Nats : Nats: Mat. 4: 18-22
Telah di Khotbahkan di HKI Medan Kota, tgl 25 Mei 2008
Pengantar : Ilustrasi 59/hp.doc
Padahal, satu-satunya pesan tugas yang diberikan Tuhan Yesus kepada manusia ketika ia akan naik kesurga adalh amanah agung melalui perkatan, doa dan perbuatan. Bukan mengumpul pundi-2 karena itu semua sementara,
Inilah yang menjadi pembahasan Nats, yang mengingatkan kita bahwa Allah memanggil semua orang yg telah diselamatkanNya, anda, saya dan kita semua untuk menjadi “penjala manusia”.
Kristus adalah Raja merupakan tema utama dari Injil Matius. Tuhan Yesus, Raja di atas segala raja itu memanggil para murid tidak menggunakan standar kualifikasi dunia untuk turut ambil bagian dalam menggenapkan Kerajaan-Nya di muka bumi. Tuhan tidak memakai ahli-ahli Taurat atau orang-orang pandai yang hidup pada jaman itu seperti Gamaliel atau Nikodemus, yang terpelajar. sebaliknya Dia memanggil nelayan untuk turut ambil bagian dalam Kerajaan-Nya.
Apa alasan pemanggilan Nelayan. Ada Penafsir berpendapat bahwa : Seorang nelayan tulen memiliki sifat dan/atau watak sebagai berikut:
[1] Dia seorang yang sabar. Terutama sebagai pengail, ia harus bersabar sampai umpan di pancingnya disambar seekor ikan. Dia harus belajar untuk menanti.
[2] Dia harus ulet. Dia tidak cepat putus asa dan mau mencoba lagi kalau gagal.
[3] Dia harus punya “nyali” (keberanian). Ini terutama diperlukan, ketika angin keras dan topan melanda laut dan/atau danau. Itu berarti dia siap mengambil risiko.
[4] Dia memakai umpan yang cocok bagi jenis ikan yang ingin ditangkapnya.
Sifat dan/atau watak para nelayan di atas juga diperlukan untuk menjadi “penjala manusia”.
Penafsiran diatas sah-sah saja akan tetapi Tuhan sudah menetapkan kualifikasi yang sesuai dengan rencana-Nya : HATI yang mau dibentuk ! Nah penghunjukan bagi para Nelayan ini menarik. Orang selalu berpendapat bahwa orang yang melayani adalah orang yang bisa “apa-apa“. Cara Tuhan berbeda. Orang yang merasa diri bisa “apa-apa“ bagi Tuhan justru mereka tidak bisa “apa-apa“. Tuhan tidak memakai orang yang bisa “apa-apa“ seperti Gamaliel atau Nikodemus karena orang-orang demikian sukar untuk dibentuk; konsep dan pola berpikirnya sudah rusak/kaku; mereka merasa diri hebat dan berjasa sehingga tidak perlu diajar lagi. Tuhan melihat potensi yang akan datang dalam diri ke 4 murid yang berlatar belakang nelayan ini. Kualifikasi yang manusia tetapkan berlawanan dengan kualifikasi Tuhan. Tuhan sudah menetapkan kualifikasi yang sesuai dengan rencana-Nya : HATI yang mau dibentuk !
Itulah sebabnya ketika Tuhan Yesus memanggil Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya, Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, untuk mengikut Yesus, mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Meninggalkan perahu serta ayahnya, meninggalkan rutinitasnya, meninggalkan profesionalitasnya, lalu mengikuti Dia. Hati yang mau dibentuk, membuat ada penyerahan diri total, mengikut Tuhan tanpa syarat.
Ini berbanding terbalik dengan :
Kisah di Matius 19:16-22 ;Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"
Nats mengatakan : Pertimbangkan kualifikasi-kualifikasi orang ini sebagai murid Kristus.
1. Menurut Matius orang muda ini adalah seorang muda yang kaya, secara keuangan dia berkecukupan. Matius mengatakan bahwa "dia memiliki harta yang banyak." Berbeda dengan keempat nelayan dan Matius, orang muda yang kaya ini tidak sibuk dengan pekerjaan lain ketika Tuhan memanggil dia untuk menjadi murid. Kekayaannya memberi dia kecukupan sehingga dia sendiri bisa pergi mencari Yesus, bicara dengan Dia. Jikalau dia jadi mengikuti Yesus, kekayaannya cukup untuk menunjang perjalanannya dalam mengikuti Yesus dan bahkan mungkin cukup untuk menolong orang lain juga. Mungkin jika di hermeneutikkan, jika ada orang demikian datang ke Gereja dan bertanya demikian maka akan banyak gereja yang senang mendapatkan dia.
2. Dia penuh hormat dan berpendidikan. Dia memanggil Yesus sebagai "Guru …" Markus dan Lukas menambahkan bahwa dia menyebut Yesus sebagai "Guru yang baik …" Orang ini adalah orang yang berhasil secara keuangan dan dia memiliki rasa hormat yang tinggi pada Yesus. Pembawaannya memperlihatkan bahwa dia berpendidikan dan membaca banyak tulisan dari para Rabbi pada zamannya.
3. Dia bersungguh-sungguh dalam hal agama. Ketika Yesus memberitahukan padanya bahwa dia harus mememelihara perintah Allah untuk mendapatkan hidup yang kekal, dia dengan cepat menanyakan hukum-hukum mana yang Allah maksudkan. Dia tidak bermaksud menghindar. Dia mengenali bahwa Yesus telah menyentuh bagian yang di mana dia merasa mantap dan dia ingin mengetahui apa yang paling penting. Menarik bahwa Yesus mengutip 5 dari enam Hukum : Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan memberi kesaksian palsu, hormatilah ayamu dan ibumu … 19:18-19.Kemudian Dia memberikan hukum ke dua dari dua perintah utama: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. 19:19.Orang muda tersebut menjawab tanpa ragu, "Semua ini telah kulakukan …"
4. Lebih dari semua ini, berbeda dengan orang-orang lain, dia yang mengambil inisiatif untuk darang kepada Yesus.
Secara sekilas nampaknya tidak ada kelemahan atau kekurangan yang dapat menghalangi orang muda ini dalam menjadi murid Tuhan yang berhasil. Hanya pada waktu dia meninggalkan Tuhan Yesus dengan terdiam barulah kita menyadari bahwa ada sesuatu yang menghalangi orang muda ini dalam mengikuti Yesus. Apakah itu?Jikalau kita memperhatikan dengan lebih teliti, ada tiga kekurangan yang nyata dalam penampilan yang menarik dari orang muda ini.Pertama-tama, dia percaya bahwa dia cukup baik untuk mendapat perkenan dari Tuhan. Pertanyaannya yang mula-mula menunjukan hal ini "Hal baik apakah yang harus kulakukan untuk mendapatkan hidup kekal?" Dia memikirkan tentang perbuatan. Dia membayangkan suatu daftar nilai di mana dia bisa mengumpulkan nilai yang cukup untuk memenangkan hidup kekal.
Di bandingkan dengan orang lain, dia baik, dan dia tidak dapat mengerti mengapa kebaikannya masih tidak cukup.Yesus dengan cepat mengarahkan perhatiannya pada Satu-satunya yang baik dan satu-satunya standar dari segala kebaikan.Kebanyakan orang berpikir bahwa mereka baik karena mereka membandingkan diri mereka dengan hal yang salah. Di sinilah masalahnya. Jika orang muda ini, maupun orang-orang lain, dapat memenangkan keselamatan, dia sudah menjadi sama baiknya dengan Tuhan.
Dalam kebaikan Allah dan kesempurnaan Allah, kesucian Allah adalah standarnya. Itu sebabnya Alkitab mengatakan, "Jika kita mengatakan bahwa ita tidak berdosa, kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita." 1 Yohanes 1:8 "Sebab kasih karunia engkau diselamatkan oleh iman, itu bukan hasil usahamu, tetepi pemberiaan Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu; jangan ada orang yang memegahkan diri." Efesus 2:8-9. "Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmatNya …" Titus 3:52 Di sini kita menemukan kekuarangan kedua dari orang muda yang kaya ini. Dia tidak mengasihi Tuhan dengan segenap hati, akal budi dan jiwanya. Jikalau dia mengasihi Tuhan seperti itu, dia akan taat pada perintah Tuhan untuk meninggalkan kekayaannya; sama seperti Abraham taat pada perintah Tuhan untuk meninggalkan kekayaannya dan tanah kelahirannya dan bahwa kalau perlu, anaknya.
Kristus, Allah yang menjadi manusia, minta pada orang muda yang kaya ini suatu pengorbanan yang tidak pernah dimintaNya dari orang-orang lain, untuk menjual semua hartanya dan memberikannya kepada orang-orang miskin, Mengapa? Karena Tuhan melihat bahwa kekayaan orang muda ini dan statusnya lebih penting baginya dibanding hal-hal lain. Apakah dia cukup mencintai Tuhan sehingga rela berkorban? Tidak! Bagaimana dengan jemaat yang hadir disini ?Orang muda ini, sekalipun dia yakin akan kebaikan hatinya, namun dia tidak mencintai sesamanya. Apakah dia benar-benar mencintai orang-orang miskin sama seperti mencintai dirinya sendiri? Kalau betul tentu tidak sulit bagi dia untuk menaati penrintah Tuhan, menjual harta bendanya dan memberikannya pada orang-orang miskin. Dia pasti akan bergembira karena apa yng Tuhan minta dari padanya adalah apa yang dia selalu rindu untuk lakukan. Apakah dia mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri? Tidak! Bagaimana dengan engkau?Jikalau Roh Tuhan berbicara kepadamu bahwa hari ini engkau harus melakukan peneyrahan secara mutlak kepada Yesus sebagai Tuhan dalam kehidupanmu; jikalau Tuhan telah berbicara kepadamu, "Mari, ikutlah Aku," engkau harus menjawab.Mungkin engkau memiliki penghalang terakhir dalam penyerahan tanpa syarat kepada Tuhan. Dalam hatimu mungkin engkau berkata, "Saya tidak cukup baik." Teman, kekuranganmu itu tidak ada hubungannya. Matius, si petugas pajak yang jahat itu juga kurang baik. Tidak ada seorangpun yang dapat menjadi murid Tuhan dengan menjadi orang baik.
Mungkin justru kita merasa sudah melakukan semuanya, kita sudah cukup baik, cukup kudus. Ingat, ketika kita merasa diri hebat maka itu menjadi titik awal kehancuran kita. Itulah sebabnya Tuhan tidak memanggil mereka tetapi memanggil Petrus. Dengan demikian kita dapat memahami siapakah Kristus Yesus sesungguhnya dengan cara pandang Allah bukan dengan kacamata dunia yang hanya melihat seseorang dari tampilan luar belaka.
Mungkin merasa tidak ada apa-apanya dibandingkan yang lain. Tidak peduli seberapa kecilnya engkau memandang dirimu sendiri karena justru kita yang kecil ini akan menjadi besar ketika ditaruh dalam tangan Sang Tuan. Ingat, kita bukanlah siapa-siapa di hadapan Tuhan, segala sesuatu yang kita banggakan tidaklah ada artinya jika semua itu tidak dipakai untuk kemuliaan nama-Nya. Tuhan hanya ingin hati yang taat dan mau dibentuk untuk menjadi semakin serupa Dia. Karena itu jangan sia-siakan anugerah Tuhan kalau Ia sudah berkenan memanggil dan mau membentuk kita. Jangan keraskan hati ketika Tuhan sedang bekerja karena Tuhan mau menjadikan kita sesuai dengan maksud dan rencana-Nya yang indah.
Atau mungkin ada diantara kita yang menunda untuk benar-benar menjadi murio. Alas an kita tunggu saya sudah mapan, tunggu inventasi saya sebegini, tunggu anak saya begini, tunggu saya punya rumah, tunggu yang lain-lain. Mereka Sadar Tuhan adalh Tuhan dan Juru Selmt, mereka tahu apa yang harus dibuat sebagai wujud hidup benar. Akan tetapi untuk benar-msuk dalam hidup benar mreka mnunda. Masih banyk waktu. Bandingkan ketika raja dunia memanggil atau mengeluarkan perintah maka orang tidak berani tawar menawar. Ironis, manusia lebih takut pada raja dunia yang kelihatan dibandingkan pada Raja pemilik seluruh alam semesta yang bertahta di Sorga.
Tuhan tidak suka pada orang yang selalu tawar menawar ketika mengikut Dia. Orang tidak percaya bahwa segala sesuatu yang Tuhan rencanakan adalah demi untuk kebaikan kita.
Berbagai macam filsafat dunia akibatnya orang tidak mau taat dan mulai mempertanyakan untung – rugi mengikut Yesus. Yesus adalah Raja di atas segala raja memanggil, “Ikutlah Aku,...“ namun orang masih berani tawar menawar. Abraham Maslow telah berhasil mempengaruhi dan menjadikan manusia materialis n humanis. Manusia tidak menyadari bahwa kebutuhan akan membuat manusia semakin berambisi n egois.
Bagaimana dengan kita? Apa yang terutama dalam hidupmu tujuan ataukah kebutuhan? Orang yang bijaksana akan mengejar tujuan agung dalam hidup – karena kehidupan yg kekal lebih penting.
Ingatlah : Wahyu 3:20 mengatakan: Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.Tuhan Yesus sudah berdiri dan mengetok pintu hati kita. Pertanyaannya adalah apakah kita mendengar dan membukakan pintu? Kita tidak bisa hanya diam di dalam dan berkata “pintu tidak dikunci, masuklah”. Kita harus berinisiatif terlebih dahulu untuk membuka pintunya.
Tuhan berkenan membentuk kita dan memanggil kita untuk turut ambil bagian dalam Kerajaan-Nya. Hari ini justru terbalik orang tidak mau melayani karena merasa diri tidak bisa apa-apa.
Panggilan ini bersifat Lintas Pekerjaan. Yang membedakan adalah konsep, cara berpikir kita sekarang berbeda dengan sebelumnya. Dulu segala sesuatu yang kita kerjakan dan kita pikirkan adalah demi untuk keuntungan diri tapi setelah mengenal Kristus, semua yang kita kerjakan demi untuk kemuliaan nama Tuhan.
“Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia“; Come, follow Me and I will make you a fisher of man (Mat. 4:19). “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Aku-lah yang memilih kamu” (Yoh 15:16).
Saudara terkasih, Manusia sudah jatuh dalam dosa dan upah dosa adalah maut maka kalau Tuhan masih berkenan memanggil dan menjadikan kita rekan sekerja itu merupakan anugerah besar. Sangatlah disayangkan, banyak orang yang tidak memahami hal ini dan mereka justru berpendapat bahwa menjadi pengikut Tuhan hanya akan menyusahkan hidup mereka. Tuhan Yesus tidak memanggil untuk suatu keadaan bebas penderitaan, bebas kematian, bebas duka. Akan tetapi memanggil untuk memikul salib, penuh pengorbanan dan tantangan. Atas panggilan ini banyak yang menolak dan menunda.
Menggeser dari tujuan manusia menuju pada tujuan Tuhan tidaklah mudah, kita sering jatuh bangun karena perubahan ini menyangkut banyak aspek dalam hidup kita. Ingatlah panggilan itu bukan berarti kita harus meninggalkan profesi. Allah memanggil kita di posisi masing-2 , apakah kita peka terhadap panggilan ini ?
Dalam teks Yunani Luk 5:10, kata-kata Yesus "(kau akan) menjala manusia" berbunyi "anthropous (esee) zoogroon" dan sarat dengan pengertian "(kau akan) bekerja menangkap manusia-manusia untuk membawa mereka ke kehidupan". Panggilan juga berarti Gereja perlu terus menerus menawarkan ujud Kerajaan Allah yang menjawab kebutuhan zaman sekarang. Termasuk kepedulian terhadap orang-orang yang terpojok dalam masyarakat? : kemelaratan, kebodohan, ketakadilan, penindasan, perpecahan, tak adanya damai dll.