Kotbah Pelantikan GAMKI Siantar.
Nats : Yesaya 6 : 8 & Roma 8 : 19-22
Pdt. Happy Pakpahan
Masih adakah yang bisa diharapkan dari GAMKI pada saat ini ?
Ini adalah pertanyaan menantang yang perlu dijawab dengan karya oleh kader-2 GAMKI.
Bagaimana tidak ! Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang 'era' mengeluh di Ripublik ini. Saat ini kita, saya, anda, keluarga kita dan masyarakat pada umumnya, orang Kristen pada khususnya JUGA MENGELUH mengalami banyak tantangan hidup. kesulitan multi dimensi dalam hidup berbangsa saat ini ditengah Ripublik ini,
Dalam bidang Agama : kita mengalami tantangan dalam mengekspresikan iman kita, tantangan berupa fisik, intimidasi, kekerasan, pelemparan, penghambatan jalan menuju Gereja, perobohan bangunan, penculikan hamba Tuhan, pelarangan bernyanyi dalam ibadah pada kompleks-2 perumahan tertentu dibeberapa Kota, dan pelecehan kata-kata.
Ada juga penekanan dalam bentuk UU berbau otonomi, UU perbankan, dan UU sisdiknas, Peraturan bersama 2 Mentri. Ini membuat umat salah satu agama semakin percaya diri menekan umat dari Agama lain secara khusus Kristen.
Kemudian terjadi Penyalah gunaan agama. Agama bukan lagi sebagai sarana kasih-membawa keteraturan dan sejahtera, melainkan diperalat untuk memenuhi kehendak manusia yg di make-up atau dilegalisir sebagai kehendak Allah. Politik di 'agamakan' dan agama di 'politikkan'.
Agama dijadikan sebagai alat menghimpun massa yg dahsyat untuk menghancurkan golongan lain yg tidak sepaham dengannya atau penghambat terwujudnya kepentingan tokoh-tokoh tertentu. Inilah yg terjadi dalam konflik di berbagai daerah seperti Ambon, Poso, Tasikmalaya,.
Bagaimana dengan wacana kerukunan antar umat beragama?
Ternyata hanya masih berlangsung ditatanan seminar, dialog, temu ramah, tetapi pengimplementasiannya dipertanyakan. Indikatornya, masih banyaknya intimidasi dari ormas dan masyarakat yang diperalat, kepada umat yang minoritas dari segi jumlah.
Dibidang Ekonomi, ketidakpastian kondisi berbangsa, ketidakpastian bagi investor, sehingga mereka tarik modal : Sulitnya lapangan pekerjaan :- semakin banyaknya pengangguran baik yang terdata/ tersembunyi. yang menjadi bom waktu. Singkat kata, masyarakat yang mengeluh dan berharap : mulai : frustasi sosial.
Semakin besar jumlah kelompok orang yg terpinggirkan, Masyarakat gampang terhasut untuk melakukan kekerasan. Itulah awal dari berbagai letupan ketidak puasan yg muncul dimasyarakat dalam bentuk demonstrasi, penjarahan, pembakarandan berbagai bentuk protes terhadap kemapanan. Emosi massa yg tidak stabil, gampangnya menghabisi nyawa orang lain, merusak bangunan termasuk gereja tanpa merasa bersalah. Trand kekerasan merajalela.
Ironisnya, hal ini diperparah Politik : dimana “perkelahian Elit Politik” sendiri pun sering mempropagandakan kecemasan rakyat dan memperalat rakyat/ massa pendukungnya kekerasan otot bukan otak demi mencapai tujuan politiknya. Terjadi pembodohan terhadap rakyat& kekerasan melalui UU. Dan pihak yang dianggap sebagai tempat mengadu sebagai Dewan Perwakilan Masyarakat, eh ternyata banyak yang sandiwara memakan tumbal anggota masyarakat. Kepentingan pribadi tetap jadi orientasi !
Kekerasan dalam bidang Budaya : Indonesia sebagai Negara berkembang adalah pasar potensial bagi kapitalis : iklan : krisis budaya, konsumenisme, dan atas nama modrenitas, sex bebas, hedonisme, : melahirkan generasi X yang sulit diatur.
Keadaan alam kita yg semakin Koma dengan polusi tanah, air dan udaranya yg dibuat oleh ketamakan manusia sendiri yang mengekspolitasi bumi. - bencana
“ Ini menyadarkan kita bahwa sekarang kita hidup diantara jerami kering, yg dengan api kecilpun ternyata dapat mehyala hebar dan tidak mudah untuk dipadamkan .”
Ditengah keadaan inilah masyarakat berharap.
Sekarang GAMKI mengadakan hajatan besar yaitu pelantikan PAC kota Siantar. Ini menyadarkan kita bahwa GAMKI telah berdiri sekian tahun berdiri, dan “konon” di Kota ini telah beranggotakan seratusan hingga ribuan lebih anggota. Hajatan Ini berbiaya besar.
Sebab itu amat wajar untuk Peristiwa Besar, jumlah keanggotaan yg besar, ada harapan besar.
Persoalannya : masih adakah yg riil yg dapat kita harapkan dari GAMKI ?
Banyak lembaga keumatan dan lembaga kader yang mengaku sebagai lembaga jawaban terhadap persoalan kompleks.
Untuk menjawab konteks Nats, Yesaya 6 ; 8 dalam konteks refleksi kekinian, kita akan bedah “Pengenalan Standart GAMKI
GAMKI tidak terlepas dari rangkaian kata yg terangkai dalam GAMKI, yaitu :
1. Kata Gerakan ( Movement ) mengandung makna adanya lebih dari satu orang yg menjadi satu kesatuan yg bergerak ke arah yg sama, serta menyerap lebih banyak lagi orang lain ( mobilisasi ) dan berjuang bersama.
Kata Gerakan juga mengandung makna adanya tujuan, keinginan, dan cita-cita yg ingin diwujudkan melalui kegiatan bersama = dipakai Allah menghadirkan syalom Allah.
Sebagai organisasi yang bergerak : dinamis : Pengurus harus mengetahui siapa yang memimpin gerakan ( TUHAN YESUS ) dan kemana arah geraskan, tanpa itu : orang buta menuntun orang buta.
Layaknya berjalan tanpa arah – tanpa peta.
Pengenalan tujuan didapat dari pengajaran Alkitab : aneh jika program kerohanian lebih banyak dilupakan dari pada politik social : rohani mengarahkan program berikutnya.
GAMKI : sebagai lembaga kader : tertantang membawa umat untuk berpengharapan secara rendah hati kepada Allah.
Diterangi oleh Roh Kudus membuat program-2 yang bersifat empowering : memberdayakan skill anggota dan masyarakat, pemberdayaan ekonomi, sebagai wujud karya konkret.
Organisasi yang stagnasi yang tidak bergerak : mati; organisasi yang habis energinya untuk persoalan internal : keributan antar pengurus : mati.
2. Kata Angkatan Muda menunjukkkan ciri usia dan jiwa yg menjadi anggota GAMKI, dimana dari segi usia mereka adalah kaum muda, yg penuh idealisme dan dinamika. sehinggga cenderung berpikir analitis, bersifat ingin tahu, dan berpandangan luas.
Ketika sudah merasa mapan : tidak bisa dikoreksi : mati !jika ada figure seperti ini : mari introspeksi.
3. Kata Kristen : Dengan kata Kristen menjadi indikasi dari sifat Kristiani yg menjiwai seluruh gerak dan kegiatan GAMKI, sebagai titik tolak dalam usaha pencapaian tujuan yg bersumber kepda Alkitab.
Bukan kepentingan golongan atau nafsu jabatan dan kekayaan. Tetapi kepentingan Kristus.
Kita juga harus kritis Memandang Pola Kekristenan kini ?
Ketika kepentingan pribadi : pejabat; donator; kakanda : aura organisasi hilang : masyarakat mengeluh : memperkeruh : tidak ada yang bisa diharapkan dari GAMKI.
Kekeristenan kita harus Kritis : Jangan sampai kekristenan kita hanya mengurusi internal : kesalehan ; mengurung diri dalam ibadah : munculnya sikap menerima begitu saja tatanan yg ada ( status Quo).
Gejolak masyarakat akibat sistem politik yg muncul tidak dipandang serius, malah seolah-olah diperlukan sebagai ujian iman, dimana kemenagan iman tidak dilihat dari keterlibatannya dalam menghadapi pokok persoalan, melainkan hanya menanamkan sikap tabah yg pasrah, dan berdiam diri. Tidak menghadirkan SOLUSI.
4. Kata Indonesia menunjukkan identitas kebangsaan gerakan ini, GAMKI lahir dan hidup di bumi Indonesia, Sehingga harus peka terhadap isu loka; keluhan dan pergumulan masyarakat dan kita sendiri. Jika tidak peka : dianggap mati !
Ingat, sesungguhnya ikan yg senantiasa mengikuti arus adalah ikan yg mati, sdangkan ikan yg hidup pasti akan melawan arus.
Kita adalah imamat yang Rajani : Tuhan Yesus berpesan PI, tidak pernah dibatalkan atau diamandement : layaknya perumpamaan talenta kita akan diminta pertanggungan jawab.
Dari segi pribadi kita sebagai pemuda, mahasiswa, peajar, pegawai, ternyata banyak juga yang tidak mau terbeban memikul salib, ada perasaan malu, tidak mau repot : dengan alasan “ itu tugas pendeta dan penginjil”, takut ditolak teman dalam pergaulan,
Kemudian : jangankan menjadi saksi, justru banyak diantara kita yang sering menjadi sumber masalah dengan tidak disiplin & pola hidup yg tidak benar dll.
Jangankan bisa membuat orang lain percaya pada Tuhan Yesus, justru kita sendiripun tidak bisa dipercaya.
Sering sekali kita membela diri dengan mengatakan tugas yg diperlukan waktu dulu, kini keadaan lebih ruwet. Siapa bilang, keadaan dulu lebih ruwet. Kekristenan penuh dengan penganiayaan dan pengejaran, penangkapan.
Kita juga sering mengatakan bahwa bukankah kita adalah minoritas ditengah kemajemukan, dulu tidak begini parahnya keadaan. siapa bilang, dari Alkitab dan buku-buku sejarah gereja kita ketahui bahwa zaman-zaman para rasul dan kekeristenan mula-mula keadaan lebih rumit. Dulu saling bunuh, persaingan agama lekat dengan ekspansi. Dan ada banyak pemerintahan dan kepercayaan radikal ditengah pertumbuhan kekeristenan yg menganiaya kekristenana. Nah bukankah keadaan kita sekarang lebih baik dengan telah lebih terorganisirnya agama dan adanya pengakuan terhadap HAM.
Dan lagi, berada dalam keadaan majemuk adalah bukan kehendak kita, ini pilihan Tuhan, TUHAN menempatkan saya, anda dan kita semua di tengah kemajemukan. Kita percaya bahwa tentu penempatan ini mempunyai tujuan, rencana. Tetapi memang kita sering tidak serius menanggapinya. Kita kurang meresapi apa tujuan dari ini semua, apa sikap yg seharusnya kita lakukan, apa arti Amanah Agung bagi hidup kita, lingkungan tempat tinggal, kost, pekerjaan dll.
Firman TUHAN berkata beritakanlah injil baik atau tidak baik keadaaannya, artinya dimana dan kapan saja. Kita khawatir agenda kekristenan kita secara pribadi dan organisasi tidakberpikir lagi soal PI. Sehingga kita tidak punya daya sebar seperti garam dan terang. Kekristenan seperti “ pelita dalam gantang ”. Untuk itu mari bersaksi dan menjadi teladan. Jadi pekabar injil melalui perbuatan, kata dan doa kita. Firman Tuhan berkata "beritakanlah Injil, baik atau tidak baik keadaanya".
Sehingga Pemuda/I tidak ragu untuk mengatakan “ Ini Aku, Utuslah Aku TUHAN “ seperti yg dikatakan Yesaya ( Yesaya 6 : 1-9).
Jangan sirnakan harapan masyarakat akan suara kenabian yang disuarakan GAMKI, jangan buat masyarakat apatis pada GAMKI, seoalah ada atau tidak ada GAMKI, nothing to lose! Masyarakat berharap pada GAMKI.
Akhir kata, Banyak yg terpanggil sedikit yang terpilih. Selamat memperkuat gerakan !!
Tinggilah Iman kita, Tinggilah Ilmu kita dan Tinggilah Pengabdian kita. Syalom. (2007)