REFLEKSI DARI KITAB Yesaya 41 : 14 – 20
Bacaan : Mazmur 107 : 33 - 43
Telah diterbitkan dalam buku Kumpulan Khotbah Sekretariat Bersama United Evangelical Mission 2009.
“JANGAN TAKUT !”
PENGANTAR
Ketakutan adalah suatu kondisi emosional dan batiniah manusia yang muncul sebagai reaksi terhadap suatu keadaan dari luar dirinya yang mengancam ketenangan, kemapanan dan kehidupan sendiri. Seseorang menjadi takut bilamana ancaman dari luar itu membahayakan jiwanya sedangkan dirinya sendiri tidak memiliki kemampuan untuk menangkal bahaya itu. Rasa ketakutan berpotensi dimiliki semua manusia termasuk secara kolektif seperti suatu bangsa. Pada konteks nats, Israel, bangsa pilihan Allah mengalami rasa takut yang disebabkan penindasan dan pembuangan yang dialaminya membahayakan kehidupan, baik kehidupan setiap individu maupun kehidupan kolektif sebagai suatu bangsa. Bahaya itu bukan saja berwujud kematian badani setiap orang israel, melainkan juga kematian kolektif Israel sebagai suatu bangsa.
Dalam Kitab Yesaya bagian kedua ini, pembuangan sebagai sumber ketakutan itu dilukiskan sebagai seeokor naga purba/Rahab (bnd. Yes. 51 : 9-10), lambang kuasa chaos yang menakutkan yang akan memangsa dan menelan habis seluruh eksistensi Israel sebagai suatu bangsa. Dihadapan ular raksasa (naga) itu, Israel hanyalah seekor “cacing” dan seekor “ulat” kecil saja (41:14), maka adalah kewajaran jika ada rasa takut. (bnk. 141-142 Teologi Kemerdekaan : Suatu Ontologi Oleh Marthinus Th. Mawene, http://books.google.co.id/books).
PEMBAHASAN NATS DAN RELEVANSI
1. JANGANLAH TAKUT
Pernahkah kita memperhatikan seekor cacing atau ulat. Baik cacing atau ulat yang menjijikkan atau yang biasa. Binatang itu kecil dan lemah. Tidak berdaya dan lemah. Cacing selalu menggeliat tragis, gelisah dan tidak mempunyai kesanggupan mempertahankan diri dari setiap bahaya yang mengancam. Tanpa ada yang menolong, si cacing akan mati dan kepanasan. Si ulat akan mati terinjak-injak.
Menghadapi “ular naga” penindasan, penjajahan dan pembuangan yang amat mengancam eksistensi Israel sebagai ciptaan dan bangsa pilihan Allah, kepada si cacing dan si ulat kecil ini TUHAN bersabda : Janganlah takut, hai si cacing Yakub, hai si ulat Israel! Mengapa ? Akulah yang menolong engkau(14). Syair ini merupakan Janji Keselamatan/janji pertolongan Allah kepada umatNya yang berkeluh kesah didalam permbuangan utk berbicara kedalam hati Israel. Secara garis besar disampaikan bahwa Allah tidak meninggalkannya, Israel akan menerima pertolongan tanpa berbuat apa-apa. Ayat ini juga meyakinkan Israel bahwa Allah sendiri yang adalah Khalik dan Pemimpin Sejarah yang akan melindungi umatNya dan menyelamatkan dan membebaskan mereka “si ulat dan cacing”, lepas dari kekuasaan “si naga” itu. Ia akan membebaskan mereka keluar dari perbudakan dan kembali mengikat perjanjian dengan mereka. Begitulah kasih setia Allah yang telah nyata dalam sejarah bangsa Israel. Keadilan berkaitan erat dengan cara Allah bertindak didalam dunia untuk menyatakan kedaulatanNya.
Dewasa ini, gambaran ketakutan akibat ancaman “Naga” itu dapat diartikan dalam bentuk ketakutan manusia akan keadaan cengkraman “Naga monopoli ekonomi”, rakyat tidak berdaya atas tekanan ekonomi (harga yang melambung tinggi sedangkan pendapatan yang sangat terbatas), ketakutan terhadap “Naga pengangguran”, “Naga terorisme”, “Naga ormas atau komunitas anarkis yang mengancam hak menjalankan ibadah”, “Naga penyebarluasan Narkoba dan HIV AIDS”, dan pergumulan hidup lainnya yang membuat ketakutan, ancaman, karena ketidaksanggupan kita menghadapi. Kita lantas bisa berefleksi siapakah ulat dan cacing kecil dalam hal ini? Mereka adalah rakyat kecil yang tidak korup, mereka adalah orang yang setiap pada TUHAN hingga tidak ikut-ikutan korup di pemerintahan dan swasta yang akhirnya dikucilkan dan tidak diberi “job”, mereka adalah kaum minoritas yang terjepit oleh kepentingan dan arogansi kaum mayoritas yang merubah diri menjadi moster, mereka adalah warga negara yang karena agamanya dianggap warga negara kelas dua, dan mereka adalah yang oleh karena kebenaran di marginalkan. Semua kondisi ini membelit dan mengancam eksistensi mereka secara pribadi atau kolektif. Mereka menjadi takut sebab ternyata mereka tidak mempunyai kekuatan apa-apa melawan Naga itu. Mereka ibarat seekor cacing atau ulat kecil yang demikian lemah dan ketakutan dihadapan naga yang mengancam mereka. Siapakah yang melindungi dan mendampingi mereka ? Tuhan menjadi harapan dan pemberi janji pasti ditengah banyaknya bualan politik-dan solusi palsu saat ini. Inilah kekuatan kaum hina dina, inilah kekuatan kaum rendah hati dan lemah, inilah kekuatan semua orang kecil dan dianggap kecil, dan lemah, inilah kekuatan kaum yang dimiskinkan dan dikelas duakan. Sabda Tuhan yang disampaikan ribuan tahun lalu berlaku : “Jangan lah takut hai si cacing kaum minoritas, Janganlah takut, hai si cacing Yakub, hai si ulat yang termarjinaliasi! Akulah yang menolong engkau, demikianlah firman TUHAN, dan yang menebus engkau ialah Yang Mahakudus, Allah Minoritas. Demikian kita diajak membaca ulang Nats ini dalam konteks kita, hingga nats ini sangat relevan dimana banyak orang dalam cengkraman “naga” dikuatkan dengan sabda Tuhan ini. Jemaat diajak membaca ulang nats ini dalam konteks kehidupan masing-masing. Berbahagialah mereka yang Gunung Batunya adalah Tuhan. Tuhan berjanji akan melepaskan kita dari ketakutan, karena itu yang pertama mari kalahkan rasa takut. Siapa takut ? Diperlukan keyakinan dan kesabaran didalam sejarah akan penggenapan firman Tuhan ini. Tuhan akan tampil sebagai pembebas dari cengkraman teror, krisis ekonomi, dan keanarkisan.
Menjadi orang kecil saja belum menjadi otomatis akan perlindungan Allah ini. Menjadi orang tersisih dalam birokrasi saja belum menjadi analog dalam ideal ini. Menjadi kaum minoritas yang selalu dimusuhi dan di marginalkan saja belum dapat dikatakan “kaum yang rendah hati dan lemah”, yang mendapat perlindungan Tuhan. Ada moralitas dasar yang haruis dijadikan acuan hidup. Dan itu adalah ketaatan kepada Tuhan dan perintahNya, hidup dalam kebenaran dan kesetiaan Tuhan. Kaum yang tetap berpegang pada kebenaran Injil ditengah suatu masyarakat yang sakit dan alami degradasi moral./ Inilah yang menmbuat mereka eksis dan tetap ada dalam kemelut hidup yang berat. Siapakah diantara kita yang dapat berdiri dihadapan Allah yang Maha Kudus ini. Kudus dalam arti kebenaran dan kesetiaan. (bnk. Teologi Kemerdekaan : Suatu Ontologi... Oleh Marthinus Th. Mawene, hlm 144, http://books.google.co.id/books)
Dengan kuasa Allah, Israel yang diibaratkan sebagai “ulat dan cacing” dapat di pakai Allah untuk melakukan sebuah pekerjaan yang luar biasa. Nats dalam ayat 15-16 berkata bahwa mereka diibaratkan akan dijadikan papan pengirik yang tajam dan baru, dan akan mengirik gunung-gunung dan menghancurkannya, dan bukit-bukit pun akan mereka buat seperti sekam, lalu menampi mereka, hingga angin akan menerbangkan dan badai akan menyerakkan gubung-dan bukit sebagai gambaran musuh-2 Israel. Dalam TUHAN Allah, Israel akan akan bersorak-sorak di dalam TUHAN dan bermegah di dalam Yang Mahakudus, Allah Israel. Nats ini memiliki kesejajaran dengan Matius 17 : 20, dimana Tuhan mengajar bahwa kalau aku mempunyai iman biji sesawi, maka gunung-pun akan pindah. Namun, perlu dimengerti, bahwa dengan kuat kuasa, petunjuk, perlindungan dan pertolongan-Nya (dan bukan dengan kuat gagah manusia), umat percaya adalah yang harus mengirik gunung-gunung tersebut. Ini berarti bahwa umat percaya juga harus terlibat dan bekerja dengan rajin dan tekun dalam proses "peleburan" gunung-gunung ini. Jadi bukan seperti sulap. Umat percaya harus tetap semakin giat berdoa dan bekerja untuk menghasilkan perubahan kearah yang lebih baik.
3. KEBERADAAN ALLAH MENGENDALIKAN KEHIDUPAN DAN SEJARAH
Ayat 17 menggambarkan keberadaan Israel sebagai Orang-orang sengsara dan orang-orang miskin sedang mencari air, tetapi tidak ada, lidah mereka kering kehausan; Untuk realitas ini Firman Tuhan menjawab bahwa TUHAN akan menjawab kebutuhan mereka, dan Tuhan Allah tidak akan meninggalkan dan membiarkan umatNya. Disampaikan diayat 18-19 : “Aku akan membuat sungai-sungai memancar di atas bukit-bukit yang gundul, dan membuat mata-mata air membual di tengah dataran; Aku akan membuat padang gurun menjadi telaga dan memancarkan air dari tanah kering. Aku akan menanam pohon aras di padang gurun, pohon penaga, pohon murad dan pohon minyak; Aku akan menumbuhkan pohon sanobar di padang belantara dan pohon berangan serta pohon cemara di sampingnya.” Atas kesengsaraan Israel dan kebutuhan akan air, TUHAN tidak hanya memberikan mata-mata air yang melimpah tetapi juga menyiapkan ekosistem yang lebih kondusif, alam yang asri sehingga kualitas kehidupan Israel semakin terjamin baik. Ia memperhatikan dan pertolongannya tepat waktu dan tepat sasaran.
Dikaitkan dengan Perjanjian Baru, ketika manusia sengsara akibat dosa, kekeringan rohani dan terancam beroleh maut sebagai upah dosa, maka TUHAN Allah mengambil inisiatif membebaskan manusia dari dosa dan bukan hanya itu, melainkan memberikan kehidupan surgawi dan duniawi yang luar biasa bagi umatNya yang setiap pada imannya. Dalam psikologi pembandingan antitetis, orang tak akan sanggup secara optimal membayangkan kebesaran Allah, kecuali ia menyadari kekerdilan dirinya. Tak sanggup menyadari kemuliaan Allah, kecuali ia melihat kehinaan dirinya. Tak sanggup memahami penebusan Kristus, kecuali ia merasakan kepahitan dosanya. Sebenarnya Nats menempatkan dengan dramatis pengakuan akan kerendahannya bagaikan cacing dihadapan Allah yang Maha Besar. Yang telah menebus manusia di kayu salib, di mana Yesus sudi dan rela menyerahkan nyawa bagi makhluk yang amat sangat rendah seperti dirinya. Di hadapan pengurbanan Kristus di kayu salib, yang begitu mengharukan, rasanya tiada celah bagi pendosa untuk mengagungkan diri sendiri. Nats bisa di relevansikan membawa pengosongan diri dari segala arogansi insaninya. Dalam pengosongan diri inilah, tak ada hak kita untuk mengambil kemuliaan dan hormat bagi diri sendiri, seperti yang sering dilakukan orang. Terlalu malu untuk melakukan tindakan tersebut. Penebusan Kristus di kayu salib harus melenyapkan segala kecongkakan diri dan menumbuhkan rasa kerendahan di hadapan Allah, ibarat cacing dan ulat. Cacing adalah makhluk hina, rendah dan tak berharga. Namun melalui pertolongan Allah yang kudus, melalui pergorbanan Yesus Kristus, kita berharga dan menerima jaminan keselamatan dan memiliki hidup yang kekal.
4. TANGAN ALLAH YANG MENGENDALIKAN SEJARAH KEHIDUPAN - PENUTUP
Ayat 20 menunjukkan perbedaan di antara konsep tangan Tuhan dan Tuhan Mahakudus Allah Israel yang menciptakan. Terdapat dua Identitas yang hadir di sini. Penggunaan istilah dan sesungguhnya menggabungkan dua “Nama”. Ia tidak merujuk kepada dua sifat keperibadian bagi dua orang. Teks ini menunjukkan bahawa tidak ada Allah sebelum atau selepas Allah yang Maha Tinggi.
Nats mempunyai makna akan keMaha Kuasaan Allah yang membuat-menciptakan – mengendalikan semuanya. Tangan Allah mengendalikan semua kehidupan dan Yang Maha Kudus lah yang menciptakan semuanya. Bisa saja secara individu diantar jemaat ada yang sedang menghadapi masalah yang datang bertubi-tubi, misalnya orang yang kita cintai pergi untuk selamanya. Seringkali timbul dalam hati pertanyaan mengapa tangan TUHAN mau melakukan semuanya ini? Sering timbul kepahitan dalam hati kita mempertanyakan keadilanNya. Ini menunjukkan manusia yang tidak terima posisinya sebagai manusia. Dan dalam banyak kasus kita ingin menjadi Tuhan. Kita sering kali tidak terima dengan banyaknya masalah yang sedang kita hadapi. Ketika Tuhan memanggil orang yang kita cintai seringkali protes kepada Tuhan. Kita marah dan kita bertanya mengapa Tuhan mengambilnya sekarang. Ada banyak sekali alasan yang dapat kita sampaikan untuk memprotes keputusan Tuhan tersebut. Kita seringkali juga marah ketika tertimpa musibah bertubi-tubi, baik bencana alam, kehilangan harta benda, kebangkrutan usaha dan lain sebagainya. Kita marah juga ketika mendapati bahwa anak yang kita harapkan lahir dengan sempurna ternyata memiliki cacat bawaan. Kita seringkali melewati masa-masa yang kelam yang penuh dengan kepahitan hati kepada Tuhan dan selalu bertanya-tanya mengapa Tuhan ijinkan semuanya itu terjadi. Dikaitkan ke Nats, Yakub dimata Tuhan ternyata hanyalah cacing saja, dan dia juga dipanggil sebagai ulat Israel. Tuhan yang Maha Kuasa berjanji untuk menolong si cacing Yakub. Jadi Tuhan yang Maha Baik, Maha Kuasa, Maha Kasih , Maha Tahu pastilah tidak lupa untuk menolong kita para cacing dan ulat yang sering ingin mengendalikan Tuhan. Untuk itu, dalam kemaha tahuan Tuhan (termasuk kemahatahuan Tuhan dalam solusi pergumulan hidup pribadi manusia), kita harus yakin bahwa semua yang terjadi dalam hidup kita, keberhasilan-kegagalan, untung-rugi, berkembang-bangkrutnya usahan, kelahiran-kematian orang yang kita cintai justru harus membawa kita lebih dekat kepada genggaman tangan pengasihan Allah yang Maha Kudus. Kita harus belajar untuk menerima banyak hal yang diluar kuasa kita. Ada otoritas ditangan Allah untuk membentuk kita melalui apa yang terjadi dalam hidup kita. Carilah wajah Tuhan dan nantikanlah suaraNYa yang berkata “ JANGANLAH TAKUT”. Kita tidak bisa mendikte Tuhan dalam segala hal sebab otoritas Tunggal ada dalam tanganNya. Banyak sekali penyesalan dan kepahitan dari hati kita dapat dipulihkan jika kita mau datang ke hadirat genggaman bimbingan tangan Tuhan yang Maha Kudus. Amin.
Disampaikan pada Khotbah di GKPS Jl. Asahan, P. Siantar, Minggu 24 Juni 2009