Nats : Markus 4 : 35-41
Disampaikan pada Khotbah Ibadah Minggu, 24 Februari 2008, di HKI Jumasaba Simpang 2, P. Siantar
Oleh : Pdt. Happy Pakpahan
Risalah Nats
Tatangan pertumbuhan iman bagi orang percaya bukan hanya didapat dari luar yang bersangkutan seperti tantangan mendirikan rumah ibadah, hambatan mengekspresikan iman percaya melalui nyanyian dan persekutuan ibadah, melainkan adalah ketakutan dan kekhawatiran yang berlebihan. Rasa takut itu bukan barang baru dalam perjalanan kekristenan. Mulai dari Kitab Perjanjian Lama kita bisa melihat kisah ”ketakutan”, seperti Musa yang takut ditangkap setelah membunuh seorang Mesir kemudian lari ke tempat pamannya Laban, Bangsa Israel yang takut – khawatir mati kelaparan di perjalanan Padang Gurun, Yakub yang takut kepada Esau setelah mencuri hak kesulungan, bahkan para Murid-murid Tuhan Yesus juga pernah ketakutan ”massal” dengan mengurung diri dirumah yang tertutup rapat pintu dan jendelanya ketika Tuhan Yesus telah meninggal di Kayu Salib. Ketakutan merupakan sisi manusiawi. Persoalannya adalah bagaimana kita mengatasi rasa takut dan khawatir itu.
Tuhan Yesus dalam beberapa pengajarannya selalu mengabarkan ”jangan takut”, ”jangan khawatir”. Bahkan ada banyak ayat di Perjanjian Baru yang berisikan peringatan agar manusia Jangan Takut dalam kehidupan ini. Dan salah satunya adalah dalam Nats kita kali ini.
Dikatakan setelah mengajar, Tuhan Yesus memerintahkan agar "Marilah kita bertolak ke seberang." (ay. 35). Ini adalah hakiki Pemberitaan Injil. Bergerak. Tuhan Yesus hadir kedunia ini bukan sebagai Allah lokal, kesukuan. Akan tetapi Allah semesta. Yang keselamatan dan ajarannya berlaku pada semua suku bangsa. Sehingga pemberitaannyapun harus terus bergerak. Inilah yang kemudian diwariskan kepada Gereja. Misi Gereja melalui Marturya, Koinonia, dan Diakonia harus terus bergerak. HKI sendiri, terus memperbaharui dan bergerak dalam Misi. Belakangan setelah mengembangkan misi di Daerah Sumatera Bagian Selatan, Gresik Surabaya, kita akan mengembangkan misi ke Kalimantan. Kemudian pola misi juga sudah memamfaatkan tehnologi informatika dengan bermisi melalui website dan majalah binawarga online di internet. Dan ini bukan hanya tanggung jawab HKI sebagai satu institusi, melainkan tanggung jawab masing-masing orang percaya, saya, anda dan kita secara bersama. Sebagai Pendeta, Guru, pedagang, anak kampus dll.
Kemudian mereka menyeberangi sebuah danau. Danau ini adalah danau Galilea, sebauh danau yang sangat istimewa. Dari penampilannya, ia mempesona karena keindahannya. Airnya jernih dan sejuk. Ada pegunungan & juga tempat-2 terkenal yg mengitarinya, seperti Tiberias dan Kapernaum. Namun, danau Galilea masih punya sebuah pesona lain. Saat itu Yesus dan murid-2Nya sedang ada di dalam perahu dan hendak menyeberang, tiba-tiba mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu penuh dengan air. Murid-murid sangat cemas dan dilanda kepanikan menghadapi situasi itu, padahal sesungguhnya mereka adalah para nelayan yang biasa mencari ikan di danau Galilea. Pengalaman dan keterampilan mereka sebagai nelayan rupa-rupanya tidak mampu mengatasi keadaan saat itu.
Dimana Tuhan Yesus ? Tidur. Dikatakan Tuhan Yesus tertidur. Sangat manusiawi, ketika sudah melakukan banyak sekali pemberitaan pengajaran, Tuhan Yesus kelelahan kemudian tertidur.
Murid kemudian membangunkan Tuhan Yesus.
Dari kalimat ayat 38 : Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?"
Murid seolah memposisikan Tuhan yesus sebagai orang yang tidak peduli karena mengambil sikap tidur, sedangkan yang lain sudah panik seolah-2 kematian massal telah menunggu.
Mereka lalu membangunkan Yesus yang sedang tidur di buritan. Yesus lalu bangun dan segera menghardik angin itu dan berkata kepada danau itul ”Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Tuhan Yesus memperlihatkan kuasanya dan membuat danau tenang. Kuasa Alam takluk dibawah kuasa Tuhan Yesus. 4:41 Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya.
Jemaat terkasih, dari kisah ini apa kemudian yang bisa kita refleksi dan ambil amanahnya ?
1. Hidup ibarat perjalanan di sebuah danau menuju sebuah tempat.
Hidup juga penuh pesona seperti danau Galilea. Ada hal-hal yang menyenangkan, ada pula yang menyeramkan. Ada yang melegakan, ada juga yang mengenaskan. Ada moment yang bahagia : pernikahan, kelahiran anak, lulus sekolah, gajian pertama, kelahiran cucu, dapat untung. Tapi tidak diduga-2 : ada moment yang menggetirkan, yang membuat rasa takut, khawatir. Ketika terancam masa depannya, terancam keselamatan nyawanya, terancam rejekinya, terancam kedudukannya dan sebagainya manusia bisa berada dalam keadaan takut. Kondisi bangsa kita saat ini masih memprihatinkan. Krisis, sampai sekarang keadaan belum juga menunjukkan perbaikan, beaya hidup yang semakin tinggi sementara penghasilan tidak sebanding. Semakin bertambahnya angka pengangguran karena banyaknya PHK dan kecilnya tersedia lapangan kerja, akibatnya kejahatan juga semakin meningkat. Semakin rapuhnya rasa persaudaraan yang selama ini menjadi perekat bangsa kita yang berakibat orang semakin mementingkan kelompok atau golongannya sendiri. Membangun rumah ibadah juga semakin dipersulit. Mewabahnya beberapa penyakit, sementara beaya pengobatan semakin tinggi. Semua keadaan ini dapat dianggap sebagai ancaman bagi hidup dan masa depan banyak orang, bahkan masa depan bangsa kita. Keadaan masyarakat yang penuh kesulitan, persaingan dan ketidak-pastian hidup, pembatasan mengekspresikan imannya lewat ibadah dan kegiatan-kegiatan akan dapat menjadi penyebab munculnya ketakutan. Dan ini dapat menjadi sumber ketakutan. Pengalaman hidup kita kadang tidak berarti jika ada badai tertentu menerpa kita. Kita akan ketakutan dan khawatir. Pertanyaannya adalah siapa teman kita melewati perjalanan itu. Kalau kita ingat-2, ditahun lalu, 2007, berapakali badai itu menghanyutkan ”kapal” kita, mengolengkan kapal kita ? Kemudian mengapa kita tetap bisa ”survive” hingga kini? Siapa penolong yang memulihkan kita ?
Disaat krisis, harta dan kekayaan tidak dapat menolong. Dalam Yeremia 9: 23-24, Beginilah firman Tuhan: Jangalah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku.
Bisa terjadi ketika kita mapan kita mengangap semua akan baik-2 saja ditopang kemapanan kita. Disini kita mengandalkan kekuatan dan kemampuan kita sendiri.
Inilah yang terjadi ketika Pada waktu itu, tahun 1914, adalah sebuah kapal yang sangat mewah serta yang paling besar yang pernah dibuat dalam sejarah manusia. Panjang kapal tersebut 270 m, berat satu jangkar (sauh) saja 15,5 ton. Pada bagian dasar dari kapal ini, dibuat dua bagian pelapis untuk memberikan perlindungan ganda. Pelapis yang kedua tebalnya hampir 2 m. Para insinyur yang merancang kapal tersebut telah memperhitungkan kemungkinan terjadinya bahaya. Jadi, mereka mendesain kapal itu sedemikian rupa, sehingga apabila misalnya terjadi sebuah tabrakan/ benturan dahsyat, satu bagian dari kapal akan tetap bisa terapung dilaut dan tidak akan tenggelam begitu saja.
Jadi, semuanya sudah diperhitungkan dengan sangat rinci, tidak ada yang luput sedikipun. Oleh karena itu, nama kapal tersebut diberi nama Titanic, yang berasal dari kata Titan yang berasal dari mythologi Yunani, yaitu makhluk super dewa yang kemampuannya jauh diatas manusia.
Bukan cuma secara technology saja orang mengagumi Tetanic, melainkan kemewahannya juga: Kapal ini terdiri dari sembilan lantai, yang dilengkapi dengan lift (ingat pada waktu itu, lift merupakan barang yang langkah dan sangat mewah luar biasa). Punya lapangan tenis, kolam renang, ruang dansa (ball rooom), Restoran super mewah, serta casino.
Sangkin hebatnya kapal Titanic ini, sampai pada waktu itu, orang- orang mengatakan bahwa:Kita tidak memerlukan perlindungan Tuhan, karena kapal ini tidak akan tenggelam. Bahkan Tuhan sendiri tidak bisa membuat kapal ini tenggelam.
Dikelas satu, yang seharga U$ 4300/ kamar, terdiri dari beberapa orang komlomerat (multi milyuner), diantaranya: John Jacob Astor, seorang multi- milyuner yang masih muda (kekayaannya U$ 150 juta) - Benyamin Guggenheim- seorang pemilik pabrik baja (kekayaannya U$ 95 juta)
Dalam pelayaran perdana Titanic, para penumpang begitu yakin, bahwa mereka akan sampai ke New York dan membawa kenangan yang manis. Tetapi apa yang terjadi? Sejarah mencatat, bahwa ketika kapal Titanic menabrak gunung es, para penumpang sedang: Melantai dengan irama lagu yang - Main judi - Makan- minum di restoran. Tidak ada yang menyadari bahwa pada waktu itu Tuhan sedang membuktikan keterbatasan manusia. Jangankan hari esok, apa yang akan terjadi satu jam lagi kita juga tidak tahu.
Self-confidence adalah seseorang yang bersandar kepada pengertiannya sendiri atau mengandalkan kekuatannya sendiri sehingga menjerumuskan orang tersebut kedalam kesombongan.
Dalam Yeremia 17: 5, Beginilah Firman Tuhan: Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh daripada Tuhan!
Kapal Titanic dibuat dengan predikat: Kapal yang tidak bisa tenggelam. Dan yang paling lancangnya, mereka berani berkata, sekalipun Tuhan sendiri tidak akan bisa membuat Titanic tenggelam. Jadi, peristiwa Titanic ini merupakan suatu bukti bahwa manusia itu sangat terbatas.
Yeremia 17: 7- 8 kemudian berkaya, Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan! Ia akan seperti.. Ada tiga hal diumpamakan apabila kita mengandalkan Tuhan: Ia seperti pohon yang ditanam ditepi air, yang akar- akarnya terus mendapatkan air. Ia tidak akan mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau. Ia tidak kuatir dalam tahun kering, sebab ia terus menghasilkan buah.
Jadi,mulai hari ini saudara harus ingat baik- baik, bahwa kita tidak boleh mengandalkan kekuatan manusia. Kembali kepada Markus 4: 35- 41! Sekalipun kapal yang dinaiki oleh murid- murid pada waktu itu, hanya sebuah kapal yang kecil, sederhana, terbuat dari kayu, tetapi, ketika badai besar datang, kapal ini tidak jadi tenggelam, karena ada Yesus. Sekalipun perahu hidupmu seperti Titanic, tetapi kalau tidak ada Yesus, maka perahu hidupmu akan tenggelam.
2. Keberimanan yang rapuh.
Ketakutan murid Tuhan Yesus menunjukkan iman yang rapuh. Ironis memang, baru saja sebelum menyeberang Yesus mengajar bahwa Ia adalah Anak Allah sumber kehidupan. Kini ditengah danau mereka sudah takut yang berlebihan, seolah pengajaran itu tidak berbuah apa-apa di hidup mereka. Murid dianggap benih yang tumbuh bebatuan (bnk perumpamaan sebelum ayat ini ). Ini juga bisa terjadi bagi kita. Sudah berapa lama anda Kristen, sudah berapa ratus atau ribu kali mendengarkan kotbah, bernyanyi, berdoa ? Apakah itu semua mengubah hidup kita ? Atau jangan-jangan ketika ada ”badai” tantangan kita langsung ”mandele”?. Apakah kita justru sering mengalami ketakutan dan kekhawatiran yang berlebihan.
Kita tahu bahwa perasaan takut dapat berdampak negatif pada seseorang, misalnya: 1. Orang menjadi bersikap apatis, mengurung diri. 2. Orang menjadi nekat, karena merasa tertekan. 3. Orang dapat terganggu kesehatan fisik maupun mentalnya, dan lain sebagainya. Firman Tuhan katakan jangan kuatir; dalam bahasa Yunani disebut "Merime" yang artinya terjebak dalam kecemasan. Orang yang kuatir itu sedang terjebak di dalam kekuatiran atau kecemasannya sendiri.
Karena bila kita terjebak di dalam kekuatiran dan kita tidak mampu lagi mengatasi rasa kuatir itu, maka akan timbul dampak-dampak yang merugikan dan merusak hidup kita sendiri, dan Tuhan tidak ingin hal itu terjadi.Ada seorang anak disekolahkan di Amerika, khusus untuk membuat roti. Setelah selesai sekolahnya, dia mulai bekerja di toko roti. Waktu bekerja, dia mulai kuatir akan kemajuan toko tempatnya bekerja. Dia pindah kerja ke toko yang lain, dan mulai kuatir lagi akan keadaan toko tempat kerjanya yang baru, lalu dia pindah lagi dan kuatir lagi, begitu seterusnya, sampai terakhir dia keluar dalam keadaan depresi berat, dia terjebak dalam kekuatirannya sendiri dan tidak dapat mengatasinya. Ibunya mengundang seorang hamba Tuhan untuk mendoakan, tetapi dia tidak mau didoakan.
Satu hari ketika tidak ada orang di rumah, anak ini menggantung dirinya sendiri. Ibunya pulang dan menemukan anaknya telah mati gantung diri. Ini orang Kristen, yang percaya Tuhan.Saudara, hati-hati dengan rasa kuatir yang timbul di hati kita, jangan sampai kita terjebak di dalam kekuatiran, jangan biarkan rasa kuatir itu bergulung seperti bola salju yang makin lama makin besar sampai puncaknya kita tidak mampu mengatasinya lagi dan malah menghancurkan hidup kita. Pikiran yang kalut dan panik sering menjadikan orang tidak mampu melihat dan berfikir dengan benar. Mereka tidak mampu melihat kehadiran Tuhan. Padahal Tuhan peduli pada pergumulan mereka. Kehadiran Tuhan Yesus memberikan harapan dalam pergumulan dan perjuangan. Kehadiran Tuhan Yesus menunjukkan kepeduliannya terhadap para murid. Berita ini tentu menjadi pengharapan setiap murid Tuhan Yesus, termasuk kita yang hidup dijaman sekarang ini. Kemampuan merasakan kehadiran-Nya tergantung apakah hati kita tidak tertutup gelapnya awan kepanikan, ketakutan dan berbagai pergumulan hidup. Amin Saudara ? Ekonomi boleh digoncangkan, politik boleh digoncangkan, sekitar kita boleh digoncangkan, tetapi kita telah masuk di dalam Kerajaan Allah yang tidak tergoncangkan. Karena itu, tidak ada lagi alasan untuk kita kuatir. "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." (Fil 4:6-7).
3. Apa yang harus kita lakukan mengatasi rasa khawatir ?
Filipi 4:6 katakan ...nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam DOA dan permohonan dengan UCAPAN SYUKUR. Ada 2 hal yang harus kita lakukan menghadapi kekuatiran yaitu berdoa dan bersyukur. Doa akan memutuskan rasa kuatir kita. Pada waktu kita kuatir, kita harus berdoa. Waktu kita berdoa maka rasa kuatir itu dikalahkan dan dihalaukan di dalam nama Tuhan Yesus. Kita harus berdoa dengan ketulusan hati dan dari dalam hati kita yang terdalam. Kita minta ampun atas segala dosa kita di masa yang lalu, lalu kita berdoa untuk hari ini dan untuk masa yang akan datang supaya tidak merasa kuatir lagi. Kita harus berdoa dengan sungguh-sungguh dan percaya. Percuma kalau hanya berdoa panjang-panjang dan berkali-kali namun tidak disertai dengan kesungguhan hati dan percaya apa yang didoakan di dalam nama Tuhan Yesus pasti Tuhan dengar.Setelah kita berdoa menghalaukan rasa kuatir kita, maka yang berikutnya harus kita lakukan adalah bersyukur. Doa itu ada pasangannya, yaitu mengucap syukur. Jadi kalau kita berdoa, kita juga harus mengucap syukur. Waktu kita berdoa dan kita percaya Tuhan mendengar doa kita maka kita akan bersyukur kepada Tuhan sebagai tanda kita percaya doa-doa kita telah didengar dan dijawab Tuhan.Walau mungkin sakit-penyakit kita rasanya belum disembuhkan Tuhan, doa-doa kita rasanya belum dijawab Tuhan, kita tetap bersyukur kepada Tuhan sebagai tanda kita percaya Allah pasti menjawab doa kita.
Kalau kita telah sungguh-sungguh berdoa dan bersyukur menghalau kekuatiran kita, maka hasilnya: "Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." Itulah yang menjadi kekuatan kita! Berapapun uang kita miliki, kita tidak dapat membeli yang namanya damai sejahtera. Damai sejahtera hanya bisa dibeli dengan kita duduk di kaki Tuhan, berdoa dengan sungguh-sungguh, bersyukur kepada Tuhan, dan satu hal harus kita serahkan kepada Tuhan. Akhir kata, menjalani hari-hari kita, mari kita mengundang Yesus dalam perahu hidup anda. DIAlah yang akan menghentikan badai di kehidupan kita. Amin.