 dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki. Lantas ke segi praktis, bagaimana suatu kebiasaan buruk terbentuk?
Hampir sama seperti kebiasaan baik, kebiasaan buruk kita terbentuk oleh pengalaman, melalui contoh dari orang lain, lewat dukungan orang lain. Sering kali mulanya kebiasaan buruk berawal dari suatu tindakan yang iseng atau tidak sengaja. Ketika tindakan itu menyebabkan memperoleh kenikmatan tertentu, tindakan itu akhirnya cenderung diulang. Pengulangan ini akan menciptakan keinginan demi keinginan untuk melakukannya lagi, sehingga terbentuklah kebiasaan.
Mengapa kita sulit menghilangkan kebiasaan buruk? Kebiasaan buruk sering kali telah tertanam sejak lama di dalam diri kita, sehingga untuk melatih kembali butuh waktu yang jauh lebih lama. Ada tarik-menarik yang terjadi antara kebiasaan buruk dengan kebiasaan baik. Kebiasaan buruk sering berasosiasi dengan hal-hal yang menyenangkan dan menggairahkan, sehingga cenderung berulang, dan ini sesuai dengan natur kita selaku orang berdosa. Ketika suatu kali kita tergoda kembali untuk melakukan suatu kebiasaan lama, kita sering menghibur diri dengan mengatakan bahwa ini adalah yang terakhir, tetapi sering kali yang terakhir ini justru menjadi awal dari kejatuhan kita yang berikutnya. Kiat-kiat untuk menghilangkan kebiasaan buruk yaitu: a. Pikirkan dampak buruknya lebih sering daripada kenikmatan sesaat dari kebiasaan kita b. Ketika suatu kebiasaan buruk berulang, cepatlah berbalik kembali dengan mengakuinya c. Mohon bantuan Roh Kudus lewat doa, dan lewat perenungan firman Tuhan. d. Alihkan kebiasaan buruk kita ke kebiasaan yang lebih baik. Contoh: Minum dan makan berlebihan yg tidak sehat gantikan ke konsep penghematan, makan tidak sehat digantikan dengan makan yang mementingkan keseimbangan gizi dst. e. Minta bantuan teman baik untuk mengingatkan kita.
Jemaat terkasih, pada ayat terakhir Nats berkata : 3:11 dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu. Manusia sering mengkotak-kotakkan dirinya. Pergaulan yang didasarkan kepada apa yang dimiliki, manusia membuat kelas. Sehingga sering terpecah. Wah kemarin dia tidak memilih si A seperti yang kita pilih, jangn diperdulikan. Wah kemarin dia tidak satu horong dengan kita – maka jangan pedulikan dia waktu sakit. Dia bukan anggota STM kita, tak perlu kita hadir waktu dia kemalangan, Ini juga bagian kesombongan manusia yang juga harus ditanggalkan. Semua sama dihadapan Allah. Jangan karena apa yang kamu miliki yang banyak itu seoalah kita merasa tidak layak berteman, bersosial dengan si B yang berbeda kepemilikan, kelas, pendapatan ekonomi dengan kita. Pembaharuan dari Kristus bersifat terus menerus seumur hidup. Sehingga tubuh Kristus yakni gereja tidak lagi dibatasi oleh, suku, bahasa, budaya, warna kulit, gender, status sosial, pendidikan, dstnya. Rasul Paulus bukanlah pendiri gereja di Kolose. Ia juga tidak pernah mengunjungi gereja tersebut. Akan tetapi, hal ini tidak berarti bahwa jemaat Kolose tidak mengenal Rasul Paulus, dan paulus kemudian tidak mau tahu kepada jemaat Kolose. Iman membuat kita peduli terhadap orang lain. Iman membuat kita mau mengenal satu sama lain. Iman membuat kita mau membantu orang lain keluar dari persoalannya. Rasul Paulus telah mendengar tentang kondisi gereja Kolose dari Epafras. gereja Kolose menghadapi ajaran yang tidak sehat bagi iman Kristen. Sekalipun kemungkinan persoalan itu belum meluas, Rasul Paulus merasa perlu menperingatkan mereka sejak dini. Paulus berpendapat Orang Kristen harus berhati-hati terhadap ajaran yang tidak sehat, yang sebenarnya bukan injil. Bila kita tidak mengenal dengan baik apa dan siapa yang kita percayai, iman kita cenderung goyang dan kita mudah sekali menerima ajaran yg kelihatannya benar, tetapi intinya keliru atau tidak sesuai dengan firman Tuhan. Apa sebabnya mereka harus menanggalkan semuanya itu? Karena mereka sudah dibaptis dalam Kristus. Melalui baptisan mereka telah mati dalam semua tabiat lama mereka. Dan kini mereka yang telah dibaptis juga menerima kemenangan bersama Kristus dalam kebangkitan-Nya. Yesus yang bangkit menghargai manusia sebagai individu yang bernama. Masing-masing dengan kualitas diri dan bakatnya. Jadi iman mempersatukan kita, mempersatukan secara konkret dan terarah demi kemuliaan Tuhan Yesus semata.