"Selamatkan" Bumi dengan Tanganmu!
”Pemulihan Keadilan Ekologis sebagai bagian tanggung jawab Beriman”
Berita tentang turunnya permukaan tanah di Jakarta, pemanasan Global, banjir, longsor, kebakaran hutan, kekeringan, rendahnya kualitas air bersih, munculnya berbagai penyakit kulit, dan peristiwa lain hendaknya menjadi signal yang punya makna bagi kita untuk lebih memperhatikan Bumi dimana kita berpijak. Tanggung jawab pemeliharaan Bumi adalah tanggung jawab semua pihak, karena dampak kerusakan lingkungan pasti akan terkena langsung bagi semua manusia dan mahluk yang ada dibumi ini (termasuk anda tentunya).
Karena itu pada peringatan Hari Bumi Tahun 2008 ini (21 Maret 2008/sebagian memperingatinya 22 April 2008) saya ingin mengajak anda untuk lebih peduli pada pemeliharaan lingkungan dimana anda berada. Berikut beberapa isu lingkungan yang menjadi perhatian kita (sumber http://www.walhi.or.id/ ).
Air
Air merupakan sumber kehidupan. Namun demikian, saat ini masalah air di Indonesia merupakan permasalahan yang kronik dan pelik, mulai dari peristiwa banjir sampai kekeringan. Wilayah Indonesia, menurut LIPI, memiliki 6% dari persediaan air dunia atau sekitar 21% persediaan air Asia Pasifik. Namun demikian, kelangkaan dan kesulitan mendapatkan air bersih dan layak pakai menjadi permasalahan yang mulai muncul di banyak tempat dan semakin mendesak dari tahun ke tahun. Kecenderungan konsumsi air naik secara eksponensial, sedangkan ketersediaan air bersih cenderung melambat akibat kerusakan alam dan pencemaran, yaitu diperkirakan sebesar 15-35% per kapita per tahun. Dengan demikian di Indonesia, dengan jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 200 juta, kebutuhan air bersih menjadi semakin mendesak.
Energi
Kegiatan pembangunan di Indonesia mengarah kepada industrialisasi, sehingga energi menjadi isu utama dan penting dalam kerangka menunjang model pembangunan tersebut. Krisis energi, terutama listrik, yang pernah terjadi menjelang akhir abad ke-20 mengisyaratkan bahwa suplai energi listrik tidak dapat mengimbangi tingginya laju permintaan. Dan pemakaian energi yang semakin banyak turut andil dalam Pemanasan Global.
Hutan
Indonesia memiliki 10% hutan tropis dunia yang masih tersisa. Hutan Indonesia memiliki 12% dari jumlah spesies binatang menyusui/mamalia, pemilik 16% spesies binatang reptil dan ampibi, 1.519 spesies burung dan 25% dari spesies ikan dunia. Sebagian diantaranya adalah endemik atau hanya dapat ditemui di daerah tersebut. Selain itu, hutan Indonesia merupakan rumah bagi puluhan kelompok masyarakat adat yang telah mendiami dan menjaganya selama ratusan tahun. Namun jumlah tersebut terus menyusut seiring dengan menghilangnya hutan kita dengan kecepatan yang luar biasa. Bagaimana ini bisa terjadi?
Pesisir dan Laut
Wilayah pesisir memiliki arti strategis karena merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut, serta memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang sangat kaya. Namun, karakteristik laut tersebut belum sepenuhnya dipahami dan diintegrasikan secara terpadu. Kebijakan pemerintah yang sektoral dan bias daratan, akhirnya menjadikan laut sebagai kolam sampah raksasa. Dari sisi sosial-ekonomi, pemanfaatan kekayaan laut masih terbatas pada kelompok pengusaha besar dan pengusaha asing. Nelayan sebagai jumlah terbesar merupakan kelompok profesi paling miskin di Indonesia.
Pencemaran
Permasalahan lingkungan hidup telah menjadi suatu penyakit kronis yang dirasa sangat sulit untuk dipulihkan. Padahal permasalahan lingkungan hidup yang selama ini terjadi di Indonesia disebabkan paradigma pembangunan yang mementingkan pertumbuhan ekonomi dan mengabaikan faktor lingkungan yang dianggap sebagai penghambat. Posisi tersebut dapat menyebabkan terabaikannya pertimbangan-pertimbangan lingkungan hidup di dalam pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan. Akibatnya kualitas lingkungan makin hari semakin menurun, ditandai dengan terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan hidup di berbagai wilayah di Indonesia.
Tambang
Paradigma pertumbuhan ekonomi yang dianut oleh pemerintah Indonesia memandang segala kekayaan alam yang terkandung di bumi Indonesia sebagai modal untuk menambah pendapatan negara. Sayangnya, hal ini dilakukan secara eksploitatif dan dalam skala yang masif. Sampai saat ini, tidak kurang dari 30% wilayah daratan Indonesia sudah dialokasikan bagi operasi pertambangan, yang meliputi baik pertambangan mineral, batubara maupun pertambangan galian C.
Berikut Beberapa TIPS Pemeliharaan Lingkungan, yang sebenarnya semua orang dapat ikut andil melakukanya :
1. Tanam pohon di lingkungan sekitar Anda.
2. Jemur pakaian di luar. Angin dan panas matahari lebih baik ketimbang memakai mesin (dryer) yang banyak mengeluarkan emisi karbon.
3. Gunakan kendaraan umum (untuk mengurangi polusi udara).
4. Hemat penggunaan kertas (bahan bakunya berasal dari kayu).
5. Say no to plastic. Hampir semua sampah plastic menghasilkan gas berbahaya ketika dibakar. atau Anda juga dapat membantu mengumpulkannya untuk didaur ulang kembali.
6. Pembatasan Kendaraan bermotor ataw industri yg mmproduksi produk buangan yg merusak ozon/ yg disebut 'gas2 rmh kaca'.....
7. Membangun Rumah berwawasan lingkungan. Hal ini bisa kita lihat dari dua sudut pandang. Yakni dari sudut pandang material atau bahan yang digunakan dan dari rancang bangunnya. Dari sudut pandang material atau bahan yang dipakai, rumah ramah lingkungan sebisa mungkin menggunakan material yang tidak merusak lingkungan. “Seperti mengganti rangka kayu dengan rangka baja ringan pada atap rumah,”. Dengan mengurangi pemakaian kaya pada rangka atap, secara tidak langsung pemilik rumah sudah ikut mengurangi penebangan pohon. Sepintas peran itu kelihatan kecil dibandingkan luasnya hutan di Indonesia. Tetapi, bayangkan jika semua rumah menggunakan rangka baja ringan, pasti cukup banyak pohon yang bisa terselamatkan.
8. Rumah yang Tidak boros energi. Dari sudut pandang rancang bangun, rumah yang ramah lingkungan adalah rumah dengan disain yang meminimalisasi penggunaan energi. Saat ini banyak sekali rumah dengan disain boros energi. Ambil contoh rumah dengan model tertutup. Jika minim ventilasi, tentu si pemilik rumah butuh mesin pendingin udara atau air conditioner (AC) dan cahaya lampu. Akibatnya mudah ditebak. Penggunaan listrik menjadi sangat besar. Jadi, rumah yang ramah lingkungan adalah yang desainnya mampu mengurangi penggunaan listrik. “Misalnya rumah yang dirancang dengan jendela besar agar cahaya matahari bisa masuk dengan maksimal. Sehingga penggunaan lampu bisa dikurangi dan pemakaian listrik jadi irit”. Bukan hanya menerangi ruangan, jendela rumah yang besar akan membuat sirkulasi udara semakin lancar sehingga penghuni tak perlu lagi menggunakan AC. Atau setidaknya penggunaan AC untuk menyejukkan ruangan tidak terus menerus.
9. Mengurangi Limbah Rumah Tangga karena menurut penelitian bahwa limbah rumah tangga adalah faktor yang Dominan mencemari Kota disamping limbah Industri. Untuk itu, ia mengharapkan agar masyarakat tidak membuang sampah sembarangan. Kemudian kalau sampah tersebut masih mempunyai nilai ekonomis, bisa disimpan untuk didaur ulang, seperti plastik dan kertas.
10. Mencegah Limbah medis misalnya bahan-bahan bekas operasi, jarum suntik dan obat-obatan serta bahan kimia lainnya. Limbah medis menjadi kendala, mengingat pihak rumah sakit membuang ke tempat pembuangan akhir (TPA). Padahal, , limbah medis tidak boleh dibuang ke TPA karena berbahaya, seharusnya limbah tersebut dibuang ke tempat khusus lalu dibakar.
11. Matikan listrik. (jika tidak digunakan, jangan tinggalkan alat elektronik dalam keadaan standby. Cabut charger telp. genggam dari stop kontak. Meski listrik tak mengeluarkan emisi karbon, pembangkit listrik PLN menggunakan bahan baker fosil penyumbang besar emisi).
12. Ganti bohlam lampu (ke jenis CFL, sesuai daya listrik. Meski harganya agak mahal, lampu ini lebih hemat listrik dan awet).
13. Bersihkan lampu (debu bisa mengurangi tingkat penerangan hingga 5%).
14. Jika terpaksa memakai AC (tutup pintu dan jendela selama AC menyala. Atur suhu sejuk secukupnya, sekitar 21-24o C).
15. Gunakan timer (untuk AC, microwave, oven, magic jar, dll).
16. Alihkan panas limbah mesin AC untuk mengoperasikan water-heater.
Akhir kata : Selamat Hari Bumi (22 April) & " Selamatkan" Bumi dengan Tanganmu !
Catatan Pinggir :
What and When Is Earth Day?
By John McConnell, Founder of Earth Day
When I first conceived of Earth Day, a global holiday to celebrate the wonder of life on our planet, I thought long and hard about the day on which it should fall. It must be meaningful. One that might be accepted universally for all of humankind.When the Vernal Equinox dawned on me, I immediately knew it was right. The Earth tremor that shook our California dwelling at that moment seemed an omen of confirmation. What could be more appropriate than the first moment of Spring, when day and night are equal around the world and hearts and minds can join together with thoughts of harmony and Earth's rejuvenation. Just as a single prayer can be siginificant, how much more so when hundreds, thousands, millions of people throughout the world join in peaceful thoughts and prayers to nurture neighbor and nature.And so it came to pass we initiated the celebration of Earth Day on March 21, 1970.
The first Proclamation of Earth Day was by San Francisco, the City of Saint Francis, patron saint of ecology. Designating the First Day of Spring, March 21, 1970 to be Earth Day, this day of nature's equipoise was later sanctioned in a Proclamation signed by Secretary General U Thant at the United Nations where it is observed each year. Earth Day was firmly established for all time on a sound basis as an annual event to deepen reverence and care for life on our planet.While other dates have been called Earth Day it is obvious that a singular Earth Day is needed and that the original choice of nature's day is best.
More attention for this fact will increase the influence of Earth Day and its benefits.Every effort to encourage Earth care is to be commended. But just as more than one birthday each year for an individual would diminish the real birthday, calling other dates Earth Day detracts from the authentic day -- which can provide a more meaningful focus and obtain more unity in our diversity. The nature of the March equinox provides a reason for an event at the same time all over the world.Other events leading up to or following could be called Earth Festivals, or given other names. Then events can complement each other and increase awareness and care for our planet and its people. In the midst of this will be Earth Day, where the United Nations Peace Bell rings at the moment Spring begins and hearts and minds join all over the world.