Nats Acuan : Yudas 1 : 24 - 25
Telah diterbitkan di Majalah Bina Warga HKI edisi Juni-Juli 2008
Happy Pakpahan
PENGANTAR
Kitab Yudas ditulis sekitar tahun 70-80 sesudah Masehi, oleh seseorang bernama Yudas. Yudas menyebut dirinya sebagai hamba Yesus Kristus dan saudara Yakobus (Yudas 1:1). Yudas ini bukanlah Yudas yang disebutkan dalam Yohanes 14:22, melainkan adalah Yudas dalam Matius 13:55 dan Markus 6:3, ia adalah saudara Yesus. Kita mengetahui bahwa saudara-saudara Tuhan Yesus ini menolak untuk percaya kepada-Nya semasa hidup-Nya (Yoh. 7:5), namun Alkitab mencatat bahwa di kemudian hari setelah kebangkitan Yesus mereka bertobat dan menjadi percaya (bdk. 1Kor. 15:7, 1 Korintus 9:5). Secara hakiki, Kitab ini ditujukan kepada orang-orang Kristen (untuk semua yang percaya di seluruh dunia).
Kitab Yudas terdiri dari satu pasal. Konteks surat Yudas adalah keadaan penerima pertama sama dengan penerima Kitab I, II, III Yohanes. Penulis mengamati jemaat sedang menghadapi ajaran sesat, ajaran yang tidak sesuai dengan Firman Allah. Ini ditandai dengan menyusupnya orang-orang jahat ke dalam jemaat TUHAN dengan kehidupan dan ajaran moral mereka yang buruk. Semua ini dapat membahayakan kehidupan iman dan moralitas umat Allah. Disamping itu terjadi tekanan-tekanan dan penganiayaan yang semakin meningkat kepada jemaat Kristus. Untuk konteks inilah Yudas menasihatkan para pembacanya untuk tetap berdiri teguh dan tetap berjuang untuk mempertahankan iman (Yudas 1:3) dan memaparkan akibat-akibat yang menghancurkan dari sikap mempercayai ajaran-ajaran palsu. Yudas memperingatkan mereka untuk melawan kesesatan dan aniaya dengan tindakan yang positif, yaitu untuk bertumbuh dalam kebenaran dan terpelihara dalam kasih karunia Allah. Di dalam Kitab ini Yudas juga menasehati setiap orang Kristen untuk tetap berjuang mempertahankan iman yang telah disampaikan oleh hamba-hamba Tuhan.
PEMBAHASAN NATS DAN RELEVANSI
1. Ditengah keterbatasan manusia menghadapi tantangan kehidupan seperti penganiayaan dan ajaran-ajaran sesat yang dapat merusak persekutuan manusia dengan TUHAN, Firman TUHAN pada Kitab Yudas ayat 24 berkata : Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung dan yang membawa kamu dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya. Nats dengan jelas mengatakan TUHAN Yesus Kristus sebagai Allah yang Esa berkuasa menjaga umatNya agar jangan tersandung. Tersandung biasanya terjadi tanpa disengaja, kelalaian yang tidak terantisipasi sebelumnya, akan tetapi bisa berakibat fatal. Demikian juga dengan rusaknya moral dan persekutuan umat, bisa terjadi tanpa terantisipasi sebelumnya. Ajaran sesat yang masuk kehidupan Jemaat masuk dengan cara halus akan tetapi bisa berakibat fatal, jatuhnya manusia kedalam dosa dan rusaknya hubungan antara manusia dengan Allah, dan persekutuan manusia dengan sesama manusia lainnya. Karena itu hidup dalam persekutuan dan kasih Tuhan Yesus Kristus dikatakan dapat membuat umat tidak tersandung dan jatuh kedalam dosa, tidak ternoda melainkan dapat penuh kegembiraan dihadapan kemuliaanNya. Kegembiraan yang didapat bukan kegembiraan duniawi, sementara dan semu, akan tetapi kegembiraan yang abadi. Sebuah kegembiraan sejati, termasuk menghadapi segala sesuatu, karena kita dikuatkan.Yudas menekankan bahwa Jemaat harus tetap berjuang dalam segala daya upaya, hidup dan bertahan pada iman yang teguh. Iman kepada Yesus Kristus menuntut adanya hidup yang suci, seturut ajaran-ajaran Firman Allah. Dasar iman yang suci dalam Roh Kudus, menunjukkan kebaikan kepada orang lain, dengan disertai rasa takut kepada Tuhan, tidak mengikuti atau mengingini kejahatan/dosa yang mencemarkan hidup. Guru-guru palsu dan ajarannya harus ditolak oleh orang Kristen. Bagi guru-guru palsu yang mencemarkan kehidupan jemaat, jelas akan menerima penghukuman dari Allah. Hal ini disebabkan mereka telah mengubah kasih karunia Allah dengan cara hidup di dalam dosa, dan mereka menyangkal Tuhan Yesus Kristus. Nats ini bisa kita relevansikan, bahwa sejajar dengan Roma 8:1-13, rasul Paulus mengingatkan kepada umat percaya bahwa setiap orang yang hidup dalam kuasa Roh tidak akan hidup lagi dalam keinginan daging. Sebab kuasa Roh Allah memberi kita hidup, kita dimerdekakan oleh Kristus dari hukum dosa dan hukum maut. Dalam kuasaNya, sebenarnya jemaat TUHAN telah diberi kekuatan untuk menolak dan melawan kehidupan menurut daging yang diajarkan Guru Ajaran Sesat. Namun seringkali jemaat yang sebenarnya telah dijaga oleh TUHAN, dimerdekakan dari sandungan, pengakuan iman itu tidak diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Justru kita membiarkan keinginan daging menguasai seluruh aspek kepribadian kita. Sehingga arah dan orientasi hidup kita tertuju kepada keinginan daging dan hawa-nafsu dunia ini. Kita menjadi budak dan hamba dari hawa nafsu seperti misalnya: hawa-nafsu amarah, serakah, bersikap sewenang-wenang, sikap konsumerisme, melakukan segala cara untuk mendapatkan kekuasaan atau jabatan, dan sebagainya. Di Roma 8:6 merupakan gambaran bagaimana perbedaan orientasi antara mereka yang hidup menurut daging dan mereka yang hidup menurut Roh, yaitu: “Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh”.
2. Nats bertujuan untuk memulihkan kembali arah dan orientasi hidup kita agar tertuju kepada keinginan Roh. Kita semua dipanggil untuk tidak bersikap toleran dan tidak berkompromi sedikitpun dengan berbagai keinginan daging. Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai-sejahtera (Rom. 8:6). Manakala kita dibebaskan dari keinginan daging, maka oleh kuasa Roh Kudus kita diberi karunia damai-sejahtera. Ketika kita hidup menurut keinginan daging maka kita terbelenggu oleh hawa-nafsu dan kuasa dosa, sehingga membuat kita terpisah dari persekutuan dengan Allah. Kita dikuasai oleh roh perbudakan yang membuat kita hidup dalam ketakutan bukan kegembiraan. Kita kehilangan damai-sejahtera di dalam hati kita karena hidup kita menjadi telah seteru Allah. Padahal damai-sejahtera merupakan suatu kebutuhan rohaniah yang paling mendasar. Tanpa damai-sejahtera dari Allah, maka hidup kita tidak dapat mengenyam makna kegembiraan dalam hidup ini. Tepatnya tanpa damai-sejahtera dari Allah, kita tidak bahagia.
Namun kita sering membungkam perasaan tidak bahagia ini dengan melakukan berbagai keinginan daging. Untuk jangka waktu sementara hati kita memang terhibur. Tetapi perasaan tidak bahagia yang ditutupi oleh berbagai keinginan daging sesungguhnya makin memperdalam penderitaan batin kita. Keadaan tersebut seperti seseorang yang sedang kehausan dengan meminum banyak air laut. Dia akan makin haus ketika minum air laut, tetapi tak lama lagi dia akan mati. Di tengah-tengah dunia yang berdosa ini Kristus tidak membiarkan diri kita seperti yatim-piatu, tetapi dikatakan Nats ini poada ayat 24, Dia yang menjaga kita. TUHAN memampukan kita untuk hidup sebagai anak-anak Allah sehingga dalam hidup kita tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya
3. Kemudian diayat 25 dikatakan : Allah yang esa, Juruselamat kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia adalah kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan kuasa sebelum segala abad dan sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin.Ayat ini sebuah pengakuan iman dari penulis yang di saksikan kepada pembacanya. Dikatakan Allah yang Esa, Allah Bapa, Anak, yang hadir dalam Yesus Kristus, dan Roh Kudus adalah satu kesatuan Allah yang Esa. Kemuliaan, kebesaran, dan kuasa sebelum segala abad adalah bagi Allah yang Esa. Dan ini berlaku sekarang dan sampai selama-lamanya. Kalimat ini sebuah ”kalimat tegas” yang menyaksikan keMaha Kuasaan Allah. Jadi ilah-ilah buatan tangan manusia, ilah-ilah lokal, yang dipuja banyak bangsa tidak berkekuatan dihadapan Allah. Secara implisit, nats ini mengatakan bahwa dalam Yesus Kristus sajalah terletak kekuatan orang Kristen. Inilah dasar dari kemenangan akhir setiap orang Kristen.
4. Jemaat yang terkasih dalam Allah yang Esa, minggu ini berdasarkan kelender Minggu Gerejawi kita kenal sebagai Minggu Pentakosta. Pentakosta awalnya merupakan satu dari tiga hari raya orang Yahudi sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah (Im 23:4-21). Itu sebabnya pada hari Pentakosta yang dicatat pada Kitab Kisah Para Rasul kita melihat mengapa banyak orang hadir di Yerusalem, karena sudah menjadi tradisi. Pentakosta adalah hari ke-50 sesudah Paskah dan juga disebut hari genap 7 Minggu (Im 23:15). Tradisi ini kemudian mengalami Transformasi makna melalui turunnya Roh Kudus. Disini Roh Kudus menuai hasil pekerjaan Kristus, menghidupkannya dalam hati manusia. Roh Kudus datang sebagaimana ditetapkan oleh TUHAN. Apa arti perayaan Pentakosta bagi kehidupan kita yang merayakannya? Kita juga hidup di zaman dengan penuh dengan ajaran-ajaran yang merusak pertumbuhan iman dan kehidupan Kristen yang sehat. Karena itu kita harus sungguh-sungguh hidup dari kuasa karya Roh Kudus, di mana Kristus dalam RohNya itu meraja di dalam hidup kita dan kita hidup dalam sikap taat dan setia kepada-Nya. Maka, di sanalah akan terjadi perubahan dan pembaharuan dalam hidup bersama sebagai suatu persekutuan umat Allah dalam Gereja yang satu dan kudus. Roh Kudus pula memimpin kita ke dalam seluruh kebenaran, yaitu mengajarkan kita bagaimana seharusnya kita hidup dan melaksanakan kehendak Bapa di surga.
5. Karya pencurahan Roh Kudus sering dikaitkan dengan pemberian berbagai karunia kepada setiap orang percaya. Anugerah diberikan oleh Tuhan kepada seseorang seturut kehendak-Nya yang bebas. Segala kharisma diberikan Tuhan demi pembangunan jemaat / umat, dalam ketaatan penuh pada pimpinan Gereja. Pembangunan jemaat tidak hanya dengan doa dan nyanyian saja, tetapi juga harus dengan karya nyata: cintakasih, amal dan karya pelayanan. Kalau tidak demikian, maka bukan kharisma yang sungguh-sungguh melainkan bentuk-bentuk egoisme intern. Jadi, kharisma itu diberikan Tuhan untuk menolong orang lain atau sesama, bukan untuk kepentingan dan kehormatan pribadi. Santo Paulus menyebut beberapa kharisma, antara lain: karunia melayani, mengajar, memberi nasehat, membagikan derma, bahasa roh, penyembuhan. Sering muncul perbandingan bahwa jika ada suatu gereja yang tidak ada peristiwa kepenuhan dengan berbahasa roh dan mujijat penyembuhan, maka Gereja itu dianggap sebagai gereja yang hidup tanpa roh. Bagaimana kita harus menjawab permasalahan ini? Selaku gereja Tuhan, kita tidak menyangkal bahwa karya Roh Kudus juga mengaruniakan berbagai macam karunia seperti menyembuhkan orang sakit, membuat mukjizat, bernubuat, membedakan bermacam-macam roh, karunia bahasa roh dan menafsirkan bahasa roh (I Kor. 12:8-10). Namun yang ditonjolkan oleh kalangan tertentu ternyata bukan karunia hikmat, pengetahuan, bernubuat dan membedakan bermacam-macam roh; melainkan yang sangat ditonjolkan justru karunia menyembuhkan orang sakit, membuat mukjizat dan karunia bahasa roh. Mengapa karunia-karunia tersebut yang ditonjolkan bahkan sering dijadikan ukuran untuk menentukan tingkat dan kualitas iman? Seluruh karunia tersebut ditempatkan oleh rasul Paulus untuk membangun jemaat dalam kesatuan tubuh (I Kor. 12:13, 24-25). Ini berarti karunia Roh yang utama adalah kasih. Sebab kasih senantiasa dapat menjembatani suatu jarak yang semula terputus, dan memampukan setiap pihak yang berbeda untuk hidup dalam rasa hormat dan sikap saling menghargai. Ketika kita mampu untuk saling mengasihi dan membangun kehidupan persekutuan, maka kita juga mengalami makna damai-sejahtera sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Tuhan Yesus.
Jika demikian, karya pencurahan Roh Kudus pada hakikatnya merupakan karunia Allah bagi setiap orang percaya agar kita mengalami transformasi dalam spiritualitas iman kita. Tanda-tanda pencurahan Roh Kudus dapat terlihat pada kenyataan yang terjadi dalam spiritualitas dan kepribadian kita, yaitu apakah kita telah berdamai dengan Allah, sesama dan diri kita sendiri. Ketika kita telah diperdamaikan oleh kuasa Roh Kudus, maka kita juga dimampukan untuk mengasihi Allah, sesama dan diri kita sendiri. Bagaimana dengan kehidupan saudara saat ini? Apakah jemaat sendiri masih sering tersandung dalam dosa ? Juga apakah hidup saudara sungguh-sungguh bahagia dan penuh makna? Bila belum, maka pada saat ini Allah menawarkan kasih-karuniaNya kepada kita. Kristus menawarkan Roh KudusNya yang mampu membebaskan diri kita dari roh perbudakan, yaitu kuasa dosa yang mengikat dan membelenggu diri kita.
6. Kekristenan tidak dapat dipisahkan dari pengalaman hidup bersama Roh Kudus. Alkitab bahkan menegaskan bahwa sesungguhnya, hidup baru di dalam Kristus adalah hidup di DALAM dan DIPIMPIN Roh. Kehadiran Roh Allah kepada manusia akan memperbaharui hidupnya. Hal ini bisa kita bandingkan dengan keadaan para murid Tuhan Yesus. Pada saat Tuhan Yesus melakukan pengajaran, menyembuhkan orang sakit lalu disalibkan dan mati, saat itu mereka mempunyai kebanggaan menjadi pengikut Yesus. Semua yang dilakukan Yesus serta tanggapan orang banyak membuat mereka percaya diri bahwa masa depan yang cemerlang tersedia bagi mereka. Akan tetapi ketika Yesus ditangkap dan disalibkan, para murid buyar. Dari bangga dan penuh keyakinan mereka kini kecil hati. Dari orang-orang yang berani bercerita mengenai sang Guru, kini mereka menjadi orang yang takut dituduh pengacau dengan risiko ditangkap dan kemudian mengurung diri. Mereka juga dipandang sebagai yang menawarkan ajaran keliru oleh para simpatisan mereka dulu. Mereka hilang muka di hadapan kaum mereka sendiri. Ini situasi para murid. Kemudian setelah Pentakosta, mereka tampil sebagai Pemberita injil yang sangat militan. Roh Kudus yang turun pada diri mereka memperbaharui dan menguatkan Visi pelayanan mereka. Dengan kuasa dari Roh Kudus tersebut, ketaatan dan kesetiaan para rasul menghasilkan buah, di mana jumlah murid yang percaya kepada Yesus berkembang dengan sangat cepat. Dokter Lukas mencoba memberikan data statistik di mana dimulai dengan 120 orang (Kis.1:15), lalu setelah khotbah pada hari Pentakosta menjadi 3000 org (2:41), meningkat 5000 orang (4:4). Itu berarti peningkatan hampir 4200 persen! Angka di atas merupakan angka terakhir yang diberikan oleh dokter Lukas, karena selanjutnya, kita hanya menemukan istilah "jumlah murid makin bertambah..." (6:1). Kiranya, tanda-tanda di atas juga menjadi tanda yang kita temukan di Gereja-gereja kita sebagai manifestasi dari hadirnya Roh Kudus dalam diri kita masing-masing. Kiranya, seiring dengan berubahnya hidup kita oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh tersebut, kita juga melihat perubahan di dalam Gereja kita, semakin bertambah banyak dan bertumbuh makin dewasa (Efesus 4:13). Masalahnya, apakah ketaatan dan penyerahan kita kepadaNya sudah mencerminkan hidup seseorang yang dipimpin dan dipenuhi oleh Roh Kudus? Indikator kehadiran/kepenuhan Roh Allah adalah adanya perubahan hidup pada diri seseorang. Amin.