"Sang Penakluk"
Sosok yang satu ini sudah lama menjadi figure yang saya kagumi. Abdurrahman "Addakhil", demikian nama lengkapnya. Secara leksikal, "Addakhil" berarti "Sang Penakluk", sebuah nama yang diambil Wahid Hasyim, orang tuanya, dari seorang perintis Dinasti Umayyah yang telah menancapkan tonggak kejayaan Islam di Spanyol. Belakangan kata "Addakhil" tidak cukup dikenal dan diganti nama "Wahid", Abdurrahman Wahid, dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. "Gus" adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada seorang anak kiai yang berati "abang" atau "mas".
Gus Dur memang sosok kontroversial dan multidimensi. Ia dikenal sebagai sosok kiai, tapi juga licin berkubang dalam perpolitikan nasional hingga akhirnya sempat menjadi presiden di negeri ini. Di sisi lain, ia juga sosok yang konsisten memperjuangkan kaum minoritas, meskipun untuk itu ia kerap dicap "kafir" oleh mereka yang tidak sepaham dengan pemikirannya. Ungkapan-ungkapan Gus Dur yang cerdas tapi terkadang nyeleneh sulit dicerna, bahkan membuahkan pertanyaan lanjutan. Namun, pada akhirnya membuat bangsa ini mesti berpikir ulang tentang banyak hal yang sudah menjadi bagian "pengetahuan dan pemahaman" masyarakat.
Bagi sebagian kalangan pengkritiknya, humor-humor yang disampaikan Gus Dur adalah bentuk ketidakseriusan dan menggambarkan dirinya yang menggampangkan persoalan. Namun, justru bagi Kang Jalal--panggilan akrab Jalaluddin Rakhmat (Gus Dur Yang Saya Kenal : htpp://www.gusdur.net ) -- sense of humour yang tinggi justru menunjukkan kapasitas spiritual intelligence (SI) yang tinggi dari seseorang.
"Itu yang kemudian lama saya pelajari lewat literatur yang didapatkan, termasuk dari pakar psikologi Tony Buzan. Ciri kedua adalah selalu memunculkan unsur kebaruan dalam pemikirannya, dan ketiga adalah perilaku dan praktik keberagamaannya (religiositas) senantiasa menghargai pemeluk agama-agama lain. Itu semua terefleksikan oleh apa yang dilakukan oleh Gus Dur," ungkap Kang Jalal.
Akan tetapi, Gus Dur adalah sosok yang mendekonstruksi pemikiran masyarakat Indonesia yang sekian lama terpenjara dalam simbol. "Gus Dur orang yang sangat konsisten membela perbedaan pendapat. Humor, bagi Gus Dur adalah media untuk menyeimbangkan keadaan. "Sesuatu yang membuat kita tetap waras, tidak berlebihan ke kanan atau ke kiri”. Ternyata, banyak hal di sekeliling kita yang sebetulnya dapat membuat kita tertawa dan menertawakan diri", tetapi dengan orientasi pencerahan pemikiran bagi Bangsa ini.
Berikut Beberapa Anekdot dari Gus Dur
(Sumber http://www.gusdur.net/ )
Gus Dur Beli Pesawat
Dalam kunjungannya ke Amerika Serikat dulu, Pertengahan tahun 2000, Gus Dur bertemu dengan eksekutif puncak Boeing, industri pusat raksasa pesawat terbang. Orang pun bertanya-tanya, apa pula urusannya Gus Dur dengan pembuat pesawat itu? Memangnya dia ahli pesawat terbang seperti Habibie?
Akhirnya kepala protokol Istana Presiden Wahyu Muryadi mengungkapkan maksud pertemuan itu; Gus Dur mau beli pesawat kepresidenan, yang selama ini memang tidak pernah dimiliki oleh pemerintah indonesia.
Kebiasaan Gus Dur tetap ampuh; bikin pernyataan kontroversial di luar negeri, dan menimbulkan reaksi di dalam negeri. Pers Indonesia pun sibuk mengusut rencana pembelian pesawat yang waktunya dirasa tidak tepat itu. Krisis ekonomi saja sama sekali terlihat belum diatasi, lha kok Presiden RI mau punya pesawat pribadi. "Perlu dong," kata Wahyu Muryadi sambil membandingkan dengan Presiden Amerika serikat, yang sudah lama memiliki air force one yang mewah itu. Dari mana uang puluhan juta dollar untuk membeli pesawat itu? Menko Rizal Ramli, yang bekas aktivis dan pengamat ekonomi yang kritis kok malah bilang siap melaksanakan dan uang untuk pembelian pesawat sudah ada, apa ini bukan pemborosan uang negara? Apa memang ada "uang nganggur" di laci pemerintah? Apa Rizal Ramli ingin cari muka kepada bosnya? Mendengar sikap siap melaksanakan Rizal Ramli, kritik publik kian gencar.
Sampai Gus Dur sendiri kembali ke Jakarta.Wartawan bertanya,"Gus, mengapa anda merasa perlu membeli pesawat boeing itu?"Jawab Gus Dur; "Lho, siapa yang mau beli pesawat?"Wahyu Muryadi dan Rizal Ramli kali ini yang pusing. Sudah sibuk membela rencana Gus Dur, eh yang dibela malah membantahnya.
Bocoran Cawapres Gus Dur
Sebelum acara Silaturahmi dan Sambung Rasa DPP PKB-Tokoh NU di Jakarta Senin (26/05/2003), wartawan mendapat kesempatan tanya jawab dengan kandidat Presiden dari PKB, Gus Dur. Wartawan bertanya, ”Bagaimana kriteria wapres Gus Dur?”
”Seorang birokrat yang bukan politisi dan militer.” jawab Gus Dur.Seperti mendapat “angin”, wartawan-wartawan kita mengajukan berbagai nama, dengan harapan diiyakan Gus Dur dan besoknya mungkin jadi headline “Si Anu Calon Wapres Gus Dur”.
Tapi Gus Dur dengan cekatan menampik membeberkan nama orang yang gadang-gadangkan jadi “Cawapresnya”. “Nanti dong, pemilihannya juga belum,” katanya menolak.
Bukan wartawan kalau langsung menyerah, apalagi semua kuli disket sudah paham “tabiat” Gus Dur jika berhadapan dengan pers; “tak ada rahasia untuk publik” mungkin begitu mottonya Gus Dur. (Walau sebenarnya Gus Dur punya petuah dari bahasa Arab yang selalu dipatuhinya dalam berpolitik “Simpanlah Rahasiamu karena itu adalah senjatamu”)
Kenyataannya Gus Dur tetap menolak, bahkan wartawan memberikan “penawaran”: "Inisialnya deh Gus atau kalau nggak panggilannya juga boleh.
"Gus Dur cuma mesem-mesem, wartawan pun patah arang, lalu merekapun mengkandangkan alat perekam masing-masing.
Namun ketika semua sudah menyerah, Gus Dur menukas,"Oke panggilannya aja ya." Kontan semua wartawan kembali serius ke posisi merekam (mungkin juga ada yang mbatin "Kena lo Gus") dan dengan antusias bertanya “Siapa Gus ? Siapa Gus?
”Dengan "jujur" Gus Dur memeberkan rahasianya, "Panggilannya Mas."Para peliput pun terbahak-bahak setelah di “kerjai” Gus Dur.
Jin dan Tiga Manusia
Menurut Gus Dur, pernah ada sebuah kapal berisi penumpang berbagai bangsa karam. Ada tiga orang yang selamat, masing-masing dari Perancis, Amerika dan Indonesia. Mereka terapung-apung di tengah laut dengan hanya mengandalkan sekeping papan.
Tiba-tiba muncul jin yang baik hati. Dia bersimpati pada nasib ketiga bangsa manusia itu, dan menwarkan jasa. "Kalian boleh minta apa saja, akan kupenuhi," kata sang jin.
Yang pertama ditanya adalah si orang Perancis."Saya ini petugas lembaga sosial di Paris," katanya."Banyak orang yang memerlukan tenaga saya. Jadi tolonglah saya dikembalikan ke negeri saya." Dalam sekejap, orang itu lenyap, kembali ke negerinya.
"Kamu, orang Amerika, apa permintaanmu?""Saya ini pejabat pemerintah. Banyak tugas saya yang terlantar karena kecelakaan ini. Tolonglah saya dikembalikan ke Washington." "Oke," kata jin, sambil menjentikkan jarinya. Dan orang Amerika lenyap seketika, kembali ke negerinya.
"Nah sekarang tinggal kamu orang Indonesia. Sebut saja apa maumu."" Duh, Pak Jin, sepi banget disini," keluh si orang Indonesia. "Tolonglah kedua teman saya tadi dikembalikan ke sini."Zutt, orang Perancis dan Pria Amerika itu muncul lagi.
Masuk Akal
Ini cerita lama, sewaktu Gus Dur masih menjabat sebagai ketua PBNU. Kantor PBNU waktu itu baru saja melengkapi fasilitasnya dengan mesin faksimili. Hari itu Gus Dur sedang kedatangan seorang rekannya, disana juga sudah ada Arifin Junaidi (Wakil Sekjen PBNU saat itu) yang mempraktekkan cara mengirim faksimili di depan Gus Dur dan rekannya itu."Lho, ngirim tulisan pakai mesin ini apa bisa diterima sama persis disana?" tanya rekan Gus Dur, terheran-heran.
Arifin menjawab yakin,"Lha iya, toh."Setelah Arifin memfaksimili, tiba-tiba ada faks masuk. Drrt...drrt...drrt.....
Mendengar bunyi dan masuknya faks itu, rekan Gus Dur ini makin kagum saja."Wah, mesin faks ini memang luar biasa, nggak masuk akal," komentar rekan Gus Dur sambil geleng-geleng kepala.
Spontan Gus Dur nyeletuk,"Ya jangan dimasukkin akal! Masukin kertas, dong."
Guyon dengan Fidel Castro
Nah ini yang jadi guyonan Gus Dur sewaktu masih menjadi Presiden RI saat berkunjung ke Kuba bertemu Pemimpin Kuba , Fidel Castro . Saat itu , Fidel Castro mendatangi hotel tempat Gus Dur dan rombongannya menginap selama di Kuba. Dan mereka pun terlibat pembicaraan hangat, menjurus serius.
Agar pembicaraan tidak terlalu membosankan, Gus Dur pun mengeluarkan jurus andalannya , yaitu guyonan. Beliau bercerita pada Pemimpin Kuba , Fidel Castro , bahwa ada 3 orang tahanan yang berada dalam satu sel. Para tahanan itu saling memberitahu bagaimana mereka bisa sampai ditahan disitu.
Tahanan pertama bercerita " Saya dipenjara , karena saya anti dengan Che Guevara ". Seperti diketahui Che Guevara memimpin perjuangan kaum sosialis di Kuba .
Tahanan kedua berkata geram," Oh kalau saya dipenjara karena saya pengikut Che Guevara !". Lalu mereka berdua terlibat perang mulut.
Tapi mendadak mereka teringat tahanan ketiga yang belum ditanya. " Kalau kamu kenapa sampai dipenjara disini " tanya mereka berdua kepada tahanan ketiga. Lalu tahanan ketiga itu menjawab dengan berat hati ," Karena saya Che Guevara !" . Fidel Castro pun tertawa tergelak-gelak mendengar guyonan Gus Dur tersebut .
Obrolan Presiden
Saking udah bosannya keliling dunia, Gus Dur coba cari suasana di pesawat RI-01. Kali ini dia mengundang Presiden AS dan Perancis terbang bersama Gus Dur buat keliling dunia. Boleh dong, emangnya AS dan Perancis aja yg punya pesawat kepresidenan. Seperti biasa... setiap presiden selalu ingin memamerkan apa yang menjadi kebanggaan negerinya.
Tidak lama presiden Amerika, Clinton mengeluarkan tangannya dan sesaat kemudian dia berkata: "Wah kita sedang berada di atas New York!"Presiden Indonesia (Gus Dur): "Lho kok bisa tau sih?" "Itu.. patung Liberty kepegang!", jawab Clinton dengan bangganya.
Ngga mau kalah presiden Perancis, Jacques Chirac, ikut menjulurkan tangannya keluar. "Tau nggak... kita sedang berada di atas kota Paris!", katanya dengan sombongnya.
Presiden Indonesia: "Wah... kok bisa tau juga?" "Itu... menara Eiffel kepegang!", sahut presiden Perancis tersebut. Karena disombongin sama Clinton dan Chirac, giliran Gus Dur yang menjulurkan tangannya keluar pesawat..."Wah... kita sedang berada di atas Tanah Abang!!!", teriak Gus Dur."Lho kok bisa tau sih?" tanya Clinton dan Chirac heran karena tahu Gus Dur itu kan nggak bisa ngeliat. "Ini... jam tangan saya ilang...", jawab Gus Dur kalem.
Menebak usia mumi
Ini cerita Gus Dur beberapa tahun yang lalu, sewaktu jaman orde baru. Cerita tentang sayembara menebak usia mumi di Giza, Mesir. Puluhan negara diundang oleh pemerintah Mesir, untuk mengirimkan tim ahli paleoantropologinya yang terbaik. Tapi, pemerintah Indonesia lain dari yang lain, namanya juga jaman orde baru yang waktu itu masih bergaya represif misal banyaknya penculikan para aktivis. Makanya pemerintah mengirimkan seorang aparat yang komandan intel.
Tim Perancis tampil pertama kali, membawa peralatan mutakhir, ukur sana ukur sini, catat ini dan itu, kemudian menyerah tidak sanggup. Pakar Amerika perlu waktu yang lama, tapi taksirannya keliru.
Tim Jerman menyatakan usia mumi itu tiga ribu dua ratus tahun lebih sedikit, juga salah.
Tim Jepang juga menyebut di seputar angka tersebut, juga salah.
Giliran peserta dari Indonesia maju, Pak Komandan ini bertanya pada panitia, bolehkah dia memeriksa mumi itu di ruangan tertutup ."Boleh, silahkan," Jawab panitia.
Lima belas menit kemudian, dengan tubuh berkeringat pak komandan itu keluar dan mengumumkan temuannya kepada tim juri ."Usia mumi ini lima ribu seratus dua puluh empat tahun tiga bulan tujuh hari," Katanya dengan lancar, tanpa keraguan sedikit pun .Ketua dan seluruh anggota tim juri terbelalak dan saling berpandangan, heran dan kagum. Jawaban itu tepat sekali ! Bagaimana mungkin pakar dari Indonesia ini mampu menebak dengan tepat dalam waktu sesingkat itu ? hadiah pun diberikan.
Ucapan selamat mengalir dari para peserta, pemerintah Mesir, perwakilan negara-negara asing dan sebagainya dan sebagainya . Pemerintah pun bangga bukan kepalang. Menjelang kembali ke Indonesia, Pak komandan dikerumuni wartawan dalam dan luar negeri di lobby hotel. "Anda luar biasa," kata mereka. " Bagaimana cara anda tahu dengan persis usia mumi itu?"Pak komandan dengan enteng menjawab,"saya gebuki, ngaku dia ."
Kumpulan Humoris
Nah, humor ini juga pernah dilontarkan Gus Dur. Cerita dulu, jamannya Uni Soviet dipimpin oleh seorang diktator yang amat ditakuti. Sang diktator sedang menerima kunjungan rekannya dari barat. Dalam kunjungan singkatnya itu, terjadi obrolan yang diselingi humor santai. Sambil tertawa, rekan sang diktator itu iseng bertanya, "Apakah anda mengumpulkan para humoris?"
Sang diktator menjawab kalem," Ya, tentu saja. Jumlahnya ada dua sel penuh."